Indonesia.go.id - Titik Balik itu Diprediksi Terjadi 2019

Titik Balik itu Diprediksi Terjadi 2019

  • Administrator
  • Kamis, 20 Desember 2018 | 04:36 WIB
DEVISA PARIWISATA
  Kedatangan wisatawan mancanegara di Bandara Ngurah Rai, Bali. Sumber foto: Istimewa

Pencapaian kunjungan wisman hingga November sebanyak 12,68 juta tetap patut diapreasiasi.

Pariwisata seringkali dipersepsikan sebagai mesin penggerak ekonomi atau penghasil devisa bagi pembangunan ekonomi di suatu negara. Tak terkecuali di Indonesia. Namun demikian pada kenyataannya, pariwisata memiliki spektrum fundamental pembangunan yang lebih luas bagi suatu negara.

Mengacu kepada pendekatan IUOTO (International Union of Official Travel Organization), sektor pariwisata patut dikembangkan karena sebagai faktor pemicu bagi perkembangan ekonomi nasional, pemerataan kemakmuran, memberikan stimulasi adanya pelestarian budaya, dan ujungnya adalah berkontribusi bagi devisa negara.

Ketika Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla memenangkan Pemilu 2014, sektor pariwisata memang telah ditempatkan sebagai program utama yang perlu diakselerasi selain infrastruktur , pangan, energi, dan maritim.

Perhatian yang khusus dari duet Joko Widodo-Jusuf Kalla tentu telah menumbuhkan gairah bagi pelaku usaha di sektor itu, karena keberanian pemerintah melahirkan sejumlah deregulasi yang cepat dan serius untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai penghasil devisa utama negara.

Keseriusan itu terlihat dari kinerja angka-angka sektor pariwisata. Pencapaian wisman pun terus melejit dari 2015 sebesar 9,7 juta  orang dengan perolehan devisa US$12,2 miliar, 2016 sebanyak 11,52 juta orang dengan devisa US$13,6 miliar, 2017 sebanyak 14 juta dengan raihan devisa US$17 miliar.

Dan, Menteri Pariwisata Arief Yahya pun menatap 2018. Target pun digaungkan. Untuk kali ini, pria asal Banyuwangi ini menetapkan target wisman 17 juta orang dengan devisa US$17 miliar.

Namun apa lacur, menjelang penutupan tahun, target sebesar itu sepertinya sulit dicapai. Hingga November 2018, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pencapaian kunjungan wisatawan mancanegara baru mencapai 12,68 juta kunjungan.

Terlepas dari semua itu, pencapaian kunjungan wisman hingga November itu tetap patut diapreasiasi. Apa pasal? Ternyata, pencapaian kunjungan wisman dari Januari hingga November 2018 itu tetap menunjukkan kinerja yang positif dan lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Artinya, pencapaian kinerja yang diperoleh hingga November 2018 itu tetap wujud kerja keras pemangku kepentingan di sektor itu. Bayangkan, untuk mengejar target pencapaian itu, pemerintah pun menggelar multievent berskala internasional dan menghadirkan puluhan ribu peserta.

 

Berskala Internasional

Kegiatan berskala internasional seperti Asian Games dan Asian Para Games yang menghadirkan ribuan atlet se-Asia. Begitu juga dengan event IMF World Bank di Bali. Khusus Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 mencatat sejarah baru karena bisa menghadirkan jumlah delegasi terbanyak sepanjang sejarah penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 di luar Washington DC.

Laporan panitia event itu menyebutkan jumlah delegasi yang hadir di event mencapai 21.620 orang. Sedangkan yang berstatus peserta dari Indonesia mencapai 15.449 orang. Menurut survei yang dilakukan Bappenas dan LPEM FEB UI, sebanyak 76% dari responden peserta pertemuan dari mancanegara memiliki keinginan untuk berkunjung kembali ke Indonesia.

"Bahkan, dalam hal promosi pariwisata, sebesar 95% dari peserta mancanegara akan merekomendasikan Indonesia sebagai tujuan wisata kepada teman, keluarga, dan kolega di negara asalnya. Kegiatan itu telah memberikan kesan baik bagi peserta, dan dapat meningkatkan potensi pariwisata di Indonesia," ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Selasa (18/12/2018).

Tidak itu saja, pertemuan itu juga memberikan kontribusi pemasukan bagi pelaku industri dalam negeri, terutama di Bali. Hasil survei Bappenas dan LPEM FEB UI menunjukkan pengeluaran peserta Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018 sebagian besar dialokasikan untuk akomodasi, makanan minuman, dan kriya tangan dengan total pengeluaran Rp341 miliar untuk peserta mancanegara dan Rp241 miliar untuk peserta domestik. Secara total, dampak langsung ekonomi dari kegiatan itu mencapai Rp5,5 triliun.

Mimpi dan target pun sah saja ditabalkan. Artinya, target 17 juta wisman bukanlah target yang terlalu muluk. Bahkan, The Telegraph dalam rilis yang diungkap pada 2016, sudah menempatkan Indonesia dalam Top-20, Fastest Growing Tourism Industry in the World pada 2017.

Setahun kemudian, World Travel & Tourism Council (WTTC) menempatkan Indonesia di posisi ke-9 negara dengan pertumbuhan wisman tercepat di dunia. Data dari WTTC itu juga menyebutkan wisma ke Indonesia tumbuh 22%. Angka tersebut berarti tiga kali lipat dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan regional Asia Tenggara sebesar 7%. Bahkan, pertumbuhan dunia saja hanya mencapai 6%.

Dari sisi daya saing, sektor pariwisata Indonesia tidak buruk-buruk amat. Negara ini ikut terdongkrak, dari semula peringkat 70 dunia pada 2013, naik menduduki posisi ke-42 pada 2017. Wajar bila kemudian Presiden Joko Widodo menempatkan sektor ini sebagai penggerak sektor dan sekaligus core ekonomi bangsa.

Beberapa strategi untuk menggenjot sektor ini pun diluncurkan. Misalnya dengan melahirkan 10 Bali Baru yang diluncurkan pada 2016. Program itu dirilis untuk mengejar target 20 juta wisatawan pada 2019. Ke- 10 Bali Baru itu adalah Danau Toba, Bangka Belitung, Candi Borobudur, Gunung Bromo, Mandalika Lombok, Pulau Komodo, Taman Nasional Wakatobi, dan Morotai, Maluku Utara.

Selain itu, Kemenpar juga mendorong tumbuhnya wisata halal. Program itu itu didorong untuk pelbagai pasar yang sedang tumbuh seperti Mesir, Arab Saudi, dan negara-negara di Timur Tengah. Di sisi lain, pasar yang sudah ada dan telah digarap selama ini seperti dari Cina, Singapura, Malaysia, Australia, Uni Eropa, dan Amerika Serikat tetap terus digenjot

Namun, apa lacur Gunung Agung pun kembali mengalami erupsi. Berikutnya Lombok dan Palu mengalami gempa yang dahsyat. Takdir tak dapat ditolak dan dihindari. Target kedatangan wisman sebanyak 17 juta orang pun bisa jadi tidak akan tercapai menjelang penutupan tahun 2018.

Namun, kami menyakini upaya yang diperbuat pemerintah tidak akan sia-sia. Sejumlah infrastuktur yang digenjot, terutama di 10 Bali Baru, dan sejumlah inovasi program tentu akan berbuah pada waktunya, yakni 20 juta wisatawan mancanegara akan datang ke negeri indah ini pada 2019. Wonderful Indonesia. (F-1)