Indonesia.go.id - Empat Bendungan di Jawa Timur

Empat Bendungan di Jawa Timur

  • Administrator
  • Rabu, 24 Maret 2021 | 20:50 WIB
IRIGASI
  Bendungan Tukul di Pacitan, Jawa Timur. Kementerian PUPR
Pemerintah sedang menyiapkan empat bendungan baru di Jawa Timur. Targetnya selesai tahun ini, demi mewujudkan misi ketahanan pangan dan ketahanan air.

Pada 2021, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Ditjen Sumber Daya Air ditargetkan untuk menyelesaikan pembangunan empat bendungan di Provinsi Jawa Timur. Empat bendungan tersebut yaitu Bendungan Tukul di Kabupaten Pacitan, Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek, Bendungan Bendo di Ponorogo, dan Bendungan Gongseng di Bojonegoro.

Dari ke-4 bendungan itu, Bendungan Tukul telah selesai pembangunannya dan diresmikan Presiden RI Joko Widodo pada 14 Februari 2021. Pembangunan bendungan tersebut bertujuan untuk memenuhi misi ketahanan pangan dan ketahanan air dalam program strategis nasional pemerintah yang dikerjakan oleh Kementerian PUPR.

Ketiga bendungan yang berada di Jawa Timur merupakan bendungan multiguna yang berfungsi sebagai pengendali banjir, sumber air baku, sumber air daerah irigasi, dan juga pembangkit listrik. Bendungan yang ditargetkan akan rampung pada 2021 di Jawa Timur adalah Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek yang pencanangan pembangunannya (groundbreaking) telah dilakukan sejak Januari 2014. Kini progres pekerjaannya telah mencapai 88,54%. Pembangunan Bendungan Tugu dilaksanakan oleh kontraktor PT Wijaya Karya Persero, Tbk dengan nilai kontrak tahun jamak sebesar Rp1,9 triliun.

Manfaat Bendungan Tugu adalah untuk mengairi Daerah Irigasi Ngasinan seluas 1.200 Ha dan sumber air baku sebesar 10 liter per detik, pembangkit listrik sebesar 0,4 Megawatt, mereduksi banjir dan pariwisata. Secara teknis bendungan ini memiliki kapasitas tampung 9,3 juta m3. Proses pembangunan Bendungan Tugu telah melalui beberapa tahap studi sejak tahun 1984.

Sedangkan Bendungan Bendo di Kabupaten Ponorogo berkapasitas tampung 43,11 juta m3 yang akan dimanfaatkan untuk peningkatan layanan irigasi seluas 7.800 hektare di Kabupaten Ponorogo dan Madiun sebagai sentra pertanian Jawa Timur. Selain sebagai layanan irigasi, manfaat lain Bendungan Bendo adalah sumber air baku sebesar 370 liter/detik, reduksi banjir dan pembangkit tenaga listrik sebesar 1,56 MW.

Bendungan setinggi 71 meter dengan tipe urugan ini membendung Sungai Keyang yang merupakan anak sungai Bengawan Madiun (anak sungai Bengawan Solo). Konstruksi dilakukan sejak 2013 oleh PT Wijaya Karya, PT Hutama Karya dan PT Nindya Karya (KSO) dengan nilai kontrak sebesar Rp1,06 triliun dengan progres fisik 91,26%.

Bendungan keempat yang akan dituntaskan pada 2021 di Jawa Timur adalah Bendungan Gongseng yang dibangun mulai 2013 dengan nilai kontrak Rp569,04 miliar dan progres fisik saat ini 86,85%. Bendungan yang terletak di Kabupaten Bojonegoro ini memiliki kapasitas tampungan 22,43 juta m3, berfungsi untuk melayani irigasi seluas 6.191 hektare, layanan air baku 300 liter per detik, mereduksi banjir 133,27 meter kubik per detik dan pembangkit tenaga listrik sebesar 0,7 MW.

Selanjutnya terdapat Bendungan Semantok di Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur, yang berkapasitas tampung 32,6 juta m3 dengan progres 66,73% yang ditargetkan rampung pada 2022. Setelah selesai konstruksi, semuanya akan dilanjutkan dengan pengisian bendungan (impounding) dengan memanfaatkan intensitas hujan pada musim basah.

Desember lalu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Menteri PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, pihaknya telah membangun 18 bendungan baru selama 2015-2020. Target Kementerian PUPR adalah meningkatkan rasio tampungan air terhadap jumlah penduduk mencapai sebesar 120 meter kubik per kapita per tahun pada 2030, meningkat dari kondisi saat ini yang baru mencapai 50 meter kubik per kapita per tahun.

Potensi air di Indonesia cukup tinggi sebesar 2,7 triliun m3/tahun. Dari volume tersebut, air yang bisa dimanfaatkan sebesar 691 miliar m3/tahun, di mana sudah dimanfaatkan sekitar 222 miliar m3/tahun untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan rumah tangga, peternakan, perikanan, dan irigasi.

“Namun dengan potensi tersebut, keberadaannya tidak merata dalam dimensi ruang dan waktu, sehingga kita membutuhkan tampungan-tampungan air baru. Di mana pada musim hujan air akan ditampung dalam bendungan dan akan dimanfaatkan pada musim kemarau. Itulah gunanya bendungan dan embung/setu untuk menambah tampungan air,” kata Basuki beberapa waktu lalu.

Pengelolaan sumber daya air dan irigasi melalui pembangunan bendungan akan terus dilanjutkan dalam rangka mendukung produksi pertanian yang berkelanjutan. Kementerian PUPR menargetkan sebanyak 61 bendungan baru tuntas secara bertahap hingga 2024, sehingga akan menambah jumlah tampungan air sebesar 3.836,38 juta m3.

Tahun 2021, anggaran bidang sumber daya air Kementerian PUPR senilai Rp58,5 triliun. Anggaran ini di antaranya digunakan untuk pembangunan 48 bendungan (lima baru dan 43 ongoing), 42 embung, 25.000 hektare pembangunan daerah irigasi, dan 250.000 hektare rehabilitasi jaringan irigasi.

Perlu diketahui, Presiden Joko Widodo membangun 65 bendungan di seluruh Indonesia selama enam tahun era pemerintahannya. Dan targetnya 61 bendungan selesai di akhir 2024.

 

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari