Tidak hanya harga minyak dunia yang baik, diprediksi harga LNG juga cenderung meningkat hingga kuartal I-2022, seiring dengan peningkatan kebutuhan energi dunia.
Pada kuartal III-2021 ini, salah satu key performance indicator (KPI) SKK Migas yakni penerimaan negara telah tercapai, bahkan melebihi target. Hingga kuartal III-2021 (30 September 2021), penerimaan negara yang dihasilkan industri hulu migas mencapai Rp136,8 (kurs 1 USD = Rp14.350,-) triliun dan telah melampaui target APBN 2021 yang ditetapkan.
“Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pemangku kepentingan terkait atas dukungan serta kerja sama yang baik sehingga industri ini berhasil memberikan penerimaan negara yang optimal di masa pandemi seperti ini,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, dalam kegiatan jumpa pers “Kinerja Hulu Migas Kuartal III-2021, pada 19 Oktober 2021.
Optimalnya, penerimaan negara dari hulu migas ini, menurut Dwi, tidak lepas dari harga minyak dunia yang berangsur membaik dan juga efisiensi kegiatan operasi hulu migas yang dilakukan.
“Di mulai pertengahan 2021, harga Indonesian Crude Price (ICP) mulai mengalami kenaikan hingga per September ini mencapai USD72,2/barel. Tentunya kita semua berharap, membaiknya harga minyak dunia ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh pelaku usaha hulu migas agar gairah investasi dapat kembali menggeliat setelah sempat lesu pada 2020. Tidak hanya harga minyak dunia, diprediksi harga LNG juga cenderung meningkat hingga kuartal I-2022, seiring dengan peningkatan kebutuhan energi dunia,” lanjut Dwi.
Untuk capaian lifting migas nasional per kuartal III-2021, Dwi menyebutkan, capaian saat ini adalah 1.640 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) dengan rincian lifting minyak sebesar 661 ribu barel minyak per hari (BOPD), atau 93,8% dari target APBN yang ditetapkan untuk tahun ini sebesar 705 ribu BOPD. Sedangkan lifting gas sebesar 5.481 MMSCFD (standar kaki kubik per hari) dari target APBN sebesar 5.638 MMSCFD atau tercapai 97,2%.
Sementara itu, investasi di hulu migas juga meningkat seiring dengan membaiknya harga minyak dunia dan mulai bergeraknya perekonomian nasional, saat ini nilai investasi di hulu migas telah mencapai Rp113,3 triliun.
Untuk realisasi biaya cost recovery pada kuartal III-2021 telah mencapai Rp79,8 triliun. “Realisasi cost recovery berada di angka 68,90% terhadap outlook. SKK Migas akan terus mengawal agar angka cost recovery berada di bawah target melalui efisiensi dan optimalisasi kegiatan operasi KKKS,” terang Dwi.
Terkait capaian lifting migas yang masih di bawah target, Dwi menyebutkan, ada beberapa kondisi yang menyebabkan hal itu terjadi yakni entry point awal 2021 yang rendah karena adanya beberapa kegiatan pengeboran dan onstream proyek 2020 yang tertunda dikarenakan pembatasan mobilitas manusia dan peralatan akibat pandemi Covid-19.
“Kemudian terjadinya unplanned shutdown, terlambatnya kegiatan pengeboran akibat terkendala masalah perizinan dan pembatan mobilisasi, serta mundurnya beberapa onstream lapangan yang terjadi pada 2021,” jelas Dwi.
Namun demikian, SKK Migas bersama KKKS terus melakukan upaya untuk meningkatkan lifting tahun 2021 yakni melalui optimalisasi produksi dengan perkiraan tambahan 3.000 BOPD, tambahan sumur pemboran dan work over dengan tambahan 500 BOPD, penggunaan teknologi produksi dan debottlenecking dengan tambahan 500 BOPD, pengurasan stok dengan tambahan 1.800 BOPD, serta melalui crashed program dengan perkiraan tambahan 1.600 BOPD.
“Sedangkan untuk gas, kami akan melakukan optimasi penyerapan sehingga ada tambahan lifting 55 MMSCFD dan melalui optimasi operasi dengan tambahan 20 MMSCFD,” pungkas Dwi.
Dalam keterangan pers sebelumnya Dwi mengatakan, untuk proyek hulu migas 2021, sepanjang semester I sebanyak tujuh proyek sudah dapat direalisasi dan memberikan tambahan produksi sebesar 10.710 BOPD dan gas sebesar 475 MMSCFD. Nilai investasi proyek-proyek tersebut mencapai USD1,4 miliar atau setara Rp20,9 triliun.
Sepanjang semester I-2021, terdapat tujuh sumur eksplorasi yang telah selesai di bor/tes (sumur tajak 2021) dengan hasil gas discovery (Maha-02 dan Fanny-02), oil discovery (Hidayah-01 dan MSDE-01A) dan dry (Barakuda-1X, NSD-1 Exp Tail dan Plajawan Dalam). Total jumlah sumber daya post drill (P50 atau 2C recoverable) sebesar 87.25 MMBOE dari Sumur Hidayah-01 sedangkan pre-drill P-50 Sumur Maha-02, Fanny-02 dan MSDE-01A adalah sebesar 154.71 MMBOE.
Dwi mengatakan, untuk kegiatan eksplorasi lainnya, saat ini sudah dilakukan survei seismik 2D sepanjang 1.917 km, survei seismik 3D sepanjang 673 km2, dan 67 kegiatan studi G&G.
Dan khusus untuk kegiatan Survei Full Tensor Gravity Gradiometry (FTG) di wilayah timur Indonesia, FTG Area Akimeugah sedang berjalan hingga Agustus 2021. Pelaksanaan kegiatan saat ini mencapai 13 %. Kalau kegiatan ini selesai, kami akan melanjutkan dengan kegiatan FTG Kepala Burung seluas 45,580 km².
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari