Indonesia.go.id - Di Sana-Sini Masih Menjadi-Jadi

Di Sana-Sini Masih Menjadi-Jadi

  • Administrator
  • Sabtu, 21 November 2020 | 06:42 WIB
COVID-19
  Petugas medis memakai alat pelindung diri (APD) saat melakukan uji usap dari seorang wanita ditengah penyebaran virus corona (COVID-19), di perbatasan Delhi-Uttar Pradesh, Noida, India, Kamis (19/11/2020). Foto: ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi/

Kasus Covid-19 di dunia masih melonjak-lonjak. Sebagian Eropa lockdown. Di Benua Amerika pekan kedua November Covid-19 melesat 41%. Di Asia Selatan-Tenggara telah melandai.

Bukannya terkendali, justru malah semakin menjadi-jadi. Begitulah sepak terjang SARS COV-2, kuman penyebab wabah Covid-19, yang kini memasuki bulan kesembilan masa pandeminya. Dalam empat pekan terakhir, korban yang terinfeksi Covid-19 ini, di seluruh dunia, terus meningkat masing-masing 6%, 16%, 8%, dan 6%. Jadi rata-rata per minggunya naik 9 persen.

Sorotan masyarakat dunia masih tertuju ke Eropa, kawasan yang telah berhasil menekan laju serbuan Covid-19 tapi kemudian tersuruk kembali di sepanjang Oktober dan awal November ini.  Kondisi yang tak menentu juga terjadi di Benua Amerika dan Timur Tengah. Semakin kuat keyakinan orang bahwa pandemi itu harus dihadapi dengan sangat hati-hati.

Gejala menguatnya kembali cengkraman Covid di Eropa sudah mulai terasa sejak September lalu. Tiba-tiba saja grafiknya menanjak terjal di pertengahan Oktober hingga awal November, dengan lonjakan kasus hingga 28 persen per pekannya. Catatan kelabu pun tertorehkan pada tanah Eropa, tentang 1,3 juta kasus baru Covid-19 dengan tingkat kematian yang cenderung semakin tinggi.

Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol dan beberapa lainnya pun bergegas menjalankan kebijakan karantina wilayah di sepanjang November ini. Kebijakan lockdown diberlakukan dalam skala nasional. ‘’Virus ini bergerak dengan kecepatan yang bahkan tidak terantisipasi dalam perkiraan yang paling pesimis sekalipun,’’ begitu Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam pidatonya di televisi. Hari itu Prancis dikejutkan oleh 36 ribu kasus baru dalam 24 jam, rekor yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Presiden Macron mengajak masyarakat Prancis untuk merespons situasi pandemi ini dengan amat serius. Semua tidak boleh sembrono menghadapi serangan gelombang dua yang disebut Presiden Macron akan lebih sulit dikendalikan dan lebih mematikan. Maka, kini bar, kafe, dan tempat-tempat rekreasi ditutup. Semua kegiatan yang dinilai tak substansial harus dihentikan. Bahkan, orang perlu membawa dokumen khusus untuk memberi alasan keberadaannya di luar rumah, semisal harus bekerja di kantor atau instalasi industri.

Memasuki pekan kedua November, amukan Covid-19 mereda. Kasus baru menyusut 10 persen. Tapi, angka kematiannya meningkat ke angka 17.400, melesat naik 46 persen dibanding pekan sebelumnya. Kawasan Eropa masih jauh dari situasi aman.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang terus memantau perkembangan wabah ini dari hari ke hari, membagi bumi ini dalam enam zona pandemi. Yang paling besar mewakili skala pandemi global adalah Zona Amerika, yakni berkontribusi 43 persen atas seluruh kasus Covid-19. Berikutnya Zona Eropa yang menyumbang 26 persen, Asia Selatan danTenggara 19 persen, Mediterania Timur 7 persen, Afrika 3 persen, dan Pasifik Barat 2 persen saja.

Zona Eropa itu sendiri meliputi Eropa Barat, Eropa Timur, Asia Tengah, Eropa Selatan, Balkan, hingga Turki dan Israel. Ada pun Mediterania Timur, yang meliputi Afrika Utara, Mesir, Sudan, Yaman, Arab Saudi, negara-negara Teluk sampai ke Irak, Iran, Afganistan, dan Pakistan.

Di zona Mediterania Timur ini, kenaikan 14 persen kasus Covid baru pada minggu kedua November itu sebagian besar dikontribusikan oleh Iran, Iraq, Yordania, Lebanon, Maroko, serta Pakistan. Bukan hanya angka kasusnya, pada minggu yang sama angka kematian pun melesat 16 persen. Namun, sejumlah negara yang pernah mengalami serangan cukup parah, insidensi Covid-19 mulai melandai seperti yang terlihat di Arab Saudi, Oman, Qatar, Bahrain, dan UEA (Uni Emirat Arab).

Zona Asia Selatan-Tenggara meliputi India, Srilangka, Bangladesh, daerah Himalaya, Myanmar, Thailand, hingga Indonesia. Pada pekan kedua November ada kenaikan kasus 13 persen dalam sepekan, melanjutkan tren penurunan selama delapan pekan berturut-turut. Kenaikan kasus 8 persen di Indonesia, tak mengurangi tren di kawasan ini. Statistik zona ini memang bergantung pada India yang menyumbang 81 persen kasus Covid-19.

Setelah mengalami masa puncak pertengahan Agustus lalu, kasus Corona di India cenderung melemah, sampai pekan lalu muncul lonjakan kecil. Namun, lonjakan itu tidak berlanjut pada pekan ketiga, sehingga India dan Zona Asia Selatan-Tenggara kembali ke jalur menurun.

Di luar India, dari klaster ini hanya ada empat negara lain yang mengidap prevalensi Covid-19 yang cukup besar, yakni Indonesia, Bangladesh, Nepal, dan Myanmar, dengan tren masing-masing. Insidensi di Bangladesh cenderung menyusut, di Myanmar meningkat, sedangkan di Indonesia dan Nepal, kurvanya belum stabil.

Zona lainnya pada peta pandemi WHO adalah Zona Pasifik Barat, yang meliputi Jepang, Korea, Tiongkok, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Singapura, lalu melompat ke Australia dan Selandia Baru. Di pekan pertama November tercatat ada 31 ribu kasus baru di zona ini, yang berarti naik 19 persen dari pekan sebelumnya.

Namun, lonjakan kasus di Zona Pasifik Barat ini tak membuahkan kecemasan yang luas. Negara-negara di Pasifik Barat ini terbukti mampu mengelola penyebaran virus Covid-19 sehingga tidak meledak secara tak terkendali. Filipina, satu-satunya negara yang sempat mengalami serangan berat, secara berangsur berhasil mengendalikan pandemi tersebut. Kurvanya mulai melandai. Tak heran bila kawasan ini hanya menyumbang 2 persen ke kasus positif Covid-19 dunia.

Yang unik adalah Afrika. Tak banyak terekspose bagaimana negara-negara ini mengelola sistem kesehatan dan pengelolaan kekarantinaannya, namun di Zona Afrika itu Covid-19 tak meledak secara tak terkendali. Zona ini hanya menyumbang 3 persen pada kasus Covid-19.

Yang paling mendebarkan tentunya sepak terjang Covid-19 di Zona Amerika, yang membentang dari Alaska, Kanada, Amerika Serikat (AS), Meksiko, hingga Brazil, Argentina, Peru, Chile, hingga ke wilayah dekat Kutub Selatan. Di sana 22 juta orang terinfeksi dan hampir 700 ribu meninggal oleh keganasan virus Corona itu.

Grafik Covid-19 di Zona Amerika sedang menunjukkan tren menanjak ke puncak gelombang kedua. Puncak gelombang pertama terjadi Juli lalu, setelah itu menyurut, melandai, namun kembali naik sejak medio September lalu hingga kini. Bahkan, di pekan kedua November ada lonjakan kasus sampai 41 persen.

Dari Zona Amerika itu, Amerika Serikat (AS) memberikan kontribusi tertinggi, dengan 10,8 juta kasus. Menyusul kemudian Brazil 5,8 juta kasus, Argentina 1,3 juta, Columbia 1,2 juta, Meksiko 1 juta, dan seterusnya. Tak ada tanda-tanda tren kenaikan di kawasan ini berubah menurun.

Namun, di tengah keprihatinan atas kondisi di Zona Eropa dan Amerika, muncul berita gembira bahwa beberapa merk vaksin akan segera hadir. Pada awalnya Sinovac, perusahaan  biomedik asal Tiongkok yang membuka kepada publik pada awal Oktober lalu, bahwa uji klinis tahap 3 bakal vaksinnya telah terbukti aman dan efektif membangkitkan imunitas, pada orang tua dan muda.

Menjelang akhir Oktober, AstraZeneca, firma kongsian Inggris-Swedia, menyatakan bahwa uji klinis tahap 3 vaksinnya dapat tuntas sebelum akhir tahun. Dengan begitu Astra-Zeneca punya peluang  mengajukan permohonan hak edar ke FDA (Food and Drug Administration), otoritas obat dan makanan di Amerika, sebelum hari Natal. Bila hak edar berupa emergency use authorization (EUA) cepat diterbitkan, vaksin itu siap untuk diproduksinya di awal tahun.

Tak mau ketinggalan momentum, dua perusahaan farmasi besar Biontech-Pfizer dan Moderna juga mengumumkan hal yang sama. Semua menyatakan bahwa dalam uji klinis yang merekrut ribuan relawan itu, vaksinnya aman, efektif menginduksi imunitas tubuh relawan, dan segera siap untuk membangun imunitas dunia terhadap Covid-19.

 

 

Penulis: Putut Trihusodo
Editor: Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini