Dengan satu pabrik baru berkelas 4.0, yang menghasilkan baja HRC dengan kualitas premium, PT Krakatau Steel punya daya saing yang lebih kuat. Produknya bisa masuk ke industri otomotif.
Tunggu tanggal mainnya, produksi baja dari klaster Cilegon mencapai 10 juta ton per tahun. Adalah Presiden Joko Widodo yang memberikan tantangan terbuka itu saat meresmikan pabrik baja baru di Kawasan Industri Cilegon, Banten. Pabrik baru itu adalah Hot Strip Mill 2 milik PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergolong senior.
‘’Saya titip kepada para menteri untuk terus mendukung pelaku industri baja dan besi, mendukung BUMN kita agar menjadi lebih profesional dan terus menguntungkan untuk mewujudkan klaster 10 juta ton industri baja di Cilegon ini, yang ditargetkan dapat terealisasi pada 2025,’’ ujar Presiden Jokowi, dalam sambutannya di PT Kompleks Krakatau Steel, Cilegon, Selasa (21/9/2021) pagi.
Pabrik baru itu memproduksi baja canai panas atau hot rolled coil (HRC). Instalasi pabrik dibangun di atas lahan 25 hektare di kompleks industri Krakatau Steel. Dengan dukungan teknologi mutakhir 4.0, pabrik ini bisa memproduksi pelat baja setipis 1,4 mm dengan kualitas prima. Kapasitasnya 1,5 juta ton per tahun.
Dengan hadirnya pabrik Hot Strip Mill 2 baru tersebut, PT Krakatau Steel kini mengoperasikan dua lines produksi. Pabrik yang pertama dengan kapasitas 2,4 juta ton per tahun beroperasi sejak 1983. Namun, menurut Dirut Krakatau Steel Silmy Karim, dengan dukungan teknologi 4.0 itu pabrik baru ini bisa melayani lebih specs yang dibutuhkan pasar, dan biayanya pun 25 persen lebih murah.
Dari sisi teknologi yang digunakan, Pabrik Hot Strip Mill 2 Krakatau Steel itu akan sangat kompetitif. Pabrik sejenis hanya ada satu dan lokasinya di Amerika Serikat. Dengan dua pabrik yang beroperasi, Krakatau Steel kini bisa memproduksi HRC sebanyak 3,9 juta ton per tahun. Ditambah produksi cold rolling coil (CRC), produksi pipa, kawat, besi konstruksi, kapasitas produksi totalnya tak kurang dari 8 juta ton. Tantangan Presiden Jokowi untuk memproduksi 10 juta ton bukanlah hal yang mustahil.
Pabrik baru itu dibangun sejak 2016 dan sudah mulai berproduksi Mei 2021. Investasinya USD520 juta atau sekitar Rp7,5 triliun. Dalam waktu dekat, kata Presdir Krakatau Steel Silmy Karim, akan digulirkan kerja sama investasi dengan Pohang Iron and Steel Company (POSCO) asal Korea Selatan, untuk membangun industri yang menghasilkan produk turunan dari HRC. Investasinya sebesar USD700 juta (sekitar Rp10 triliun).
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menegaskan bahwa transformasi BUMN menjadi keharusan, agar perusahaan negara itu menjadi BUMN kelas dunia, yang profesional, yang semakin kompetitif, dan semakin menguntungkan. Pada gilirannya, BUMN tersebut akan memberikan pelayanan yang lebih baik pada masyarakat, membuka lebih banyak lapangan kerja, serta berkontribusi lebih besar pada pendapatan negara.
‘’PT Krakatau Steel juga terus melakukan transformasi dan restrukturisasi. Pak Menteri BUMN tadi menyampaikan PT Krakatau Steel saat ini sudah makin sehat, karena sebelumnya memang kurang sehat. Produksinya juga makin lancar. Industri ini sangat strategis, oleh sebab itu saya memberikan perhatian besar pada industri baja ini. Produk yang dihasilkan sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan oleh industri-industri lain,’’ ujar Presiden Jokowi.
Lebih jauh, Presiden Jokowi mengingatkan bahwa konsumsi baja nasional sangat besar, jangan dibiarkan dikuasai produk asing. Konsumsi baja terus meningkat dari tahun ke tahun, dan bukan hanya karena pembangunan infrastruktur, tetapi juga pembangunan industri lainnya, termasuk otomotif. Selama lima tahun terakhir, kata Presiden Jokowi, konsumsi baja di pasar domestik melonjak 40 persen.
Hadirnya produk baja HRC dengan mutu premium, menurut Presiden Jokowi, hendaknya akan mengurangi impor. Beban impor baja itu, menurut Presiden Jokowi, sampai Rp29 triliun per tahun. ‘’Saya pesan, agar kualitas produk yang dihasilkan tak kalah dengan produk impor, bisa memenuhi kebutuhan dunia industri di negara kita. Bahkan, saya yakin, nanti dia akan menjadi komoditas yang mampu bersaing di pasar regional dan pasar global,” Presiden Jokowi menambahkan.
Investasi Krakatau Steel ini juga berjalan di tengah angin bisnis yang bersahabat. Serapan produk baja di pasar domestik pada 2020 meningkat 30 persen. Selain karena industri baja domestik seperti Krakatau Steel terus meningkatkan daya saing, baja murah dari luar negeri, terutama dari Tiongkok, juga menyusut. Situasi itu membuat Krakatau Steel yang 8 tahun terus-terusan menderita kerugian bisa bangkit. Tahun 2020 Krakatau Steel mencatatkan laba bersih Rp800 miliar. ‘’Belum banyak, tapi itu sudah menunjukkan tanda-tanda kebangkitan,’’ kata Menteri BUMN Erick Thohir.
Krakatau Steel diharapkan bisa membukukan kinerja yang lebih baik pada 2021 ini. Selain punya produk baru yang berdaya saing tinggi, pasar baja domestik dan regional cukup kondusif. Sektor otomotif bergerak kencang, sektor properti menggeliat, dan situasi Covid-19 pun melandai.
‘’Saya yakin, PT Krakatau Steel akan kembali bangkit dan semakin kompetitif,’’ ujar Erick Thohir tentang pabrik baja yang dibangun 1962 dengan nama PT Trikora itu. Target pemerintah adalah industri nasional bisa mengurangi impor baja sebanyak 35 persen pada 2021. Produksi baja nasional saat ini sekitar 11 juta ton per tahun.
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari