Di luar perkiraan, pasangan Apriyani Rahayu-Greysia Polii meraih medali emas di Olimpiade 2020 Tokyo. Cabor angkat besi menyumbang tiga medali. Target kenaikan peringkat bisa tercapai.
Sebuah medali emas yang dipersembahkan oleh ganda putri Apriyanti Rahayu-Greysia Polii sontak membuat berjuta-juta suporter Indonesia bersorak. Luapan kegembiraan tertumpah pada berbagai kata-kata dan emoji di segala platform media sosial. Lagu Indonesia Raya berkumandang dari arena badminton Olimpiade 2020 Tokyo, Senin (2/8/2021) siang.
Usai menyaksikan upacara penyerahan medali dari layar televisi, Presiden Joko Widodo langsung menelepon Ketua Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari yang mendampingi kedua pemain ganda itu berlaga di area. Melalui video call, Presiden Jokowi pun menyapa Apri-Grey serta pelatih mereka Eng Hian.
‘’Saya mengucapkan selamat atas peraihan medali emas ini. Atas nama rakyat Indonesia, saya juga mengucapkan terima kasih,’’ kata Presiden Joko Widodo dari Istana Kepresiden di Jakarta. Presiden mengaku menyaksikan partai final itu dan jantungnya berdebar keras di sepanjang pertandingan.
Raja Sapta Oktohari mengatakan, dengan satu medali emas dari cabang olahraga (cabor) itu, maka target Kontingen Indonesia tercapai. Raihan medali seluruhnya adalah satu medali emas, satu perak, dan tiga perunggu. ‘’Kemungkinan peringkat Indonesia juga bisa naik dari posisi 2016,’’ ujarnya.
Di ajang Olimpiade 2016 Rio de Janiero, Indonesia menggaet satu medali emas dan dua perak, yang menempatkan Kontingen Merah Putih itu di peringkat 46. Ketika itu, medali emas dipersembahkan oleh pasangan ganda campuran bulu tangkis Liliyana Natsir-tontowi Ahmad dan dua perak oleh lifter Sri Wahyuni Agustiani serta Eko Yuli Irawan.
Sedangkan dari ajang Olimpiade London 2012, Indonesia hanya di peringkat 63 dengan raihan dua perak dan satu perunggu dari cabor angkat besi, masing-masing oleh Citra Febrianti, Triyatno, dan Eko Yuli Irawan. Tradisi medali dari cabang bulu tangkis tahun itu absen.
Berkat raihan satu medali emas oleh ganda Apriyani-Greysia, yang disusul tambahan satu medali perunggu, melalui tunggal putra Anthony Ginting pada hari yang sama, posisi Indonesia ada pada peringkat 35 klasemen pada Senin 2 Agustus 2021. Kontingen Indonesia tidak menyisakan peluang menambah medali, karena seluruh nomor yang diikuti sudah dipertandingkan.
Pada hari itu posisi Kontingen Indonesia yang terbaik di antara negara Asean. Filipina dan Thailand sama-sama menempati peringkat ke-51 dengan satu medali emas, dan Malaysia di posisi 75 berkat koleksinya satu medali perunggu. Namun, pergeseran posisi masih bisa terjadi, karena perebutan medali masih akan terjadi sampai 8 Agustus.
Dalam Olimpiade Tokyo 2020 (tapi digelar 2021 karena pandemi Covid-19), Indonesia menurunkan 29 atlet di delapan cabor, yakni angkat besi, atletik, bulu tangkis, dayung (rowing), menembak, panahan, renang, dan selancar (surfing). Personel terbesar dari badminton (11 atlet), angkat besi (lima atlet), panahan (empat atlet), dan yang lain dua atau tiga orang saja.
Target medali praktis dibebankan pada cabor angkat besi dan bulu tangkis, meski ada pula harapan bahwa cabor panahan dan menembak dapat membuat kejutan. Toh, di arena kenyataan yang harus dihadapi tak jauh dari kalkulasi awal. Cabang dayung, menembak, panahan, selancar, dan renang harus tersisih di babak awal.
Sprinter andalan Indonesia di nomor 100 meter putra, Lalu Muhammad Zohri, gagal menembus babak final. Ia mencatatkan waktu 10,26 detik, cukup jauh di bawah rekor terbaiknya 10,03 detik yang ditorehkan di babak kualifikasi dua tahun lalu. Di final, sprinter Italia Marcell Lamont Jacobs merebut medali emas dengan catatan waktu 9,80 detik.
Yang menunjukkan prestasi lagi-lagi cabang angkat besi dan bulu tangkis. Pada Senin, 24 Juli 2021, sehari setelah upacara pembukaan Olimpiade Tokyo digelar, lifter asal Bandung Windy Cantika Aisah yang berusia 19 tahun meraih medali perunggu di kelas 49 kg putri. Hari berikutnya giliran lifter Eko Yuli Irawan, 32 tahun, meraih medali perak kelas 61 kg. Medali perunggu cabor angkat besi berikutnya diraih oleh Rahmad Erwin Abdullah, lifter asal Makassar, yang turun di kelas 73 kg.
Perjuangan atlet bulu tangkis berlangsung secara mendebarkan. Lolos dari babak penyisihan, atlet tunggal putra, tunggal puteri, ganda putra, ganda putri dan ganda campuran mulai berguguran pada babak perempat final. Hanya Anthony Ginting (peringkat 5 dunia), ganda putra Muhammad Ahsan-Hendra Setiawan (peringkat 2 dunia), dan Apriyani-Greysia (peringkat 6) yang mampu masuk perempat final. Bahkan, yang bisa meraih tiket ke semifinal tinggal Anthony Ginting dan pasangan Apriyani-Greysia (peringkat 6 dunia).
Tim bulutangkis Indonesia sempat guncang. Pasangan ganda Kevin Sanjaya-Marcus Fernaldi Gideon (ranking 1 dunia) justru rontok pada babak 16 besar. Begitu halnya peraih emas Asian Games 2017 Jonathan “Jojo” Christie (peringkat 7 dunia). Berikutnya, di babak delapan besar, giliran Ahsan-Hendra pun gugur. Ketegangan memuncak ketika Anthony Ginting pun kalah dari Chen Long asal negeri Tiongkok (ranking 6 dunia).
Toh, Apriyani (23 tahun) dan Greysia (33 tahun) tampil menjanjikan. Harapan pun membuncah saat pasangan ini dengan ketenangan yang luar biasa dan permainannya yang taktis bisa mengandaskan pasangan asal Korea yang peringkat 4 dunia. Di final, Apriyani-Greysia mengalahkan pasangan Tiongkok peringkat 2 dunia, Chen Qing Chen-Jia Yi Fab dua set langsung 21-19 dan 21-15. Medali emas bagi Apriyani-Greysia.
Kemenangan ganda putri ini ikut membangkitkan semangat Anthony Ginting. Di partai perebutan medali perunggu, Anthony Sinisuka Ginting bangkit dan terus menekan lawannya, atlet debutan asal Guatemala, Kevin Cordon (Guatemala), dengan dua game langsung 21-11 dan 21-13. Satu emas dan satu perunggu bukan hasil buruk bagi tim bulu tangkis di tengah persaingan yang makin sengit pada cabor yang makin populer di dunia ini.
Hasil di Tokyo ini memberikan isyarat bahwa pada arena Olimpiade 2024 di Paris, tim bulutangkis dan angkat besi Indonesia masih punya potensi tinggi. Sebagian atlet masih berusia muda, yang masih memungkinkan adanya peningkatan prestasi. Namun, ke depan cabor lain perlu lebih unjuk gigi dan meraih medali di arena olahraga paling akbar ini.
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari