Pemandangan tak biasa itu terjadi di lobi kantor Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, di Jl Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (12/3/2020). Di lobi kantor Ma'ruf, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Keuangan Sri Mulyani berjumpa. Keduanya tak berjabat tangan. Bukan sedang purik (marahan). Tapi saat itu JK dan Bu Anik--panggilan Sri Mulyani—memilih beradu sikut.
Hari itu, JK, Anik, dan rombongan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) beraudiensi dengan Ma'ruf. Saat rombongan diterima Ma'ruf, JK dan Anik pamer adu sikut di hadapan Ma'ruf. JK menyebut itu sebagai "salam corona". “Untuk mencegah penyebaran virus corona,” kata JK.
Bentuk adu sikut JK-Anik itu hanya salah satu dari perubahan gaya orang bersalaman demi mencegah penyebaran penyakit yang sedang melanda dunia ini. Sebelumnya, Ma'ruf juga melakukan hal serupa.
Saat membuka Musyawarah Nasional Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia (Adeksi) yang berlangsung di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Rabu (11/3/2020), Ma'ruf tak menyalami hadirin yang hadir. Sambil berjalan dan mengumbar senyum, ia hanya menelungkupkan kedua tangannya (namaste).
Dari atas panggung, Ma'ruf baru mengungkap alasannya tak mau bersalaman. "Saya mohon maaf salamannya tak ada cium tangan, untuk menangkal corona," katanya saat memberi sambutan. Berawal dari situ, nama "salam corona"--dengan segala bentuknya--mulai populer.
Perubahan cara interaksi ini bukan hanya di Indonesia tapi juga di belahan negara lain. Di Prancis, kebiasaan jabat tangan itu harus ditanggalkan. Sebagai gantinya, mereka melakukan tatap mata. Juga di Iran yang mencatatkan 17.361 kasus Covid-19, dengan angka kematian 147 orang. Tingginya angka itu membuat masyarakat Iran yang biasanya saling memeluk jika bertemu, kini harus rela menanggalkan tradisi itu. Agar terkesan masih akrab dan hangat, mereka menggantinya dengan beradu kaki.
Interaksi lainnya juga bisa dirasakan dalam pekan ini. Ketika pemerintah mengeluarkan imbauan jaga jarak (social distancing), sejumlah instansi mengeluarkan imbauan agar pegawainya bekerja dari rumah (work from home). Sekolah-sekolah mengubah proses pembelajaran dari rumah. Bahkan kita juga bisa saksikan Presiden Joko Widodo beberapa kali menggelar rapat dengan cara teleconference dengan para pembantunya.
Tidak hanya merenggut nyawa, wabah Covid-19 yang melanda dunia juga mengubah beragam kebiasaan manusia. Tak hanya kebiasaan berinteraksi antarmanusia, juga manusia dengan Tuhannya.
Di Indonesia, ketika kasus positif virus SARS COV-2 dari hari ke hari jumlahnya bertambah, imbauan untuk tetap tinggal di rumah dan menghindari pertemuan-pertemuan yang melibatkan banyak orang terus digaungkan. Beberapa gereja di Jakarta meniadakan peribadatan yang biasanya digelar setiap Ahad. Sebagai gantinya, mereka diminta untuk beribadah di rumah masing-masing.
Pun dengan peribadatan umat Islam. Beberapa masjid yang biasanya menggelar salat berjemaah juga mulai meniadakan--walau masih ada yang menggelarnya. Gubernur DKI Anies Baswedan dan juga beberapa kepala daerah yang wilayahnya punya kasus Covid-19 juga mengeluarkan instruksi agar masjid-masjid meniadakan salat Jumat hingga dua pekan ke depan.
Jauh sebelumnya, pemerintah Arab Saudi juga menerbitkan larangan umrah untuk negara-negara yang terpapar Covid-19. Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dibuka-tutup. Ka’bah yang sebelumnya jadi magnet, kini dipagari. Jemaah dilarang menyentuh, apalagi mencium hajar aswad yang diyakini menjadi salah satu tempat istijabah berdoa. Karena larangan itu, jemaah hanya bisa melihat dan memanjatkan doa dari pelataran Ka’bah itu. Mekah yang biasanya dikunjungi jutaan orang, kini sepi.
Peribadatan Yahudi juga mengeluarkan imbauan serupa. Umat Yahudi Israel yang biasanya menyentuh dan mencium mezuzah (doorpost), harus rela meninggalkan kebiasaan itu. Dalam Taurat, mezuzah berarti tiang pintu. Gulungan kertas kecil ini biasanya ditempel di tiang-tiang pintu masuk kaum Yahudi. Gulungan kertas itu berisi kutipan dari Taurat tentang seruan mengingat Tuhan. "Dengarlah Israel, Tuhan adalah Elohim kita, Tuhan adalah Satu."
Orang Yahudi selalu menyentuh dan mencium mezuzah sebelum memasuki rumah. Karena virus corona mutan, kebiasaan itu sementara harus ditanggalkan. Memang saat ini segala upaya terus dilakukan demi mencegah meluasnya penyebaran virus berbahaya itu.
Penulis: Fajar WH
Editor: Eri Sutrisno/Ratna Nuraini