Selama ini, masyarakat empat desa di Kecamatan Kokbaun, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur hanya mengandalkan lampu pelita, lampu penerangan mengandalkan bahan bakar minyak, ketika malam hari.
Agar bisa menikmati lampu pelita pun, masyarakat desa di Kecamatan Kokbaun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Minimal mereka harus mengeluarkan dana sekitar Rp100.000 per bulan. Namun, sejak Juli 2020 derita itu berakhir setelah listrik menyetrum empat desa di kecamatan tersebut.
"Sejak listrik menyala, warga sekarang hanya membeli token (listrik) Rp50.000 dan lebih hemat," kata Camat Kokbaun, Wilgo Nenometa tatkala merayakan kehadiran aliran setrum di empat desa di wilayahnya.
Wilgo berkisah, penghematan juga dirasakan warga Kokbaun saat setrum dari PLN menyala sejak Juli 2020. Sebelumnya, para jemaat gereja mengeluarkan ongkos Rp200.000 untuk membeli bensin untuk menghidupkan genset.
Sekarang dengan menggunakan token listrik dengan biaya sama, penggunaannya bisa lebih lama. Benar, semua itu membuat gembira masyarakat desa tersebut. Melalui program listrik desa, 900 warga yang tinggal di empat desa di Kecamatan Kokbaun, yaitu Desa Niti, Desa Sabnala, Desa Koloto, dan Desa Lotas akhirnya dapat menikmati aliran listrik PLN.
Untuk mengalirkan listrik ke empat desa tersebut, PLN membangun Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 14 kms (kilometer sirkuit), Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 21 kms, dan 5 buah gardu dengan total kapasitas 250 kilo Volt Ampere (kVA).
Tak mudah memang perjuangan petugas PLN menyambung jaringan ke beberapa desa di Bumi Flobamora. Akses jalan yang berlumpur, serta medan berat mesti dilalui ketika membangun jaringan listrik dari gardu utama Timor Tengah Selatan ke Kecamatan Kokbaun. Terkadang petugas PLN harus berputar lewat jalur lintas selatan melewati Kabupaten Malaka.
Program listrik masuk desa mampu menggerakkan roda perekonomian, meningkatkan kualitas pendidikan hingga kesejahteraan. Khususnya di sejumlah desa atau dusun yang tergolong kawasan 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) seperti NTT.
Suplai aliran listrik di Desa Mbueain, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, misalnya, memberikan nilai tambah bagi warga yang mayoritas adalah nelayan.
"Selama ini hasil tangkapan nelayan hanya dijual dan untuk konsumsi sendiri. Untuk mengawetkan ikan kami harus mencari es batu ke Nembrala, Oenitas, atau Dela dengan harga Rp1.000 per batang atau Rp200.000 per boks untuk kebutuhan dua hingga tiga hari. Sekarang sudah ada listrik kami bisa membuat sendiri es batu dan pengawetan ikan juga menjadi lebih murah," ujar Kepala Desa Mbueain Fedi Ontiel Bobby.
PLN terus berupaya menyalurkan aliran setrum kawasan 3T guna mewujudkan keadilan energi untuk seluruh masyarakat Indonesia. Sepanjang Agustus 2020, PLN berhasil mengalirkan listrik di 20 desa dan 1 dusun di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Adapun hingga bulan Juli 2020, rasio elektrifikasi Provinsi NTT telah mencapai 86,13 persen. Sementara hingga Agustus 2020, rasio desa berlistrik telah mencapai 94,33 persen.
"Kami terus berupaya melistriki desa-desa terpencil yang ada di NTT agar keadilan energi bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud,” kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah (UIW) NTT Agustinus Jatmiko, Rabu (26/8/2020).
Pemberdayaan Warga
Selain menghadirkan listrik di desa-desa, PLN juga menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat desa melalui Program PLN Peduli. Seperti kegiatan yang digelar untuk warga Desa Pambota Jara, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur.
Warga menerima pelatihan sablon dan digital marketing untuk para milenial untuk mendukung promosi Bukit Wisata Warinding. Bukit ini memang jadi icon wisata desa setempat. Pesona hamparan perbukitan dan cuaca sejuk membuat, membuat Warinding jadi incaran milenial untuk berpose instagrammable.
Salah satu peserta pelatihan, Cicilia Ridolf menuturkan, pelatihan di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) sangat berguna untuk menopang ekonomi bagi dirinya dan warga Pandawai.
PLN juga melakukan pelatihan sejenis di Desa Wisata Ratenggaro di Kabupaten Sumba Barat Daya. Lewat program yang sama, PLN juga memberikan cold storage untuk penyimpanan ikan hasil tangkapan warga di Pulau Komodo dan Pulau Rinca.
Menerangi kehidupan warga NTT adalah komitmen pemerintah melalui PLN agar rasio elektrifikasi (RE) mencapai 100 persen pada 2020. Sebelumnya RE tahun 2019 sebesar 98,89 persen meningkat 14,54 persen dibandingkan pada 2014 yang berkisar 84,3 persen.
Sebagai wujud keadilan energi, penyediaan listrik buat masyarakat Indonesia bukan hanya untuk industri dan warga kota tapi juga menyasar daerah 3T.
Kendati dalam situasi pandemi Covid-19 yang berimbas pada merosotnya konsumsi listrik nasional, pihak PLN terus bertekad menerangi seluruh rumah tangga. Beberapa upayanya yaitu melalui program listrik desa untuk membangun jaringan ke daerah-daerah terpencil dan memanfaatkan potensi energi lokal untuk dijadikan sumber listrik.
Bagi daerah yang masih dapat dijangkau dengan perluasan jaringan (on grid) tentu akan dilakukan sambungan jaringan. Namun jika tidak, seperti wilayah NTT dengan kontur medan yang menantang, PLN bisa membangun pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) kecil atau memanfaatkan potensi lokal, seperti pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTMH) atau pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Sejumlah desa di Pulau Sumba sudah memanfaatkan potensi lokal untuk menyalakan listrik di luar jaringan PLN (off grid).
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Editor: Firman Hidranto/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini