Data dari The State of The Global Islamic Economy Report 2020-2021 menyebutkan, posisi Indonesia yang terus membaik. Indonesia menduduki peringkat ke-4 di global Islamic indicator.
Di tengah pandemi Covid-19 berkepanjangan yang belum juga menunjukkan tanda-tanda bakal melandai, laju industri halal dan industri lain kini tersendat.
Namun kondisi itu memotivasi negara untuk terus memperkuat ekosistem ekonomi Islam di Indonesia terus menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Hal itu terbukti dari prospek industri halal yang terus tumbuh dari tahun ke tahun.
Data terakhir dari The State of The Global Islamic Economy Report 2020-2021 menyebutkan, posisi Indonesia yang terus membaik. Peringkat Indonesia di global Islamic indicator menduduki peringkat ke-4.
Peringkat itu terus naik dibandingkan tahun sebelumnya, yang tercatat menduduki peringkat kelima (2019) dan posisi ke-10 pada sebelumnya. Kontan Wakil Presiden Ma'ruf Amin, yang juga tercatat sebagai Ketua Dewan Pembina Masyarakat Ekonomi Syariah, mengucapkan syukur terhadap pencapaian tersebut.
Ma’ruf mengatakan, keberhasilan itu harus dijadikan sebagai motivasi untuk semakin memperkuat ekosistem ekonomi Islam di Indonesia. Sehingga kelak, sambungnya, Indonesia bisa menjadi produsen halal dunia.
“Kenaikan peringkat ini harus kita maknai dengan tetap melanjutkan dan memperkokoh ekosistem ekonomi Islam Indonesia sehingga dapat menjadikan Indonesia sebagai produsen halal dunia dan penggerak ekonomi nasional,” ujarnya di suatu kesempatan.
Lebih lanjut, Wapres menyampaikan, capaian ini dapat diraih karena adanya kerja keras bersama seluruh pemangku kepentingan ekonomi dan keuangan syariat di Indonesia. Selain itu, adanya dukungan dan komitmen dari pemimpin tertinggi di Indonesia.
Wapres pun optimistis hal itu dapat mendorong pulihnya perekonomian nasional pascapandemi Covid-19. “Capaian ini memberikan optimisme untuk menggerakkan ekonomi Islam baik secara global maupun nasional. Diperkirakan beberapa sektor ekonomi Islam akan mengalami pemulihan kembali di akhir 2021, bahkan mungkin bisa terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan,” jelasnya.
Terus Digenjot
Menurut Ma'ruf, capaian ini diharapkan bisa menjadi penyemangat bagi seluruh pihak. Sehingga, pengembangan ekonomi dan keuangan syariat bisa digenjot lebih cepat lagi.
Wapres mengatakan potensi ekonomi syariat di Indonesia sangat besar, tetapi belum tergarap dengan baik. Oleh karenanya, dalam rangka mengakselerasinya, pemerintah telah membentuk Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) yang memiliki empat tugas utama.
Pertama, pengembangan industri halal. Kedua, pengembangan industri keuangan. Ketiga, pengembangan dana sosial masyarakat berbasis syariat, dan keempat, pengembangan usaha atau bisnis syariat.
"Kita harapkan Indonesia yang menjadi konsumen halal terbesar di dunia berbalik menjadi produsen terbesar di dunia. Tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga kepentingan global sehingga produk halal semakin besar," katanya.
Bagaimana sebenarnya potret industri halal? Laporan State of The Global Islamic Economy Report menyebutkan, ada sekitar lebih dari 1,8 miliar penduduk muslim yang menjadi konsumen industri halal. Peluang konsumen dalam industri halal meningkat sebesar 5,2 persen setiap tahunnya dengan total pengeluaran konsumen yang mencapai USD2,2 triliun.
Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat tiap tahunnya. Proyeksi dari Compound Annual Growth Rate (CAGR) industri halal akan meningkat hingga mencapai 6,2 persen hingga 2024. Total dana yang dihabiskan oleh konsumen industri halal juga akan meningkat hingga mencapai USD3,2 triliun pada 2024.
Dari data tersebut, artinya bisa tergambarkan bahwa industri halal memiliki prospek yang sangat cerah ke depannya. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri halal.
Tentu saja, potensi yang besar ini merupakan implikasi dari banyaknya jumlah penduduk muslim di Indonesia. Indonesia menyumbang 12,7 persen populasi muslim di dunia.
Bila dilihat dari jumlahnya, pada 2020 diperkirakan sebanyak 229 juta penduduk muslim tinggal di Indonesia. Total populasi di Indonesia diperkirakan mencapai 273 juta jiwa, sehingga jumlah penduduk muslim setara dengan 87,2 persen total populasi di Indonesia.
Populasi muslim yang besar ini membuat permintaan terhadap produk halal juga besar. Indonesia disebut sebagai perwujudan dari pasar industri halal dunia.
Industri halal memiliki peran strategis dalam meningkatkan perekonomian. Maka, sudah seharusnya industri halal dikembangkan di Indonesia. Industri halal telah menyumbang USD3,8 miliar terhadap PDB Indonesia setiap tahunnya. Dari gambaran itu, pertanyaan selanjutnya bagaimana potensi produk halal global yang sangat besar dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar domestik maupun pasar global.
Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center Sapta Nirwandar mengemukakan, Indonesia berpeluang meraihnya. Bahkan, dia menambahkan, industri produk halal mencatatkan kinerja positif di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Pertumbuhan industri ini mencapai 3,2 persen sepanjang 2020 atau lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019 yang sebesar 2,3 persen. “Indonesia adalah pengekspor produk ekonomi halal terbesar di antara negara lain yang mayoritas penduduknya muslim dengan nilai USD7,6 miliar pada 2017. Ini memperkuat posisi dasar Indonesia sebagai mesin ekonomi halal dunia,” katanya, dikutip melalui situs Kementerian Keuangan, Kamis (6/5/2021).
Direktur Industri Produk Halal KNEKS Afdhal Aliasar menjelaskan bahwa posisi Indonesia cukup memimpin di sektor industri halal. Indonesia merupakan konsumen terbesar untuk produk makanan halal dengan konsumsi sebesar USD144 miliar di 2019.
“Ini menjadi opportunity kita untuk memproduksi produk halal. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang besar, tetapi juga kebutuhan internasional yang selalu meningkat dari tahun ke tahun,” jelasnya.
Ke depannya, Indonesia diharapkan mampu menjadi pionir untuk industri ini melalui kemajuan produk halal yang inovatif dan strategi pengembangan yang lebih besar lagi. Dengan begitu, Indonesia bisa menjadi pemimpin dalam industri halal global sebab peluangnya besar dan sangat mungkin dicapai.
Jadi sudah selayaknya, Indonesia terus tampil ke depan dengan percaya diri untuk menjadi pemimpin pusat produsen halal dunia dan pemimpin ekonomi syariat global.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari