Untuk menjadi kawasan industri, lingkungan Desa Ketanggan di Kecamatan, Gringsing, Batang, sangat menarik. Lokasinya di pinggir jalan tol Trans-Jawa dan dilewati jalur rel ganda kereta api Jakarta - Semarang. Di sisi utaranya langsung berbatas ke Laut Jawa. Tinggal sambung kabel ke jaringan fiber optik Palapa Ring, layanan komunikasi broadband pun tergelar.
Bila diperlukan, lahan untuk lapak industri di Gringsing itu bisa diperluas menjadi 4.000 ha (40 km2). Statusnya sudah resmi masuk dalam rencana pengembangan tata ruang industri di Jawa Tengah. Maka, sejak April lalu, kawasan ini sudah digarap guna dikembangkan untuk kawasan industri terpadu (KIT) yang sesuai untuk kompleks manufaktur canggih level 4.0.
Direncanakan, Januari 2021 nanti kawasan ini sudah siap untuk menjadi rumah bagi sejumlah industri tinggi. Jalan-jalan lingkungan industri beraspal licin, jaringan listrik, dan telekomunikasi, air baku, dan jalan akses ke ruas tol Trans-Jawa, ke stasiun kereta api serta akses ke laut telah telah terbuka.
Dengan begitu, KIT Gringsing Batang ini diharapkan bisa menjadi tempat rekolasi bagi sejumlah industri dari sejumlah negara seperti Amerika, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan terutama Tiongkok. Dalam konferensi virtual di yang dihelat di Jakarta, Rabu (16/9/2020) silam, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, ada 143 industri yang telah menyatakan niatnya membangun pabrik di Indonesia. Nilai investasinya ratusan triliun rupiah.
Menko Airlangga mengatakan, para investor itu telah menyampaikan minatnya itu ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). ‘’Semua itu berpotensi menciptakan 300 ribu lapangan kerja,’’ ujar Menteri Airlangga.
Pemerintah, kata Airlangga, tidak akan menyia-nyiakan peluang itu, dengan menyiapkan perangkat hukum dan iklim usaha yang lebih baik. Termasuk di dalamnya, menyediakan KIT yang lebih memadai.
Maka, rencana semula membangun kawasan industri terpadu (KIT) Kubangwungu Brebes, pun ditangguhkan. Yang dikedepankan kini KIT Gringsing di Kabupaten Batang, yang masih tetap di jalur Pantura (Pantai Utara) Jawa Tengah. Lokasinya bergeser 170 km ke arah Timur. Kawasan Kubangwungu tetap menjadi pilihan untuk lapak industri, meski tidak untuk disegerakan.
Pilihan Gringsing sebagai bakal calon lapak relokasi agaknya sudah mendapat anggukan calon investor. Sebagian mereka bahkan telah meninjau ke lapak Gringsing dan ada yang mengikat nota kesepahaman dengan PT Wijaya Kusuma, BUMN yang akan mengelola KIT tersebut.
Maka, lapak industri Grinsing kini dikebut pembangunannya. Targetnya, 450 ha lahan industri Tahap I dengan segala pendukungnya siap dioperasikan di awal 2021 nanti. Daerah Gringsing sendiri memungkinkan untuk KIT seluas 4.000 ha. Pemegang saham atas KIT Gringsing adalah Pemkab Batang 10 persen, PT Pembangunan Perumahan 35 persen, PT Perkebunan Nusantara IX 20 persen, PT Wijaya Kusuma 30 persen, dan 5 persen lainnya Pemprov Jawa Tengah.
Kelebihan KIT Gringsing dibanding kawasan industri yang lain adalah karena lahannya masih kosong, maka masterplan lapak bisa disesuaikan dengan kebutuhan investor, termasuk soal instalasi pengolahan limbahnya. Lantas, pengerjaannya pun bisa dikebut karena tidak harus menghadapi kerumitan hukum pembebasan lahan. Tanah KIT ini sebagian besar dikuasai PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX, berupa kebun karet dan tebu.
Bahkan, kebun PTPN IX di situ seluruhnya ada 4.300 ha. Yang 450 ha akan dilepas di tahap 1, dan selebihnya untuk cadangan. Karena milik BUMN, maka soal lahan menjadi mudah, apa lagi dengan PTPN IX masuk ke manajemen badan pengelolanya.
Selain membuat jaringan jalan-jalan bakal kawasan industri itu, PT Pembangunan Perumahan (PP) juga sedang sibuk menyiapkan akses ke jalan raya simpang susun keluar/masuk ke jalan tol, akses ke jalan raya Semarang-Jakarta, dan akses ke laut lewat Kampung Plabuan yang di situ juga ada stasiun kereta api kecil. Keduanya tidak sampai 2 km dari pagar KIT Gringsing.
Dengan akses yang mudah ke jalan tol, jalur kereta api dan ke laut, KIT Batang di Gringsing itu menjadi lebih kompetitif. Jarak ke Bandara Ahmad Yani Semarang hanya sekitar 50 km, tidak berbeda jauh seperti dari Kota Bekasi ke Bandara Soekarno-Hatta.
Momentum Jawa Tengah
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tampak antusias dengan pembangunan KIT Gringsing itu. Bersama Bupati Batang Wihaji, ia mengawal langsung prosedur perizinannya. ‘’Targetnya, dalam enam bulan semuanya siap. Januari 2021 sudah dapat dilakukan ground breaking untuk pembangunan fisik industri,’’ kata Gubernur Jateng ini saat meninjau lokasi proyek di Gringsing awal Juli lalu. Kata Ganjar, sudah 17 perusahaan multinasional yang siap masuk Gringsing.
Sejak menjabat Gubernur Jateng 2013, Ganjar memang giat menjadikan wilayahnya sebagai tujuan relokasi industri. Awalnya relokasi dari wilayah Jabodetabek yang semakin mahal buat kegiatan manufaktur, antara lain, karena ongkos buruh yang lebih murah. Ganjar mendorong investor Singapura ikut membangun KIT di Kendal, seluas 1.000 ha, yang diresmikan 2016. KIT tersebut difokuskan untuk tekstil.
Jawa Tengah sendiri memang tertinggal dalam hal industri dibanding tetangganya Jawa Timur dan Jawa Barat. Dari sekitar 110 kawasan industri yang ada di Indonesia (2019), hanya tujuh yang berada di Jawa Tengah, dengan luas total 2.200 ha saja. Jumlah itu hanya setara dengan kawasan industri Subang-Purwakarta Jabar. Jangan bandingkan dengan Bekasi dan Karawang yang masing-masing di atas 6.000 ha.
Seiring dengan makin mahalnya lahan di Jabodetabek dan Jawa Barat, dan semakin tingginya upah buruh di situ, Jawa Tengah pun menjadi pilihan. Ganjar menawarkan daerahnya untuk relokasi dan berhasil.
Belakangan, isu relokasi pun ramai melanda regional Asia Timur dan Tenggara. Kompetisi yang ketat membuat industri manufaktur mencari lokasi yang lebih murah. Ditambah lagi, meletus perang dagang Amerika-Tiongkok. Produk dari Tiongkok dibebani bea masuk tinggi ke pasar Amerika. Karuan saja, industri yang memanfaatkan ekosistem yang serba efisien di Tiongkok, untuk ekspor ke Amerika, pun menjerit.
Tahun 2019, 33 industri besar merelokasi pabriknya keluar dari Tiongkok. Sebagian besar ke Vietnam, lalu Thailand dan Malaysia. Tak satu pun ke Indonesia. Situasi ini membuat Presiden Joko Widodo bergegas menyiapkan kawasan industri yang sesuai dengan kebutuhan relokasi.
Mula-mula, daerah Kubangwung, Brebes, menjadi incaran. Tapi, karena alotnya pembebasan lahan, KIT Tabang di Gringsing pun menjadi pilihan. Kawasan ini pun bisa cepat dikembangkan agar awal 2020 sudah siap menangkap investor. Pengerjaannya pun dikebut. “Semuanya bisa berjalan sesuai rencana,” kata Bupati Batang Wihaji, yang medio September lalu meninjau lokasinya. Situasi pandemi ternyata tak menghambat proses relokasi.
Penulis: Putut Trihusodo
Editor: Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini