Zainudin Amali menyelesaikan sekolah dasarnya di SD Negeri Bagu Gorontalo. Pada jenjang SMP dan SMA, dia mengikuti perpindahan orang tuanya di Manado.
Awal 80-an Zainudin, begitu dia biasa dipanggil, pindah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan di ibu kota. Berbekal dukungan dari keluarga besar Gorontalo yang banyak berada di organisasi kino Golkar, Kosgoro, Zainudin kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Swadaya, Jakarta, yang letaknya berdekatan dengan kediamannya saat ini yang berada di Kompleks TNI Angakatan Udara Wirabudi, Cipinang Melayu, Jakarta Timur.
Keluarga Besar Kosgoro
Zainudin adalah mahasiswa yang aktif. Bekal pemahaman politik dalam tradisi keluarganya membuat dia aktif di organisasi pers mahasiswa Islam. Tercatat dia pernah menjadi ketua Badan Kordinasi Nasional Lembaga Pers Mahasiswa Islam pada 1986-1987. Dia juga menjadi Ketua Senat Mahasiswa STIE Swadaya 1988-1990. Pemahaman akan pergerakan mahasiswa dan dinamika politik nasional membuat dia menjadi Ketua Umum DPP Gema Kosgoro pada 1994-1998. Keaktifannya itu yang membuat dia menyelesaikan pendidikan sarjananya pada usia 30 tahun di tahun 1992.
Setelah kuliah, dia juga aktif di berbagai organisasi. Dia menjabat Wasekjen DPP REI tahun 1998-2001, Ketua DPP AMPI 2003-2008, KEtua PP AMPG (3004-2009), Wakil Sekjen PPK Kosgoro 1957 (2009-2013).
Karir profesionalnya tercatat cukup biasa saja untuk ukuran seorang yang matang berpolitik sejak muda. Dia pernah menjadi staf PT Supra Dinakarya (1993-2000), staf PT Makmur Triagung (1996-1998), staf PT Surya Terang Agung (1997-1998), dan staf PT Wirabuana Dwijaya Persada (2000-2004), semuanya di Jakarta.
Berbanding terbalik dengan karir dunia kerjanya, karir politik Zainudin mulai terlihat saat dia menjadi anggota DPR dari Golkar tiga kali berturut dengan daerah pemilihan (dapil) yang berbeda. Dia menjadi anggota DPR RI periode 2004-2009 Dapil Provinsi Gorontalo, 2009-2014 mewakili Jawa Timur, dan 2014-2019 Dapil Madura.
Di Partai Golkar karirnya terbilang sukses. Pada 2013, Amali dipercayai Ketua Umum Partai Golkar Abuirizal Bakrie untuk memimpin Golkar Jawa Timur. Menjelang munas Golkar pada 2014, Zainudin Amali memilih ikut Munas Ancol ketimbang Munas Bali.
Dalam munas di Bali terpilih Aburizal Bakrie dan Idrus Marham sebagai ketua Umum dan Sekjen. Sementara itu hasil Munas Ancol terpilih Agung Laksono dan Zainudin Amali.
Aktif di Media Sosial
Zainudin Amali mempunyai rekam jejak sebagai wakil rakyat yang mewakili Gorontalo dengan cukup baik. Hal itu terbukti dengan penghargaan yang diraihnya. Pada 2007, dia dianugerahi Penghargaan Konservasi Danau Limboto (Limboto Lake Conservation Award) untuk Kategori Prakarsa Konservasi.
Dalam lini masa media sosial yang aktif diikutinya, dia adalah seorang yang menyuarakan moratorium atau penghentian sementara ekspor gas pada Juli 2012. Sebagai Wakil Ketua Komisi VII DPR, ia merasa bahwa desakan kepada pemerintah sangat diperlukan. Gas adalah komoditas strategis sehingga seharusnya pemerintah menyusun kebijakan tersendiri yang mengatur penggunaan, distribusi, dan pengolahan gas bumi secara jelas dan tegas Pemerintah harus mengutamakan kepentingan nasional dalam pengelolaannya.
Selain masalah gas, Zainudin Amali juga mengkritisi sistem industri dan pembangkit listrik yang dianggap masih mengalami kekurangan pasokan sumber daya. Pemanfaatan gas di dalam negeri juga dapat meningkatkan daya saing industri dan mendukung program konversi BBM ke BBG untuk kendaraan.
Zainudin berupaya keras mendorong berjalannya regulasi yang memayungi kegiatan di sektor energi dan sumber daya mineral, lingkungan hidup, dan ristek. Sebagai wakil rakyat, Zainudin yang lebih dikenal dengan julukan "politikus beringin" ini tak henti-hentinya untuk berkampanye tentang kemandirian energi. Kekayaan sumber energi di sektor panas bumi, air sungai, angin, ombak, yang dimiliki Indonesia patutnya dapat membantu mengatasi krisis energi yang tengah terjadi di dunia dengan pemanfaatan yang tepat.
Di sisi lain keaktifan Zainudin di linimasa media sosial mulai terlihat ramai memasuki 2014. Hal ini menandai dinamika yang terjadi di tubuh Partai Golkar. Adanya dua kubu pimpinan Partai Golkar dari dua munas berbeda tecermin dalam linimasanya. Garis kedekatan dengan keluarga besar Kosgoro hingga saat ini merupakan bagian tradisional dalam riwayat politik Zainudin yang membawanya ke kursi kementerian. (Y-1)