Indonesia.go.id - Menjaga Gairah Turis ke Nusantara

Menjaga Gairah Turis ke Nusantara

  • Administrator
  • Senin, 15 Februari 2021 | 08:17 WIB
KEBANGKITAN PARIWISATA (I)
  Kawasan wisata Danau Toba. ANTARA FOTO
Pemerintah menyiapkan kawasan Danau Toba sebagai salah satu dari lima destinasi pariwisata superprioritas untuk kembali bangkit pada 2021.
Pandemi virus corona selama 11 bulan terakhir di Indonesia berdampak kepada banyak sektor, salah satunya industri pariwisata nasional. Mengutip data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Februari 2021 lalu disebutkan bahwa sepanjang triwulan keempat tahun 2020 jumlah kunjungan turis asing hanya sebesar 4,62 juta orang. 
 
Angka di atas turun drastis hingga 88,45 persen dibandingkan periode sama 2019, ketika sebanyak 16,11 juta turis asing berduyun-duyun berwisata ke negeri dengan 17 ribu lebih pulau ini. Pariwisata sejatinya merupakan andalan devisa Indonesia di luar minyak dan gas bumi (migas). Dalam kurun lima tahun belakangan tingkat kunjungan turis tumbuh sebesar 14 persen dan sumbangan bagi devisa negara di angka rata-rata Rp200 triliun.
 
Melansir data milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada 2015, pundi-pundi negara menerima sejumlah USD12,23 miliar atau setara Rp171,22 triliun pada kurs Rp14.000 per dolar dengan jumlah kunjungan turis asing sebanyak 10,4 juta orang. Setahun kemudian, penerimaan dari pariwisata sedikit menurun, yaitu USD 11,206 miliar (Rp156,88 triliun) meski ada 11,52 juta orang mengunjungi nusantara atau naik 10,69 persen dibandingkan 2015. 
 
Penurunan itu tak bertahan lama karena devisa dari pariwisata kembali bangkit ketika pada 2017 mengalir uang USD13,139 miliar (Rp183,94 triliun) dan sebanyak 14,04 juta turis asing melancong ke Indonesia. Angka tadi terus melaju tak terbendung ketika di 2018 uang sebanyak USD16,426 miliar (Rp229,96 triliun) masuk bagi devisa negara. Saat itu ada 15,81 juta turis beramai-ramai berwisata ke nusantara.
 
Pada 2019, seiring tahun pesta demokrasi lima tahunan, sektor pariwisata pun ikut merayakan. Ini lantaran keberhasilan sektor tersebut memboyong pemasukan hingga USD20 miliar (Rp280 triliun) untuk pundi-pundi kas negara dan menjadi yang terbesar sepanjang sejarah pariwisata nasional. Penerimaan dari pariwisata di tahun tersebut bahkan bisa mengalahkan hasil ekspor migas dan kelapa sawit.
 
Asa Baru dari Toba 
 
Beragam upaya dilakukan selama pandemi ini agar menjadikan pariwisata kembali bersinar dan mampu bangkit sebagai primadona devisa Indonesia. Tak hanya untuk menyelamatkan 13 juta lapangan kerja terdampak dan ribuan industri penunjangnya saja. Pemerintah juga terus menggenjot investasi pada lima Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Superprioritas. 
 
Kelima destinasi itu adalah kawasan Candi Borobudur di Jawa Tengah, Danau Toba (Sumatra Utara), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), dan Likupang (Sulawesi Utara). Kawasan-kawasan tadi dikenal sebagai Bali baru merujuk kepada ikon pariwisata Indonesia yang mendunia yaitu Pulau Bali. Pemerintah ingin melebarkan destinasi turis asing ke banyak tujuan wisata nusantara di luar Pulau Dewata.
 
Sejak 2015, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan sejumlah kementerian untuk membangun lima destinasi superprioritas itu, termasuk tersedianya infrastruktur dasar mumpuni sebagai syarat utama. Menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengutip Antara, pada 2020 lalu pihaknya tetap memfokuskan pekerjaan infrastruktur di lima KSPN dengan anggaran Rp3,81 triliun. 
 
Di Danau Toba, misalnya, Kementerian PUPR mengalokasikan anggaran Rp1,3 triliun untuk penyediaan beragam infrastruktur penunjang bagi obyek wisata danau dengan luas permukaan 1.130 kilometer persegi itu. Kementerian PUPR membangun jalan lingkar Samosir dan pelebaran alur terusan Tano Ponggol dari 25 meter menjadi 80 meter sepanjang 1,2 kilometer. Kedalamannya pun ditambah menjadi 8 meter dari semula 3 meter saat ini. Tujuannya agar kapal pesiar berukuran besar dapat masuk ke Danau Toba dan merapat ke Pulau Samosir di tengah danau. Agar para turis asing dapat merasakan luasnya danau vulkanik terbesar di dunia yang terbentuk dari letusan gunung purba supermasif pada 74 ribu tahun lampau.  
 
Akses darat ke Pulau Samosir ikut ditunjang dengan pembangunan Jembatan Aek Tano Ponggol sepanjang 294 meter. Ketinggiannya 9 meter dari permukaan aliran terusan Tano Ponggol, tujuannya agar bawah jembatan tetap bisa dilewati oleh kapal pesiar besar. Jembatan senilai Rp175,5 miliar ini dibangun berteknologi struktur kabel (cable stayed) dan akan menjadi ikon baru di kawasan Toba. 
 
Infrastruktur di atas untuk melengkapi fasilitas pendukung KSPN Danau Toba yang telah lebih dulu ditingkatkan kapasitasnya. Seperti Bandar Udara Internasional Raja Sisingamangaraja XII yang direvitalisasi menjadi lebih modern. Termasuk perluasan landasan pacu sepanjang 3.000 meter dan lebar 45 meter agar dapat didarati pesawat badan lebar. Bandara yang dikenal juga sebagai Silangit ini adalah akses tercepat untuk menuju Toba.
 
Demikian pula 12 dermaga penyeberangan baru di sekitar Danau Toba yang dibangun Kementerian Perhubungan. Ini menjadi bagian dari pengembangan sektor tranportasi kawasan Danau Toba senilai Rp1,06 triliun. Ke-12 dermaga tersebut ada di daerah Balige, Muara, Ambarita, Ajibata, Simanindo, Tigaras, Sipinggan, Onan Runggu, Onan Baru, Nainggolan, Pakkara, dan Marbun Toruan.
 
Bukan itu saja karena Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bersama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) dan pemerintah daerah setempat telah menyiapkan sebuah kawasan khusus di Ajibata seluas 380 hektare. Lahan ini akan ditawarkan kepada swasta untuk dibangun beragam fasilitas penunjang wisata seperti hotel-hotel bintang empat dan lima, kawasan kemah khusus (glamour camping), serta gedung pertemuan serbaguna untuk rapat, konferensi, dan pameran (MICE). 
 
Semua itu dilakukan agar pariwisata di Toba tak hanya kembali bergairah. Tetapi mampu tercipta sebuah destinasi baru berkonsep superprioritas di kawasan Danau Toba, sesuai tujuan awal pemerintah. Dan mampu menyedot kunjungan tak hanya 250 ribu turis asing, melainkan  dapat menggapai jutaan pelancong mancanegara seperti halnya yang dirasakan oleh Bali. Tentunya dengan tetap menjalankan protokol kesehatan berbasis kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan (K4) atau cleanliness, healthy, safety, and environment sustainability (CHSE).
 
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari