Di antara sederet nama-nama menteri di Kabinet Indonesia Maju telah disampaikan secara resmi pagi ini, Rabu (23/10/2019), oleh Presiden Joko Widodo. Muhadjir Effendy menjadi salah satu sosok intelektual yang kembali mengemban kepercayaan Presiden Jokowi.
Profesor Muhajir Effendy lahir di Madiun, Jawa Timur, 63 tahun silam. Kontribusinya dalam kabinet besutan Presiden Joko Widodo dimulai sejak 27 Juli 2016, saat dirinya diminta untuk menggantikan Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang mengisi posnya dalam tiga periode berturut-turut, yakni sejak 2000 hingga 2016, juga menjabat sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Pendidikan dan Kebudayaan.
Saat menjabat Mendikbud di Kabinet Kerja, sosok berpembawaan kalem itu beberapa kali menunjukkan keteguhan pendirian dan sikap yang tegas. Sebut saja tatkala Muhadjir menghadapi pro kontra seputar kajian kementeriannya atas penerapan konsep full day school.
Menanggapi beberapa penolakan atas wacana ini, yang memandang konsp itu bakal mengurangi waktu siswa berinteraksi dengan lingkungan luar sekolah, termasuk keluarga, Muhadjir menjawabnya dengan memberi penjelasan bahwa full day school bukan berarti belajar seharian. Tetapi kegiatan belajar yang disertai dengan kegiatan-kegiatan positif yang sifatnya nonakademis.
Keteguhan pendirian Muhadjir juga tampak dalam implementasi program zonasi. Tatkala kritik marak terhadap penerapan sistem zonasi penerimaan siswa baru di tahun ketiga, Muhadjir menegaskan bahwa sistem zonasi adalah yang terbaik untuk memperbaiki secara radikal sistem pendidikan Indonesia. Terlebih sistem itu juga telah diterapkan di sejumlah negara, seperti Amerika, Australia, Jepang, negara-negara Skandinavia, Jerman, dan Malaysia.
Menempuh pendidikan sarjana muda di IAIN Malang, Muhadjir meraih gelar sarjana di IKIP Negeri Malang (kini Universitas Negeri Malang). Pendidikan pascasarjana ditempuhnya di Universitas Gadjah Mada dan pada 1996 dia menyandang gelar Magister Administrasi Publik (MAP).
Pada 2008, Muhadjir berhasil menyelesaikan pendidikan strata tiga bidang sosiologi militer di Program Doktor Universitas Airlangga. Dia juga beberapa kali mengikuti kursus di luar negeri, antara lain, di National Defence University, Washington, DC pada 1993, dan di Victoria University, British Columbia, Kanada pada 1991.
Sejak 2015, penerima tanda jasa Satayalencana Karya Satya XX pada 2010 itu juga mengemban jabatan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015 sampai 2020. Muhadjir juga aktif menulis sejumlah buku di antaranya Bala Dewa, Seperti Menyaksikan Dahlan Muda, dan juga Muhammadiyah dan Pendidikan di Indonesia.
Muhadjir muda memang diketahui aktif sebagai wartawan kampus hingga mendirikan surat kabar kampus UMM, BESTARI pada 1986. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia Perwakilan Malang Raya, dan juga merupakan penulis artikel lepas di beberapa media massa nasional.
Memanggul tugas koordinatif di Kabinet Indonesia Maju periode 2019--2024, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo secara langsung menyampaikan harapannya agar Profesor Muhadjir dapat menciptakan terobosan dan mensinergikan kementerian di bawahnya. Lebih dari itu, dimintakan juga komitmennya untuk mengawal akselerasi pengentasan kemiskinan, revolusi mental, toleransi, dan solidaritas nasional. Selamat bekerja Pak Menko Muhadjir. (E-1)