Indonesia.go.id - Menjaga Ketahanan Pangan lewat Bioteknologi

Menjaga Ketahanan Pangan lewat Bioteknologi

  • Administrator
  • Kamis, 4 Februari 2021 | 06:27 WIB
TEKNOLOGI
  Varietas unggul padi gogo yang dikembangkan untuk ketahanan pangan oleh LIPI di Cibinong. Foto: ANTARA FOTO

LIPI dan Batan mengembangkan tanaman padi varietas unggul melalui bioteknologi. Diharapkan produktivitas hasil tani meningkat dan kesejahteraan para petani pun terkerek.

Beberapa tahun belakangan, lembaga-lembaga riset nasional telah mengambil peran penting untuk ikut mengembangkan penelitian dalam menciptakan bibit-bibit varietas unggul pertanian.

Meningkatnya jumlah penduduk, berkurangnya luasan lahan pertanian, ancaman perubahan iklim, dan meningkatnya risiko penyakit, menjadi tantangannya. Menghadapi kondisi tersebut, produk varietas unggulan pertanian yang dihasilkan harus memenuhi spesifikasi daya hasil tinggi. Selain, adaptif terhadap perubahan iklim, tahan penyakit, maupun memiliki kandungan nutrisi tinggi.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) saat ini, bukan hal sulit bagi lembaga riset untuk melakukan persilangan sifat. Sehingga terjadi proses pemuliaan atau perakitan bibit unggul tanaman. Teridentifikasinya gen-gen penting, serta munculnya teknik rekayasa genetika, dapat dilakukan melalui transformasi genetik dan bahkan genome editing dengan menempatkan bioteknologi sebagai alat strategis dalam pemuliaan tanaman.

Meskipun bibit unggul tanaman secara tradisional dapat diperoleh melalui seleksi dari variasi di alam. Kini semua dapat dilakukan secara cepat dan presisi serta bisa dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan kesejahteraan dan menjawab tantangan pasar.

Tengok saja yang dilakukan para peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sejak 2019, pusat penelitian bioteknologi yang berpusat di Cibinong, Bogor, Jawa Barat itu telah mengembangkan varietas-varietas produk pertanian unggulan.

Para peneliti dari lembaga riset yang didirikan pada 1967 itu telah berhasil mengembangkan tiga varietas padi gogo unggulan. Yaitu, Inpago LIPI Go1, Inpago LIPI Go2, dan Inpago LIPI Go4. Ketiga varietas tadi begitu perkasa berkembang di lahan kering dan mampu beradaptasi dengan lahan berkadar aluminium tinggi, di samping lahan dengan tingkat keasaman dengan pH 3.2. Bukan itu saja, ketiga varietas baru dari padi gogo itu juga siap dipanen pada umur 110-113 hari setelah tanam. Untuk padi varietas Inpago LIPI Go1 tingkat produksinya mencapai 8,18 ton per hektare (ha). Lalu, Inpago LIPI Go2 sebesar 8,15 ton per ha.

Tidak sekadar dikembangkan dalam laboratorium penelitian Cibinong, padi gogo juga sudah melewati masa uji coba. Dalam sebuah uji coba di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, varietas-varietas padi gogo hasil bioteknologi ini membuktikan kemampuannya. Menurut peneliti LIPI Enung Sri Mulyaningsih, hasil panen padi gogo lansiran LIPI mencapai 5,6 sampai 6,1 ton per ha. Ini jauh lebih tinggi dari varietas sejenis lainnya seperti padi gogo jenis lampung gajah, sibuyung, dan maya. Varietas-varietas lokal tersebut rata-rata hasil panennya hanya mencapai 4 ton per ha di lahan yang sama.

Keperkasaan padi gogo milik LIPI juga dibuktikan di lahan kritis bekas kebun karet, ketika varietas unggul ini mampu menghasilkan 4,5 ton gabah kering panen (GKP). Kondisi ini meningkat hingga 300 persen bila hanya memanfaatkan padi gogo varietas umum dengan hasil panen maksimal hanya 1,5 ton tiap hektare.

 

Padi Nuklir Batan

Selain sukses mengembangkan kedelai dengan masa panen cepat, pada akhir 2020 Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) juga berhasil mengembangkan varietas tanaman pertanian unggulan lainnya. Seperti halnya LIPI, Batan pun berhasil mengembangkan 25 varietas padi unggul dan produk tanaman pangan lain, seperti kacang hijau, kacang tanah, sorgum, dan gandum.

Batan pun mengembangkan risetnya untuk menghasilkan produk-produk unggulan berbasis radiasi nuklir, yaitu gamma Cobalt-60 dengan dosis 0,20 kilogray sebagai satuan radiasi yang aman untuk bahan makanan. Radiasi mampu menembus biji tanaman sampai ke lapisan kromosom. Struktur kromosom pada biji tanaman dapat dipengaruhi dengan sinar radiasi.

Perubahan struktur karena radiasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat tanaman dan keturunannya. Fenomena ini untuk memperbaiki sifat tanaman agar mendapatkan biji tanaman dengan keunggulan tertentu, seperti tahan hama, tahan kekeringan, atau cepat panen.

Padi hasil radiasi nuklir ini aman sepenuhnya dan tidak ada unsur radioaktif yang tertinggal di dalam produk tersebut. Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan meyakini, nuklir bisa bermanfaat bagi peningkatan produktivitas pertanian dan ekonomi masyarakat melalui penciptaan-penciptaan varietas-varietas tanaman unggulan.

Salah satu padi Batan ini yaitu jenis kahayan dan tropiko berhasil dibudidayakan pada lahan seluas 200 ha di Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawan, Sumatra Selatan, pada 2019. Waktu panen padi nuklir, begitu para petani menyebutnya, berkisar 110--115 hari atau lebih cepat dibandingkan padi pada umumnya.

Kepala Bidang Pertanian Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Batan Irawan Sugoro mengatakan, selain mampu bertahan tumbuh dan berkembang serta panen di lahan kering, padi-padi nuklir ini juga tahan terhadap hama wereng dan lebih tahan rebah. Hal penting lainnya adalah produksinya lebih tinggi, yaitu bisa menghasilkan 8,6 ton GKP atau 7,38 ton gabah kering giling (GKG) tiap hektarenya.

Apa yang telah dilakukan para peneliti dari lembaga-lembaga riset nasional itu, selain sejalan dengan program Prioritas Riset Nasional (PRN), juga untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional dan makin meningkatkan kesejahteraan para petani di seluruh Indonesia.

 

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/ Elvira Inda Sari