Indonesia.go.id - Kontribusi Nonmigas Terus Meningkat

Kontribusi Nonmigas Terus Meningkat

  • Administrator
  • Rabu, 11 November 2020 | 07:28 WIB
PERDAGANGAN
  Pekerja mengupas singkong untuk diolah menjadi keripik balado diPadang, Sumatera Barat, Jumat (16/10/2020). Bisa menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Meski pandemi, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus hingga USD13,5 miliar. Kontribusi ekspor nonmigas menjadi makin penting dengan mencatat USD111, 25 miliar untuk periode Januari—September 2020.

Sebuah acara melepas ekspor produk sarang burung walet dan keripik singkong dilakukan oleh Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga, di Medan, Sabtu (7/11/2020). Keduanya merupakan produk dari PT Ori Ginalnest Indonesia dan PT Alpha Gemilang Sejahtera.  

Dalam kesempatan itu Wamendag Jerry Sambuaga menyebut Sumatra Utara (Sumut) sebagai salah satu provinsi yang memberikan kontribusi ekspor nonmigas cukup tinggi bagi Indonesia. Pada 2019, Sumatra Utara menduduki peringkat ke-9 sebagai provinsi yang memberikan kontribusi ekspor nonmigas dengan total ekspor sebesar USD7,28 miliar. Sekitar 4,7 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia. 

Dengan capaian seperti itu, Wamendag Jerry memberikan apresiasi kepada pemerintah daerah dan pelaku usaha di Sumut. “Kita berharap ekspor makin memberikan kontribusi bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, termasuk di Sumut ini,” kata Jerry.

Kinerja neraca perdagangan Indonesia saat ini menguat dengan membukukan surplus USD13,5 miliar. Kontribusi ekspor nonmigas menjadi makin penting dengan mencatat USD111, 25 miliar untuk periode Januari—September 2020. 

Jika dilihat dari data ekspor pada periode Januari— Agustus 2020, ekspor nonmigas Sumatra Utara tercatat sebesar USD4,91 miliar atau naik 0,40 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. 

Menurut Jerry, peningkatan ekspor tidak terhenti karena pandemi Covid-19.  Berbagai perjanjian perdagangan, bilateral maupun multilateral, ikut mendorong pemanfatan keunggulan kompetitif produk-produk Indonesia. “Hari ini kita serahkan surat keterangan asal (SKA) kepada para pelaku usaha agar produknya dikenal berasal dari Indonesia. Dari situ mereka akan mendapatkan pemotongan tarif bahkan hingga nol persen ke negara tujuan. Dengan begitu, harganya bisa ditekan dan bisa bersaing,” imbuh Jerry. 

 SKA adalah sebuah pernyataan resmi dari Pemerintah Indonesia mengenai asal sebuah produk ekspor. SKA merupakan salah satu instrumen yang dihasilkan oleh perjanjian perdagangan yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan RI bersama kementerian dan lembaga lain. Negara tujuan ekspor akan mengenali asal produk dari SKA tersebut dan memberikan pemotongan tarif hingga nol persen sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani dengan Indonesia. 

Wamendag Jerry mengatakan, mengembangkan produk-produk daerah untuk diekspor menjadi prioritasnya. Pembangunan infrastruktur yang sangat masif di era Presiden Jokowi dibangun untuk mendukung hal tersebut. 

Ia yakin tol lintas Sumatra akan meningkatkan arus perdagangan dan menekan biaya logistik “Kami akan memadukan upaya-upaya dengan infrastruktur yang ada, sehingga produk masyarakat semakin mudah mencapai pasar, baik domestik maupun luar negeri. Ini kerja lintas lembaga dan para pemangku kepentingan. Kami senang dan siap berkolaborasi dengan semua pihak agar produk masyarakat Sumut bisa dimaksimalkan dalam perdagangan,” kata Jerry. 

Jerry Sambuaga mengapresiasi semangat pantang menyerah para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terus berproduksi dan mendorong ekspor di masa pandemi Covid-19. Perusahaan sarang burung walet PT Ori Ginalnest Indonesia berhasil mengekspor sarang burung walet ke Tiongkok, Eropa, Amerika Serikat, Australia, Taiwan, dan Singapura sebesar Rp24,29 miliar. Sedangkan PT Alpha Gemilang Sejahtera mengekspor 20 ton keripik singkong ke Korea Selatan secara rutin 2—3 kali dalam sebulan. 

Perlu diketahui, ekspor sarang burung walet meningkat secara konsisten di tengah pandemi. Berdasarkan data BPS, ekspor sarang burung walet Indonesia selama kurun waktu lima tahun 2015—2019 memiliki tren positif 34,94 persen. Ekspor sarang burung walet Indonesia pada periode Januari—September 2020 juga mengalami peningkatan sebesar 34,45 persen yaitu sebesar USD276,58 juta dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Negara tujuan utama sarang burung walet Indonesia adalah Tiongkok dengan nilai mencapai USD219,08 juta atau atau sebesar 60,19 persen dari seluruh ekspor sarang burung walet Indonesia. Indonesia menjadi negara penghasil sekaligus eksportir utama sarang burung walet di dunia. 

 

Kesadaran Higienitas

Berdasarkan trade map 2019 ekspor walet Indonesia berkontribusi 48,16 persen dari total ekspor sarang burung walet dunia. Pandemi kian meningkatkan kesadaran terhadap higienitas dalam ekspor. 

Kesadaran itu dipicu oleh mudahnya penyebaran Covid-19 kepada obyek, media, atau tenaga kerja yang menangani ekspor. Untungnya, Indonesia telah lama memiliki perjanjian bersama dalam penetapan standar higienitas produk. 

Khusus dalam ekspor sarang walet, sejak 2012, Indonesia dan Tiongkok sebagai tujuan utama ekspor telah menandatangani protokol persyaratan higienitas, karantina, dan pemeriksaan untuk importasi produk sarang burung walet dari Indonesia ke Tiongkok. 

Sampai saat ini, dari 49 perusahaan yang telah terdaftar sebagai pemegang eksportir terdaftar sarang burung walet (ET-SBW), hanya 23 perusahaan yang telah mendapatkan sertifikasi ekspor sarang burung walet ke Tiongkok. Jerry mengingatkan, tren kesehatan dan higienitas akan meningkat di masa depan sejalan dengan kesadaran publik akan hidup sehat. 

Standar-standar kesehatan dan higienitas itu sering menjadi nontariff barrier dalam perdagangan. Untuk itu, Kementerian Perdagangan bersama kementerian terkait sudah mengantisipasi dengan berbagai perjanjian perdagangan baik secara bilateral maupun multilateral. 

“Dalam perjanjian-perjanjian itu juga ada mekanisme peningkatan kapasitas pelaku usaha agar bisa memenuhi standar kesehatan produk di negara tujuan ekspor,” tandas Jerry. 

Ekspor produk UMKM berbasis singkong dan ubi juga mendapat perhatian serius pemerintah. Menurut Wamendag, potensi ekspor Indonesia sangat banyak dan beragam. Jika digarap serius, semua komoditas dan produk bisa diekspor, termasuk singkong. 

Pemerintah mengajak seluruh pelaku usaha untuk terus menggali potensi ekspor.  Kementerian Perdagangan memiliki perangkat dan program-program yang mendukung munculnya produk-produk alternatif dalam perdagangan dan ekspor.

 “Kementerian Perdagangan memiliki Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN), Direktorat Bina Usaha Perdagangan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, dan lainnya. Kita memiliki banyak sekali program-program pembinaan yang komprehensif dan integratif. Kita juga punya atase perdagangan, ITPC, dan FTA Centre yang selalu siap sedia mendampingi dan memberikan fasilitasi kepada para pelaku usaha. Mari, semua pelaku usaha bekerja sama dengan kami,” kata Jerry.

 

 

Penulis: Eri Sutrisno
Editor: Putut Tri Husodo/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini

Berita Populer