Di usianya yang lumayan senja, David Abel ingin memberikan sesuatu yang berarti bagi istrinya, Sally. Maka, sebuah perjalanan wisata supermewah pun dia siapkan.
Hingga tiba waktu yang ditentukan, David dan Sally pun memulai perjalanan wisatanya dengan menggunakan kapal pesiar Diamond Princess. Kapal yang membawa 2.666 penumpang dan 1.045 kru itu dijadwalkan berlayar dari Yokohama menuju sejumlah kota besar di Asia, selama dua pekan.
Dalam perjananan kapal wisata dengan berat 115,875 gross ton (GT) itulah, David merancang sebuah momentum romantis bagi Sally, yakni perayaan hari jadi pernikahan ke-50. Namun belum pula tunai rencana David, dampak wabah penyakit keburu menyergap.
Dampak wabah muncul setelah seorang penumpang yang turun di Hong Kong bulan lalu, dinyatakan positif terjangkit virus corona. Alhasil, bersama ribuan penumpang dan kru, David dan Sally kemudian harus tetap berada di atas kapal selama 14 hari ke depan, setidaknya hingga 19 Februari 2020, bukan untuk berwisata, melainkan untuk menjalani proses karantina.
Saat Diamond Princess berlabuh di Yokohama untuk mengevakuasi 61 orang yang dipastikan positif terinfeksi virus Covid-19, David pun membagikan videonya melalui siaran Facebook. "Liburan kami sudah berakhir," begitu pesan yang disiarkannya.
Dibeberkan David, dalam proses karantina itu sejatinya pelayanan kapal tetap berjalan bak lazimnya. Di mana sajian makanan kelas premium tetap diantar ke kamar dan kamar mandi tetap dibersihkan. Bukan hanya itu, akses Internet dan sinyal ponsel pun tetap aktif.
Bedanya, para kru dan penumpang dilarang keluar kamar dan berinteraksi dengan penumpang atau kru lainnya. Oleh karena itulah, kendati mengantungi tiket kapal pesiar mewah, berada di tengah luasnya samudra dan di bawah ancaman mematikan virus Covid -19 sekaligus, tentu bukanlah hal yang menyenangkan.
Selama berada di moda karantina itu, banyak hal yang dilakukan para penumpang, demi memupus ketakutan dan kebosanan. Termasuk di antaranya, beberapa kerap mengunggah foto makanan, bermain sudoku, maupun jalan-jalan singkat dan terbatas ke geladak.
Sedangkan beberapa lainnya mengusir jenuh dengan bermain game, makan, menonton film, berlatih tai chi, dan online di sosial media.
"Kebosanan adalah hal yang nyata, dan semakin sulit untuk dicegah, tapi sejauh ini sangat baik," demikian diucapkan Kent Frasure, seorang warga Amerika yang istrinya, Rebecca, dinyatakan positif dan ditempatkan di ruang isolasi di rumah sakit.
Menyemangati Kru
Selain memupus kejemuan, di antara penumpang kapal juga ada yang rajin membagi pesan semangat kepada anggota kru kapal. Mereka menyadari, awak kapal pasti mengalami kelelahan tersendiri karena berusaha tetap menyediakan makanan dan hiburan selama masa karantina berlangsung.
Di antara beragam hiburan yang disajikan kru kapal Diamond Princess di tengah panjangnya masa karantina corona itu adalah menghidangkan menu spesial di Hari Valentine bagi penumpang kapal, pada Jumat (14/2/2020).
Dikutip dari The Guardian, media itu menuliskan, awak kapal menyajikan menu alpukat dan udang cupid dilengkapi anggur California, coq au vin dan makanan kejutan pencuci mulut untuk makan malam.
Pada hari Jumat (14/2/2020), beberapa penumpang dapat mengirim pesan ke orang-orang terkasih melalui smartphone, hadiah dari pemerintah Jepang.
Ada juga pajangan kasih sayang untuk kru Diamond Princess, yang disambut oleh potongan kertas hati yang menempel di pintu kabin seorang wanita. "Terima kasih untuk semua kerja kerasmu," tulis pesan tersebut.
Dan pada yang lain, mereka menuliskan, "Terima kasih telah merawat kami."
Selain mendapat pelayanan dari kru kapal, pada masa karantina itu sejatinya penumpang itu juga terpaksa menjalani peran ganda. Mereka menjadi staf kabin bagi diri sendiri, mengganti seprai, mencuci pakaian, dan membersihkan toilet.
Bantuan sesaat datang tiga kali sehari dengan ketukan di pintu oleh staf yang menggunakan sarung tangan dan masker untuk menyajikan makanan.
Pada awal pekan lalu, kembali ditemukan kasus infeksi corona di dalam kapal itu. Jumlah yang terinfeksi sebanyak 10 orang. Hal itu menjadi kejutan bagi 3.711 orang di Diamond Princess.
Apalagi, tes kesehatan terkini yang dilakukan pemerintah Jepang menunjukkan bahwa yang positif menderita COVID-19 di kapal itu melonjak menjadi 355 orang.
"(Sementara), 73 orang tidak menunjukkan gejala," kata Menteri Kesehatan Jepang Katsunobu Kato, seperti dilansir AFP, Minggu (16/2/2020).
Di kapal tersebut juga ada 75 awak kapal berbangsa Indonesia. Namun, dalam pemeriksaan intensif terkini pun, belum diperoleh informasi yang menyebutkan bahwa mereka terpapar virus Covid-19.
Karantina Raksasa
Pemerintah Provinsi Hubei, Tiongkok, yang menjadi pusat wabah infeksi virus corona, melaporkan 139 orang meninggal pada Ahad. Ini membuat jumlah korban tewas akibat infeksi virus itu menjadi 1.665 orang seperti dilansir Komisi Kesehatan Nasional.
“Pemerintah Cina melaporkan ada 2.009 kasus infeksi baru virus corona pada Sabtu (15/2/2020) sehingga totalnya secara nasional menjadi 68.500 orang,” begitu dilansir South China Morning Post pada Ahad, 16 Februari 2020.
Menurut Komisi itu, jumlah korban tewas secara global sebanyak 1.669 orang dengan empat orang lainnya meninggal di empat negara yaitu Jepang, Hong Kong, Prancis, dan Filipina.
Sedangkan jumlah total orang yang terinfeksi virus Corona ini secara global mencapai 69.195 orang dengan Jepang, Singapura, dan Hong Kong tercatat sebagai tiga negara di luar Tiongkok dengan korban infeksi terbanyak yaitu masing-masing 338, 72, dan 56 orang.
Pandemi akibat virus Covid-19 mulai menyebar pada Desember 2019, lewat hewan kelelawar yang dijual di pasar hewan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok bagian tengah.
Virus menyebabkan korban mengalami demam dan batuk dengan masa inkubasi selama satu hari hingga dua pekan. Sejumlah pasien yang dirawat di berbagai negara berhasil sembuh sedangkan sebagian lainnya meninggal.
Selain Diamond Princess, karantina manusia dalam jumlah yang lebih besar akibat ancaman virus Covid-19 nyatanya juga pernah dilakukan pada akhir Januari 2020. Sekitar 6.000 penumpang dan seribu awak kapal pesiar Costa Cruises dilarang turun saat kapal itu sedang berlabuh di Italia.
Penyebab larangan itu adalah dugaan infeksi virus corona terhadap dua penumpang, pasangan suami istri, yang sakit. Ketika itu, juru bicara Costa Cruises, dilansir CNN, Jumat (31/1/2020), mengatakan bahwa kedua penumpang tersebut sedang menjalani uji laboratorium untuk menentukan apakah mereka terjangkit virus corona atau tidak. Mereka berasal dari Hong Kong.
"Seluruh penumpang lain, saat ini tetap berada di kapal," tandas juru bicara tersebut.
Pasangan suami istri tersebut ditempatkan di ruang terpisah di kapal Costa Smeralda. Kapal itu berlabuh di Civitavecchia, setelah sebelumnya mampir di Palma de Majorca, Spanyol. Kedua penumpang itu dilaporkan tiba di Bandara Malpensa, Milan pada 25 Januari lalu, dari Macau.
Karantina raksasa juga digelar mulai Kamis (13/2/2020), tergadap 10.000 orang yang berada di dekat Ibu Kota Hanoi selama 20 hari. Menurut seorang pejabat lokal Vietnam, pihaknya memutuskan untuk mengkarantina karena khawatir virus corona dapat menyebar di sana.
Warga Desa Son Loi di utara Provinsi Vinh Phuc, 44 km dari Hanoi, tempat bagi 11 dari 16 kasus virus corona di negara itu, termasuk pada seorang bayi umur tiga bulan. "Lebih dari 10.000 warga komunitas itu tidak akan diizinkan pergi selama 20 hari mendatang, mulai hari ini," ungkap pejabat itu.
Virus corona tiba di Vinh Phuc setelah seseorang dari provinsi itu berada di Kota Wuhan, Tiongkok. Dia kembali ke Vietnam untuk liburan Tahun Baru Imlek. Provinsi Vinh Phuc menjadi lokasi sejumlah pabrik yang dioperasikan oleh Honda dan Toyota asal Jepang.
Media Vietnam telah mengindikasikan pemerintah akan sepenuhnya menutup wilayah komunitas Son Loi. Sejumlah pos pemeriksaan juga dijaga polisi dan tanda peringatan virus corona telah dipasang di luar Son Loi.
Sejumlah orang masih diizinkan masuk dan meninggalkan lokasi dengan populasi 10.641 orang pada Rabu (12/2/2020). Sementara itu di Indonesia, Minggu (16/2/2020), pemerintah memulangkan 237 WNI plus 1 WNA yang menjalani karantina di Natuna, Kepulauan Riau, sejak 2 Februari lalu, ke daerah masing-masing.
Ratusan WNI itu dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, dengan menggunakan pesawat Batik Air.
Pemulangan dilakukan setelah pada hari ke-11 karantina mereka dinyatakan sehat. Sekretaris Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Achmad Yurianto mengungkapkan itu saat berada di markas Komando Tugas Gabungan Terpadu Operasi Kemanusiaan Natuna melalui sambungan video pada Kamis, 13 Februari 2020.
“Sebelas hari menjalani karantina di Natuna, Kepulauan Riau, warga negara Indonesia (WNI) dari Wuhan dalam keadaan sehat dan tidak ada satu orang pun yang sakit. Mereka pengin cepat pulang dan ingin tetap bisa melanjutkan studi di Wuhan, meskipun perkuliahan pada semester ini sudah dimulai di sana, dengan metode online," kata Yurianto. (N-1)
Penulis : Ratna Nuraini
Editor : Firman Hidranto