Program sarjana terapan memiliki keunggulan hubungan dengan industri sehingga daya serap dunia usaha dan industri tinggi.
Program diploma empat (D4) atau sarjana terapan merupakan transformasi dari program diploma tiga (D3). Transformasi tersebut memiliki sejumlah keuntungan. Program studi yang membuka D4 artinya sudah memenuhi syarat "link and match" dengan dunia usaha dan dunia industri.
“Juga dapat meningkatkan skor seleksi penerimaan. Contohnya, di Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) dari 1 berbanding 15 saat masih D3 menjadi 1 berbanding 40, satu berbanding 60 bahkan satu berbanding 100 saat menjadi D4,” kata Dirjen Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto, pada webinar bertajuk “Peningkatan Program Diploma Tiga Menjadi Sarjana Terapan”, Selasa (16/2/2021).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berharap, perguruan tinggi vokasi dapat meningkatkan program diploma tiga menjadi diploma empat. Peningkatan program tersebut memiliki syarat akreditasi B atau baik sekali, memiliki kerja sama dengan industri, lulusan daya saing tinggi, dan rekam jejak kinerja prodi tinggi.
Program sarjana terapan juga memiliki keunggulan akreditasi tetap, kualifikasi lulusan meningkat, daya serap dunia usaha dan dunia industri tinggi, dan memiliki link dengan industri.
Program D4 dan S1 memiliki level yang sama yakni Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang setara dengan level enam. D4 maupun S1 memiliki sejumlah SKS yang sama yaitu 144 SKS. Bedanya pada jalur pendidikan vokasi (D4) lebih menitikberatkan pada keahlian, dengan lebih mengutamakan praktik dibanding teori.
Lulusan D4 akan mendapatkan gelar dan ijazah, sertifikasi kompetensi, portfolio tangible, kemampuan teknis dan nonteknis kuat, dan integritas. Program D4 atau sarjana terapan setara dengan program sarjana yang juga diselesaikan dalam waktu empat tahun. Perbedaannya terletak hanya pada banyak praktik (D4) dan banyak teori (S1).
Program D4 juga lebih banyak mempelajari kemampuan nonteknis atau softskill dibandingkan kemampuan teknis atau hardskill. “Mereka ini yang nantinya akan menjadi inovator, creator, manajer lapangan, dan lainnya,” kata Wikan.
Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran kemampuan nonteknis di kampus seperti kemampuan komunikasi, karena lulusan D4 merupakan calon pemimpin di masa depan. Kemendikbud juga mendorong Program D3 di Perguruan Tinggi Vokasi (PTV) ditingkatkan menjadi D4. Pembentukan Program D4 tersebut dilakukan bersama dengan industri, UMKM, maupun pemda.
Namun demikian Kemendikbud masih perlu sosialisasi mengenai Program D4 ke industry karena masih banyak industri yang belum mengenal Program D4. Ke depan, Kemendikbud akan fokus pada SMK-D2 fast track, D4, Program Magister Terapan, dan Doktor Terapan.
Pendidikan D3 akan ditingkatkan menjadi D4 dan SMK ditingkatkan dengan jalur cepat D2 untuk menjawab kebutuhan dunia usaha dan industri. Pendidikan D3 setelah ditingkatkan menjadi D4 akan menyiapkan lulusan yang lebih aplikatif, siap menjadi pengawas lapangan dan perancang produk. Sedangkan lulusan SMK hingga D2 akan mengisi teknisi terampil dan kompeten yang lebih matang dan siap kerja.
Untuk program SMK jalur cepat D2, siswa akan menempuh pendidikan SMK selama tiga tahun ditambah dengan pendidikan lanjutan selama tiga semester dengan magang di industri sambil berkuliah. Para siswa yang mengambil program SMK jalur cepat D2 akan diajar oleh tiga guru sejak dari semester pertama, yaitu guru SMK, dosen vokasi, dan guru industri.
Menurut Wikan, saat ini sudah ada 20 politeknik dan perguruan tinggi yang dihubungkan dengan program SMK jalur cepat D2. Masing-masing politeknik dan perguruan tinggi tersebut juga sudah memiliki tautan dengan dunia usaha dan industri.
Jadi program ini seperti perkawinan segitiga yang menghubungkan SMK, perguruan tinggi, dan dunia usaha serta industri.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari