Indonesia.go.id - Menjaga Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Menjaga Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

  • Administrator
  • Jumat, 12 November 2021 | 08:31 WIB
LAPORAN BPS
  Menteri Kordinator Perekonomian Airlangga Hartarto optimis, perekonomian membaik setelah pandemi ditanggulangi. ANTARA FOTO
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2021 berada di atas level 5 persen.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2021 berhasil tumbuh positif sebesar 3,51 persen (yoy) atau 1,55 persen (q-to-q) seperti dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS). Hal tersebut patut disyukuri untuk melanjutkan pertumbuhan ekonomi negara.

Tetap terjaganya pertumbuhan ekonomi di kisaran itu tidak terlepas dari bentuk respons cepat pemerintah dalam mengendalikan lonjakan kasus varian delta pada awal triwulan III-2021. Alhasil, hal itu mampu menjaga dan memperkuat kembali momentum pemulihan ekonomi nasional.

Menurut laporan BPS, ekonomi Indonesia tetap tumbuh 3,51 persen pada kuartal III-2021. Pencapaian itu lebih lambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang sempat meroket hingga 7 persen.

Tidak dipungkiri, pencapaian di kuartal III itu lebih rendah dibandingkan proyeksi masih Menteri Keuangan Sri Mulyani sebesar 4,5 persen. "Ekonomi masih tumbuh 3,51 persen, tapi melambat dibanding kuartal II yang 7,07 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono dalam konferensi pers, Jumat (5/11/2021)

Berkaitan dengan penyebab pelambatan tersebut, Margo Yuwono menjelaskan, penyebabnya akibat hantaman Covid-19 varian Delta. Untungnya Indonesia bak ketiban 'durian runtuh', sehingga pelambatan ekonomi masih terbatas.

Kepala BPS juga menjelaskan, selain karena membaiknya ekonomi negara mitra utama dagang Indonesia, lonjakan ekspor yang terjadi ditopang oleh kenaikan harga komoditas terutama minyak dan gas bumi, minyak kelapa sawit, batu bara, tembaga, besi dan baja, serta lainnya.

Bila dilihat dari kinerja ekspor impor, menurut data BPS, pencapaian total ekspor sepanjang kuartal III-2021 mencatat nilai ekspor USD61,42 miliar, atau tetap tumbuh baik dibandingkan kuartal sebelumnya (q-to-q) sebesar 53,7 persen maupun secara tahunan (yoy) sebesar 40,70 persen.

Dari sisi ekspor, ada dua sektor yang tetap mencatat pertumbuhan positif selama kuartal III-2021. Pertama, sektor pertambangan dan lainnya yang mencatat pertumbuhan 161,38 persen (yoy) dan 37,7 persen (q-to-q).

Kedua, sektor industri pengolahan yang mencatat ekspor USD46,63 miliar, masing-masing tumbuh 38,96 persen (yoy) dan 1,75 persen (q-to-q).

Lainnya, sektor pertanian tetap mencatat pertumbuhan sepanjang kuartal III-2021 senilai USD1,04 miliar dengan tumbuh 14,85 persen (q-to-q), namun secara tahunan (yoy) minus 5,69. Berikutnya, ekspor sektor migas menyumbang USD3,00 miliar, naik 56,13 persen (yoy), namun secara (q-to-q) minus 4,86 persen.

Sementara kinerja impor sepanjang kuartal III-2021 mencapai USD48,18 miliar, naik 1,09 persen dibandingkan kuartal sebelumnya (q-to-q) dan tumbuh 32,78 persen dibandingkan tahun sebelumnya (yoy).

 

Dari Bahan Baku

Dari total impor itu, sumbangan terbesar impor berasal dari bahan baku dan penolong senilai USD36,02 miliar, turun 0,89 persen dibandingkan kuartal II-2021 (q-to-q), namun dibandingkan periode kuartal yang sama tahun sebelumnya (yoy) naik 53,61 persen.

Berikutnya, kontribusi impor berasal dari barang modal yang tercatat mencapai USD6,83 miliar, masing-masing tumbuh 3,23 persen (q-to-q) dan 16,03 persen (yoy). Selain itu impor barang konsumsi memberikan sumbangan senilai USD5,30 miliar, naik 13,42 persen (q-to-q) dan 54.65 persen (yoy).

"Jadi ada net ekspor 1,23 persen yang menopang pertumbuhan di kuartal III," ujar Margo Yuwono.

Indikator ekonomi Indonesia juga didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 1,03 persen, konsumsi pemerintah 0,66 persen dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 3,74 persen. "PMTB tumbuh tinggi, ini karena realisasi belanja modal pada kuartal III-2021 masih tumbuh 32,45 persen dibandingkan tahun lalu," ujarnya.

Dilihat secara sektoral, pertumbuhan tinggi terjadi pada industri di jasa kesehatan dan pertambangan. "Ada 11 kategori selama kuartal III-2021 secara year on year (yoy) mengalami pertumbuhan. Terbesar di jasa kesehatan tumbuh 14,06 persen dan pertanian terendah 1,31 persen."

Sektor pertambangan berhasil tumbuh kedua tertinggi dengan 7,78 persen sebagai efek dari kenaikan harga komoditas sejak awal tahun dan produksi. "Kategori pertambangan dan penggalian ini pada kuartal III tumbuh tinggi 7,78 persen. Kalau tren mulai 2019--2021 di kuartal III sekarang adalah yang paling tinggi," jelasnya.

Pertumbuhan tertinggi lainnya adalah informasi dan komunikasi sebesar 5,51 persen, perdagangan 5,16 persen, pengadaan air 4,56 persen, jasa keuangan 4,29 persen, pengadaan listrik dan gas 3,85 persen, konstruksi 3,84 persen dan industri pengolahan serta real estate dengan masing-masing 3,68 persen dan 3,42 persen.

Di sisi lain, BPS juga mencatat beberapa industri yang alami kontraksi, adalah akomodasi dan makanan minuman -0,13 persen dan paling parah adalah jasa pendidikan dan administrasi pemerintahan yang masing-masing -4,42 persen dan -9,96 persen.

 

Pertumbuhan Positif

Menyikapi laporan BPS, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2021 berhasil tetap melanjutkan pertumbuhan positif sebelumnya, dari triwulan II-2021.

Airlangga juga mengemukakan, respons cepat pemerintah dalam mengendalikan lonjakan kasus varian Delta pada awal triwulan III-2021 dapat memperkuat kembali momentum pemulihan ekonomi nasional. Demikian pula, pulihnya kepercayaan masyarakat secara cepat dalam melakukan aktivitas ekonomi, menjadikan momentum pemulihan di sisi demand dan supply tetap terjaga.

Bahkan, lanjutnya, percepatan realisasi dari hasil refocusing anggaran program PEN yang mengikuti dinamika pandemi selama triwulan III-2021 juga telah mendorong konsumsi pemerintah untuk tumbuh mencapai 0,66 persen (yoy).

Selanjutnya, situasi pandemi yang mulai terkendali telah mendorong peningkatan aktivitas ekonomi domestik. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 1,03 persen (yoy) dan konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga tumbuh sebesar 2,96 persen (yoy). PMTB juga tumbuh sebesar 3,74 persen (yoy) sejalan dengan meningkatnya kapasitas produksi dunia usaha.

“Efektivitas penerapan kebijakan PPKM dan akselerasi vaksinasi menjadi penopang utamanya,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Seiring dengan pendapat Menko Perekonomian, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu Febrio menilai bahwa penyebaran varian Delta yang sangat cepat pada Juli–Agustus 2021 menahan kinerja perekonomian, tetapi Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan di 3,51 persen.

Menurutnya, capaian tersebut merupakan hal positif di tengah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level tertinggi yang diterapkan pada awal Juli 2021.

"Ini menunjukkan momentum pemulihan tetap terjaga dan akan semakin kuat pascapenurunan kasus varian Delta pada pertengahan Agustus hingga akhir September 2021," ujar Febrio pada Jumat (5/11/2021).

Berkaitan dengan prospek ke depan, Menko Airlangga juga menjelaskan seiring dengan konsistensi penurunan kasus harian Covid-19 yang terus terjadi, pemerintah akan melakukan pelonggaran PPKM secara lebih luas. Namun tetap dalam pengawasan dan penerapan protokol Covid-19 secara disiplin.

Harapannya, pemulihan ekonomi terus berlanjut. Di triwulan ke empat 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan berada di atas level 5 persen pada 2021 sehingga tetap menjaga target pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ke depannya. 

 

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari