Indonesia.go.id - Sektor Industri di Jalur Pemulihan

Sektor Industri di Jalur Pemulihan

  • Administrator
  • Jumat, 5 Februari 2021 | 15:11 WIB
MANUFAKTUR
  Ilustrasi. Industri manufaktur tumbuh di tengah pandemi. Foto: ANTARA FOTO/ Hafidz Mubarak

Optimistis. Boleh jadi itulah yang tengah dirasa pelaku usaha seiring menguatnya sinyal pemulihan ekonomi Indonesia.

Berdasarkan laporan terbaru Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia, pada Januari 2021 ini posisinya berada di level 52,2. Indikator itulah yang mendorong tumbuhnya optimistis di kalangan pelaku usaha tersebut.

Level indeks manufaktur periode itu, bila dibandingkan periode sebelumnya, memang mengalami peningkatan. Di mana pada Desember 2020 angkanya berada di level 51,3.

Peningkatan itu menggambarkan tren ekspansi dalam aktivitas manufaktur Indonesia. Tren ekspansi itu ditunjukkan dari adanya kenaikan permintaan yang akhirnya juga memberi pengaruh pada peningkatan produksi.

Laporan Januari 2021 itu sekaligus menampilkan tren positif. Pasalnya, selain menjadi yang tertinggi, kenaikan juga dialami PMI manufaktur Indonesia selama empat bulan berturut-turut.

Capaian indeks di level 52,2 tersebut menjadi yang tertinggi sejak survei yang dimulai pada April 2011. “Di tengah masa-masa sulit ini kenaikan selama empat bulan berturut-turut ini menunjukkan bahwa rebound-nya ekonomi Indonesia akan semakin cepat,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Senin (1/2/2021).

Menperin Agus pun mengapresiasi seluruh pelaku industri yang tetap optimistis dan terus berproduksi sehingga mendorong kenaikan PMI manufaktur Indonesia.

Sementara itu, Direktur Ekonomi di IHS Markit Andrew Harker menyampaikan, sektor manufaktur Indonesia masih berada dalam jalur pemulihan di awal 2021 ini. Ditandai dengan pertumbuhan output dan pesanan baru di antara yang terbaik dalam survei selama satu dekade ini. “Tren ini memberikan dorongan kepercayaan lebih lanjut, yang paling tinggi dalam empat tahun pada awal tahun,” ujarnya.

Yang lebih menggembirakan lagi, perkembangan PMI manufaktur Indonesia pada Januari 2021 melampaui capaian PMI manufaktur Vietnam (51,3), Thailand (49,0), dan Malaysia (48,9). Sementara itu, PMI manufaktur ASEAN pada awal tahun ini berada di level 51,4. Bahkan, PMI manufaktur Tiongkok mengalami penurunan ke titik 51,3 dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,9.

Kinerja gemilang dari sektor industri manufaktur di tanah air, juga tampak pada kontribusinya paling besar terhadap nilai ekspor nasional.  Pada periode Januari-Desember 2020, industri pengolahan mencatatkan ekspor sebesar USD131,13 miliar, naik 2,95 persen secara tahunan. “Dengan capaian nilai USD131,13 miliar tersebut, sektor industri menyumbang dominan hingga 80,3 persen dari total nilai ekspor nasional yang mencapai USD163,3 miliar pada 2020,” sebut Agus.

 

Jadi Surplus

Kinerja positif ini membuat neraca perdagangan sektor manufaktur sepanjang 2020 menjadi surplus USD14,17 miliar. Agus mengatakan, hal ini mengindikasikan kinerja sektor industri yang semakin membaik dan para pelaku industri di tanah air masih agresif untuk menembus pasar ekspor. Menperin juga mengemukakan realisasi penanaman modal sektor industri di tanah air tumbuh 26 persen, dari 2019 yang mencapai Rp216 triliun menjadi Rp272,9 triliun pada 2020.

Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada Januari-Desember 2020, sektor industri menggelontorkan dananya sebesar Rp272,9 triliun atau menyumbang 33 persen dari total nilai investasi nasional yang mencapai Rp826,3 triliun. Hasilnya, realisasi investasi secara nasional pada tahun lalu melampaui target yang dipatok sebesar Rp817,2 triliun atau menembus 101,1 persen. 

“Ini capaian yang sangat luar biasa di tengah kondisi pandemi. Bahkan, investasi sektor industri mampu tumbuh double digit,” ujar Menperin.

Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Kamdani mengatakan, ekspansi industri tidak bisa hanya bergantung pada permintaan pasar domestik. Dia mengemukakan, untuk mendorong ekspansi manufaktur dan memulihkan perekonomian diperlukan dukungan dari sisi supply. Misalnya, dengan perbaikan iklim usaha, inbound investasi, dan kemudahan kredit usaha.

"Selain itu, perlu juga mendorong permintaan eksternal, seperti lewat peningkatan permintaan ekspor produk manufaktur nasional. Jika faktor pendukung ini tidak ada dan kita hanya bergantung pada pasar domestik, kemungkinan ekspansi manufaktur akan melambat pada 2021," ujarnya.

Tentu harapannya, wabah pandemi bisa segera dikendalikan seiring dengan kedatangan vaksin sehingga pemulihan ekonomi segera terjadi dan akhirnya mendorong pertumbuhan industri.

 

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/ Elvira Inda Sari