Indonesia.go.id - Siap Tembus Dunia: Pesantren Al Ikhlas Tangerang Siap Terapkan Kurikulum Cambridge

Siap Tembus Dunia: Pesantren Al Ikhlas Tangerang Siap Terapkan Kurikulum Cambridge

  • Administrator
  • Kamis, 4 September 2025 | 13:36 WIB
PESANTREN TERAPKAN KURIKULUM CAMBRIDGE
  Foto: Infopublik/MC Tidore/Waone
Menteri Agama menegaskan kurikulum Cambridge tidak akan mengurangi kekhasan pesantren. Justru, perpaduan antara ilmu agama yang mendalam dengan standar akademik global akan melahirkan santri yang komplet: alim, cerdas, dan berdaya saing.

Langkah pemerintah untuk menghadirkan pendidikan pesantren yang berkualitas global semakin nyata. Menteri Agama (Menag) RI Nasaruddin Umar menegaskan komitmennya menjadikan Pondok Pesantren Al Ikhlas Assalam di Tangerang sebagai pionir madrasah berstandar internasional.

Suasana sore di pesantren itu begitu khusyuk ketika ribuan jamaah mengikuti Dzikir dan Doa Bersama untuk Negeri. Namun, sorotan utama hadir ketika Menteri Agama Nasaruddin menyampaikan gagasan besar: mengadopsi kurikulum Cambridge di madrasah aliyah yang bernaung di bawah pesantren tersebut.

Menurut Menag, penerapan kurikulum internasional ini penting agar para santri tidak hanya menjadi penghafal kitab dan pengkaji agama, tetapi juga memiliki keterampilan akademik setara dengan siswa di berbagai negara maju.

“Cita-cita kami adalah melahirkan santri yang mampu berkiprah di level dunia. Dengan Cambridge, mereka bisa melanjutkan kuliah di mancanegara tanpa harus terhambat bahasa maupun standar akademik,” ujar Menag dengan penuh optimisme pada Selasa (2/9/2025).

Pernyataan itu disambut riuh tepuk tangan para hadirin. Bagi sebagian santri, gagasan tersebut adalah harapan baru. Selama ini, akses ke pendidikan internasional sering kali menjadi impian yang jauh dari jangkauan.

Seorang santri bernama Ahmad (17), yang duduk di bangku Madrasah Aliyah, mengaku antusias dengan rencana itu. “Kalau benar nanti ada Cambridge, berarti kami bisa belajar bahasa Inggris lebih intensif. Saya ingin sekali kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo atau mungkin di Inggris,” tuturnya sambil tersenyum.

Cerita Ahmad adalah gambaran nyata semangat generasi pesantren. Mereka haus ilmu, namun sering kali terbentur keterbatasan. Dengan kurikulum global, mimpi mereka untuk menembus universitas dunia bisa lebih dekat.

Menag menegaskan, kurikulum Cambridge tidak akan mengurangi kekhasan pesantren. Justru, perpaduan antara ilmu agama yang mendalam dengan standar akademik global akan melahirkan santri yang komplet: alim, cerdas, dan berdaya saing.

“Kalau di sekolah umum, ilmu dipandang hanya sebagai pengetahuan. Tapi di madrasah, ilmu adalah jalan mendekat kepada Allah. Itulah bedanya. Maka kalau kurikulum Cambridge kita satukan dengan ruh pesantren, hasilnya luar biasa,” jelasnya.

Di hadapan para kiai dan santri, Menag menguraikan bahwa pembelajaran di madrasah selalu dimulai dengan doa, salat sunnah, dan niat ikhlas. Praktik sederhana itu, katanya, membuat ilmu yang diperoleh lebih barokah dan mengakar dalam hati.

Tradisi itulah yang akan tetap dipertahankan meski pesantren melangkah ke ranah internasional. Dengan kata lain, modernisasi pendidikan tidak akan menghapus identitas pesantren, tetapi justru menguatkan.

Bukti kualitas madrasah, kata Menag, sudah banyak terlihat. Ia mencontohkan bahwa sarjana teladan di UGM, ITB, maupun Unisma Malang, banyak yang berasal dari latar belakang madrasah. Bahkan sebagian besar hafal Al-Qur’an.

“Artinya, anak-anak madrasah punya kemampuan akademik sekaligus spiritual. Inilah modal besar untuk menghadapi era global,” tegasnya.

Gagasan itu juga disambut hangat para pengasuh pondok. KH Abdul Karim, salah satu pembina pesantren, menyebut kurikulum internasional akan menjadi tonggak penting sejarah pendidikan Islam di Tangerang.

“Santri kami tidak lagi merasa inferior. Mereka bisa tampil percaya diri karena ijazahnya diakui dunia. Tapi tetap dengan akhlak pesantren,” katanya.

Visi besar ini sejalan dengan agenda nasional dalam Asta Cita pembangunan Indonesia Emas 2045, yakni menyiapkan SDM unggul, berdaya saing, dan berakhlak mulia.

Bagi masyarakat sekitar, kehadiran madrasah berstandar Cambridge juga dianggap sebagai peluang baru. Orang tua santri, seperti Siti Maryam, melihat pesantren ini bisa menjadi solusi pendidikan berkualitas tanpa harus keluar negeri sejak dini.

“Kalau ada Cambridge di sini, berarti anak-anak bisa sekolah standar internasional tapi tetap dekat dengan orang tua. Itu berkah sekali,” ujarnya.

Namun, perjalanan ke arah sana tentu bukan tanpa tantangan. Penerapan kurikulum Cambridge membutuhkan kesiapan guru, infrastruktur, serta biaya yang tidak sedikit.

Menag menyadari hal itu. Karena itu, ia berjanji membuka peluang subsidi pendidikan bagi santri yang kurang mampu, agar semua memiliki kesempatan yang sama.

“Kami tidak ingin pesantren ini hanya untuk kalangan tertentu. Justru harus inklusif. Santri dari keluarga sederhana tetap bisa meraih pendidikan terbaik,” tegas Menag.

Janji itu memberi harapan bagi santri seperti Dedi (16), yang berasal dari keluarga buruh. “Saya ingin jadi insinyur tapi tetap hafal Al-Qur’an. Kalau benar ada subsidi, saya bisa tetap lanjut belajar di sini,” ujarnya.

Semangat seperti itu yang membuat pesantren tidak pernah kehilangan relevansinya. Pesantren adalah rumah bagi harapan, tempat generasi muda ditempa bukan hanya dengan ilmu, tetapi juga akhlak.

Menag menutup sambutannya dengan pernyataan penuh makna. “Kehadiran pesantren adalah tiang penyangga langit. Selama ada orang berdzikir, la ilaha illallah, maka langit tidak akan runtuh.”

Ungkapan itu menegaskan bahwa pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan pilar spiritual bangsa.

Dengan visi internasional, pesantren kini ditantang untuk melahirkan santri yang mampu menghubungkan tradisi dan modernitas.

Jika langkah ini berhasil, maka Indonesia bukan hanya melahirkan sarjana global, tetapi juga ulama yang mampu berperan di panggung dunia.

Di tengah derasnya arus globalisasi, pesantren yang berstandar internasional sekaligus berakar pada nilai Islam Nusantara akan menjadi benteng kebudayaan.

Para santri pun menyambutnya dengan doa. Mereka berharap kelak bisa menorehkan prestasi di universitas dunia, tanpa meninggalkan akar spiritual yang ditanamkan para kiai.

Maka, Pesantren Al Ikhlas Assalam bukan hanya sekolah. Ia adalah laboratorium peradaban, tempat lahirnya generasi yang berilmu, berakhlak, dan siap bersaing global.

Dan cita-cita itu kini mulai terwujud, dimulai dari langkah kecil: menghadirkan kurikulum Cambridge di pesantren Indonesia.

 

Penulis: Wandi
Redaktur: Untung S

Berita ini sudah terbit di infopublik.id: https://infopublik.id/kategori/features/936271/siap-tembus-dunia-pesantren-al-ikhlas-tangerang-siap-terapkan-kurikulum-cambridge

Berita Populer
-->