Sejak wabah corona virus disease 2019 (Covid-19) merebak, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dokter Kariadi Semarang telah merawat 10 pasien suspect. Mereka menunjukkan gejala demam, batuk-pilek, sesak nafas, dan kadang disertai rasa ngilu di sejumlah bagian tubuh. Salah satu suspect datang dan langsung menjalani rawat inap 19 Februari, dan meninggal 23 Februari 2019.
Kematian lelaki berusia 37 tahun itu sempat menimbulkan spekulasi bahwa ada pasien positif terpapar Covid-19. Kabar itu cepat menyebar, karena sejak dirawat di ruang isolasi, dia mendapatkan perlakuan khusus, yakni para dokter dan paramedis yang merawat mengenakan busana yang menutup seluruh badan (coverall) kecuali muka dan telapak tangan. Para petugas medis ini juga mengenakan masker, kaca mata, dan sarung tangan.
Ketika korban kemudian meninggal dunia, perlakuan khusus terus diberlakukan. Jenazah dimandikan di ruang isolasi itu pula oleh petugas mengenakan jas coverall. Setelah dikafani jenazah dibungkus plastik tiga lapis lalu dimasukkan ke peti mati. Peti tidak boleh dibuka. Ketika dibawa ke ruang jenazah, lorong rumah sakit dikosongkan dari pengunjung. Peti jenazah selanjutnya diangkut ambulans ke rumah duka. Dalam waktu paling lama 4 jam, jenazah harus dimakamkan.
Pihak RS Kariadi Semarang memberlakukan prosedur khusus itu karena tidak mau ambil risiko terjadi penularan. Keluarga pasien telah mendapat penjelasan dari dokter tentang situasi khusus itu, sehingga tidak terkaget-kaget harus menjalankan prosedur darurat. Namun, beberapa pasien sempat merekam peristiwa itu dengan gawai, dan tak lama kemudian beredar di media sosial bahwa ada pasien korban virus Covid-19 meninggal di RS Kariadi.
Pimpinan RSUP Kariadi mengakui menjalankan prosedur khusus itu. Alasannya, pasien tercatat sebagai suspect serangan Covid-19. Prosedur perawatan dan penanganan seperti itu akan selalu dikenakan bagi semua suspect penyakit bakterial yang menular seperti Covid-19, flu burung, dan sejenisnya. Apa lagi, ada catatan pasien mengalami gejala sakit setelah tiba dari perjalanan ke Spanyol dan transit di Dubai.
Butuh serangkaian observasi klinis dan lab pendahuluan untuk secara bulat menyatakan pasien dalam status suspect Covid-19. Setelah rangkaian itu dijalankan, sebelum pasien meninggal pihak RS Kariadi mengambil spesimen dahak dan darah pasien ke Lab Biomedik Litbang Kemenkes di Jl Percetakan Negara Jakarta. ‘’Minggu 23 Februari pasien meninggal, datanya langsung kita kirimkan ke Litbangkes, dan esoknya yakni Senin, disebutkan bukan karena Covid-19," kata Dokter Nurdopo Baskoro.
Atas nama kerahasiaan pasien, pihak RSUP Kariadi tak menyebutkan identitas korban. Ada penyebab kematiannya pun tak pula disampaikan ke pers. Yang jelas, pasien mengalami gejala pneumonia (paru-paru basah) akut, dan gejala tersebut dapat muncul akibat TBC, Covid-19, HIV, atau kuman penginfeksi paru lainnya. Yang pasti, Covid-19, TBC dan HIV telah dicoret dari daftar penyebab penyakit. Observasi lengkap masih berjalan, namun pasien keburu meninggal.
Bagi RSUP Kariadi, perlakuan pasien dengan standar pengamanan tinggi yang melibatkan petugas medis dengan jas coverall serba tertutup, bukan kali ini saja dilakukan. Semua suspect Covid-19 diperlakukan serupa. Bahkan, dua orang pasien lain yang datang hampir berbarengan dengan korban meninggal itu, juga menjalani treatment yang sama. Dengan begitu, risiko yang terkesan maksimal untuk bermanfaat untuk meminimumkan risiko.
Sebelum pasien suspect pertama muncul, RSUP Kariadi telah menjalankan latihan simulasi, menyiapkan diri menangani pasien yang terpapar Covid-19. Simulasi dilakukan dengan menggunakan properti yang selalu disiapkan sejak wabah flu burung berjangkit sejak 10 tahun lalu. Maka, ketika muncul dugaan ada pasien yang berpotensi tertular Covid-19 itu, prosedur itu dilakukan. Namun, tak berarti ada pasien yang positif tertular virus jahat yang menyebar dari Provinsi Hubei, Tiongkok, sejak Desember silam itu.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ( P2P) di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Dokter Anung Sugihantono mewanti-wanti masyarakat waspada tapi kritis menyikapi dalam membagi maupun menerima info-info dari media sosial. Lebih dari 100 spesimen suspect Covid-19 telah diperiksa oleh Lab Biomedik Kementerian Kesehatan. Pemeriksaan dilakukan dengan akurasi tinggi sesuai standar Badan Kesehatan Dunia WHO.
Sejauh ini hasilnya negatif. Semuanya. ‘’Kalau ada perkembangan penting dan mendesak, tentu kami akan sampaikan kepada masyarakat,’’ kata Dokter Anung Suguhantono.
Penulis: Putut Tri Husodo
Editor: Ratna Nuraini