Indonesia.go.id - Paket Pertama AstraZeneca Telah Tiba

Paket Pertama AstraZeneca Telah Tiba

  • Administrator
  • Rabu, 10 Maret 2021 | 08:13 WIB
VAKSIN COVID-19
  Pekerja kargo menurunkan kontainer berisi vaksin COVID-19 AstraZeneca dari atas pesawat setibanya di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (8/3/2021). SETPRES
Indonesia termasuk dalam segelintir negara yang mengusahakan vaksin sendiri, di luar yang peroleh lewat perjanjian bilateral atau multilateral.

Dengan menumpang pesawat Boeing 777-300 dari KLM Royal Dutch Airlines Belanda, satu kontainer berisi vaksin Covid-19 mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Senin (8/3/2021) sore. Pengiriman vaksin merek AstraZeneca ini tercatat sebagai kali pertama  lewat skema jalur kerja sama multilateral Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI).

Kedatangan vaksin ini disaksikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Kepala Perwakilan Unicef Debora Comini, serta N Paranietharan, selaku Kepala Perwakilan WHO di Indonesia. Dalam sambutannya, Menlu Retno Marsudi menyebut paket pertama seberat 4,1 ton itu berisi 1.113.600 dosis vaksin jadi, dan merupakan bagian dari batch pertama. Gratis pula.

 “Dalam batch pertama, Indonesia akan memperoleh 11.704.800 dosis vaksin. Pengiriman batch pertama ini akan dilakukan hingga Mei 2021 dan insya Allah akan diikuti batch-batch selanjutnya," kata Retno seperti disiarkan di YouTube resmi Sekretariat Presiden.

Seperti disepakati melalui kerja sama multilateral, ada 165 negara yang akan memperoleh vaksin gratis sebanyak 20 persen dari yang diperlukan untuk membangun imunitas kelompok.

Pada dinding kontainer tak ada logo merek. Yang tertulis di situ ialah WHO, Unicef, GAVI, dan Covax. Ada pun Covax merupakan akronim dari Covid-19 Vaccines Global Access adalah badan kerja sama multilateral yang dibentuk oleh GAVI, WHO, Unicef, dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), dan UNICEF untuk memastikan semua orang di dunia menerima vaksin Covid-19.

Covax beranggotakan 165 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang membayar iuran sesuai kemampuan masing-masing. GAVI ikut menunjang pendanaannya, karena ia merupakan aliansi dari berbagai badan dunia yang sekaligus dapat menjadi donor seperti WHO, Bank Dunia, dan Unicef, serta pelaku industri (terutama obat dan vaksin), lembaga filantropi dan LSM seperti Bill & Melinda Gates Foundation.

GAVI berniat mengadakan vaksin gratis untuk 20 persen kebutuhan negara-negara yang menjadi anggotanya.“Sampai akhir 2021, kami punya target ambisius dengan menyediakan dua miliar dosis vaksin,’’ tutur Paranietharan, di Jakarta.

Vaksin gratis itu mulai dibagikan Desember 2020 lalu dan disebut sebagai Covax Fasility. Sementara itu, Barbara Comoni menjamin bahwa Covax-GAVI berupa keras agar penyediaan vaksin itu bisa sebanyak-banyaknya dan sesegera mungkin agar bisa disebar ke seluruh dunia dan digunakan guna perlindungan masyarakat. “Agar anak-anak bisa kembali hidup normal,” ujar Kepala Perwakilan Unicef di Jakarta itu.

Ia mengingatkan pula, Covax-GAVI itu hadir untuk menjamin kesetaraan akses untuk semua umat manusia.Dengan kedatangan vaksin AstraZeneca itu, Indonesia telah memiliki sekitar 39 juta dosis, setelah lima kali penerbangan sebelumnya didatangkan 38 juta dosis dari Sinovac, Tiongkok.  Yang dari Tiongkok itu, hanya 3 juta yang berbentuk vaksin jadi, selebihnya berbentuk  vaksin curah (bulk) yang kemudian diproses lanjutan di PT Biofarma Bandung.

Sejauh ini, vaksinasi di Indonesia telah menjangkau 1,3 juta orang yang menerima dua kali suntikan lengkap, dan 3 juta lainnya yang baru sekali. Vaksinasi akan terus bergulir seiring ketersediaan vaksin. Target pengadaannya sekitar 140 juta dosis sampai Juni 2021. Meski jadwal rincinya belum disebutkan, menurut Menlu Retno Marsudi, dari komitmen 11,7 juta dosis vaksin AstraZeneca itu, 25-35 persen akan datang pada Maret dan 65-75 persen lain akan tiba antara April-Mei 2021.

Mewakili WHO, Paranietharan menyatakan, apreasiasinya atas sikap  Indonesia yang aktif dalam upaya penanggulangan pandemi dan diplomasi vaksin di pentas global. Indonesia termasuk segelintir negara yang mengusahakan vaksin sendiri, di luar yang peroleh lewat perjanjian bilateral atau multilateral.

“Indonesia menjadi salah satu dari segelintir negara berkembang yang telah menjalankan vaksinasi,’’ ujar Paranietharan. Atas peran aktif Indonesia dalam pentas  diplomasi vaksin, yang memperjuangkan kesetaraan akses itu, Menlu Retno Marsudi pun terpilih sebagai Co-Chair COVAX Advance Market Commitment (AMC) Engagement Group.

"Yang menarik, dari tiga Co-Chair dari COVAX AMC Engagement Group semua perempuan. Satu dari Etiophia, satu dari Kanada, dan satu lagi dari Indonesia," kata Paranietharan pula.

Diplomasi vaksin itu sendiri, bilateral maupun multilateral, telah menghasilkan komitmen pengiriman vaksin Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, dan Novavax. Dua merek vaksin lain, yakni Sinopharm dan Moderna, telah dikonfirmasi akan dipakai untuk vaksinasi gotong-royong alias mandiri. Semua ikhtiar itu diharapkan bisa mendatangkan 426 juta dosis vaksin untuk 181,5 juta orang, 70 persen dari penduduk Indonesia, untuk mencapai herd immunity di awal 2022.

 

 

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari