Indonesia.go.id - Wabah Mengembara Secara Tak Terduga

Wabah Mengembara Secara Tak Terduga

  • Administrator
  • Jumat, 28 Februari 2020 | 22:42 WIB
PANDEMI COVID-19
  Seorang pria memakai masker pelindung mengendarai sepeda di jalan utama di Wuhan, pusat terjadinya penularan virus korona baru, provinsi Hubei, China, Kamis (20/2/2020). Foto: ANTARA FOTO/REUTERS

Pasien Covid-19 melonjak di Korea Selatan, Italia, Iran, dan UEA. Meski tidak seganas yang lain, Covid-19 mudah menular dan menyebar.

Pandemi penyakit radang pernafasan Covid-19 masih menghantui dunia. Sempat muncul tanda-tanda, bahwa wabah mutan virus Corona itu menyurut di episentrumnya, Negeri Tiongkok, di akhir pekan lalu. Namun pada saat yang sama terjadi lonjakan di Korea Selatan, Italia, Uni Emirat Arab (UEA), dan Iran. Maka, Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun tak mengendurkan status darurat pandemi Covid-19 ini.

Dalam pantauan WHO, pada akhir pekan 22 dan 23 Februari 2020 lalu terjadi tren penurunan pasien baru yang terjangkiti virus itu, maupun pasien yang meninggal di Tiongkok. Namun sebaliknya, terjadi lonjakan pasien di Italia. WHO kembali menyerukan kewaspadaan karena virus mutan baru itu terbukti punya adaptasi di berbagai kondisi lingkungan dan kini telah menyusup ke-28 negara.

Secara umum, per 23 Februari tercatat ada 78.811 orang terjangkiti virus yang mengakibatkan gejala demam, pilek, batuk, dan sesak nafas--mirip pneumonia (paru-paru basah). Korban meninggal 2.462 orang, sekitar 3 persen dari jumlah pasien terinfeksi. Yang mengagetkan, tiba-tiba Korea melaporkan bahwa jumlah pasien Covid-19 itu melonjak menjadi 602 kasus. Ada lonjakan 256 pasien pada akhir pekan. Korban meninggal bertambah 3 menjadi 5 orang.

Di Iran terjadi pula lonjakan pasien dari 18 menjadi 28 orang. Lima di antaranya meninggal dunia dan satu kematian terjadi di akhir pekan lalu. Sementara itu, di Uni Emirat Arab ada tambahan dua kasus baru, membuat angka pasien menjadi 13 orang, dan tidak ada laporan pasien meninggal. Kasus infeksi baru juga terjadi di Singapura dan Australia, dalam jumlah yang tak signifikan.

Data yang disodorkan di laman resmi WHO (who.int) menunjukkan bahwa kontak langsung orang ke orang menjadi jalan penularan utama. Itu yang menyebabkan serangan Covid-19 begitu gencar di Tiongkok. Sebanyak 30 dari 33 provinsi di negeri itu telah terpapar virus, meski episentrumnya tetap di Provinsi Hubei. 

Wuhan yang dianggap sumber kemunculan Covid-19 adalah Ibu Kota Provinsi Hubei yang hingga saat ini menyumbang lebih dari 64 ribu kasus atau 83 persen dari semua kasus infeksi di Tiongkok. Sementara itu, beberapa provinsi hanya mengalami serangan ringan, seperti Jilin, Gansu, atau Xinjiang, dengan jumlah paparan infeksi kurang dari 100 kasus.

Di Korea Selatan, penularan juga terjadi lebih banyak dari pasien yang sudah ada di Negeri Ginseng itu sendiri. Dari 602 pasien, hanya 13 orang yang dipastikan terpapar saat melakukan kunjungan ke Tiongkok dan empat lainnya dicurigai tertular di negeri lain di luar Tiongkok maupun Korea. Namun, sebagian besar disimpulkan terinfeksi di dalam negeri.

Di Italia, dari 76 pasien yang terjangkit hanya tiga orang yang dipastikan terpapar virus langsung ketika melakukan perjalanan ke Tiongkok. Selebihnya masih dalam observasi. Di Uni  Emirat Arab, dari 13 pasien yang ada, enam di antaranya disebut terpapar saat melakukan perjalanan ke Tiongkok, dan selebihnya dipastikan tertular di dalam negeri.

Berbeda pula dengan Iran. Di sana, dari 28 kasus infeksi, tidak satu pasien pun punya catatan telah melakukan perjalanan ke Tiongkok atau negeri lain yang berpotensi menyebabkan terpapar Covid-19. Mereka diduga tertular oleh tamu asing yang datang ke Iran. Atas kejadian ini, Pemerintah Afganistan, Irak, dan Turki telah menutup pintu perlintasan darat dari dan ke wilayah Iran.

Pemerintah Korea Selatan menyatakan negerinya dalam kondisi siaga pada level tertinggi. Sekitar lima ribu warga yang dianggap punya potensi tertular harus menjalani pemeriksaan setiap hari. Meski tak sampai menjalankan lock down, Pemerintah Korea Selatan menetapkan Kota Daegu dan Gyeongseng Buko sebagai wilayah dengan perlakuan khusus.

Di kedua kota itu, pasar, plaza, dan pusat perbelanjaan pun disterilisasi dengan disinfektan. Warga diimbau menghindari tempat-tempat umum. Kini, Korea harus menghadapi kenyataan pahit. Dua belas negara membatasi penerbangan langsungnya ke sana. Bahkan, Bahrain dan Israel telah menghentikannya.

Pemerintah Italia melakukan tindakan yang lebih ketat. Sepuluh kota kecil di Provinsi Lombardy dan Veneto ditutup. Tak ada layanan transportasi umum ke kota-kota tersebut, dan sekitar 50 ribu warga diminta tinggal di dalam rumah. Kota-kota Codogna, Casalpusterling, dan Castiglione yang biasanya ramai oleh para pelancong, kini pun sepi. Kafe-kafe, restoran, stasiun kereta bahkan tempat gimnastik, sekolah dan kantor pemerintah diliburkan.

Sejumlah orang yang berpotensi tertular dikarantina di sejumah tempat di Italia. Mereka yang kedapatan keluar masuk ke rumah karantina akan dijatuhi denda. Puncak acara karnaval tahunan yang sedianya digelar Ahad lalu di Venesia, Ibu Kota Provinsi Vaneto, ditunda. Empat acara pertandingan Sepak Bola Seri A digeser waktunya. Pemerintah Italia tak mau wabah virus Corona meluas.

Meski tidak mengambil tindakan-tindakan luar biasa, kewaspadaan juga diperlihatkan Uni Emirat Arab, Iran, dan sejumlah negara lain yang berisiko terpapar Covid-19. Dengan tingkat kematian tiga persen, Covid-19 memang tak seganas virus Ebola, SARS, MERS, atau virus Flu Burung. Namun, telah terbukti bahwa virus mutan dari keluarga Corona itu mudah menyebar ke berbagai penjuru dunia.

WHO mengakui, belum ditemukan obat maupun vaksin bagi Covid-19 yang baru menyebar bulan Desember 2019 itu. Diperkirakan, vaksinnya baru akan ditemukan 18 bulan mendatang. Namun, tak berarti pasiennya tak bisa disembuhkan. Ribuan orang dinyatakan telah sembuh dari serangan virus Corona ini.

Dokter-dokter Tiongkok melaporkan pemakaian Kaletra (obat anti-HIV) dan oplosan Remdesivir (anti-virus Ebola) dengan obat Malaria, bisa menekan perkembangan Covid-19 di tubuh pasien. Perawatan yang pokok adalah menjaga agar organ utama pasien, seperti jantung, paru, dan ginjal bisa berfungsi optimum. Tentu, perawatan tersebut tidak murah. Bahkan, bagi pasien yang telah sembuh pun dokter Tiongkok menyarankan agar menjalani karantina selama beberapa waktu untuk memastikan Covid-19 telah benar-benar hilang dari tubuhnya.

WHO pun mengkhawatirkan, Covid-19 menyebar di masyakarat negara yang belum memiliki layanan kesehatan yang tinggi. Apalagi, perawatan pasien pengidap Covid-19 ini memerlukan peralatan medis yang canggih, ruang isolasi, berbagai macam obat, dan tenaga kesehatan yang terlatih. Tentu, mahal.

Atas perkembangan terbaru ini, para pakar WHO menyebut bahwa wabah virus bisa mengembara ke arah yang tak terduga. Maka, WHO mengharapkan warga dunia kembali mengutamakan upaya pencegahan infeksi standar dengan mencuci tangan dengan sabun sesering mungkin, membersihkan rongga mulut, datang secara dini ke dokter bila ada gejala mencurigakan, dan menutup mulut serta hidung dengan masker bila terkena flu, agar material yang keluar saat batuk atau bersin tak menyebar.

Semua orang harus saling menjaga dan melindungi untuk keselamatan bersama.

 

Penulis: Putut Tri Husodo
Editor bahasa: Ratna Nuraini