Indonesia.go.id - Menjaga Inflasi Menjelang Ramadhan

Menjaga Inflasi Menjelang Ramadhan

  • Administrator
  • Jumat, 3 Mei 2019 | 17:00 WIB
INDIKATOR EKONOMI
  Pedagang menyiapkan bawang merah di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Kamis (2/5/2019). Sumber foto: Antara Foto

Menjelang Ramadan dan hari raya pemerintah berhasil mempertahankan angka inflasi rendah. Tahun ini inflasi terbesar disumbang oleh kenaikan harga bumbu masak seperti cabai, bawang atau bawang putih. Maklum, cuaca membuat pasokan sedikit seret.

Keberhasilan pemerintah menekan gejolak harga setiap memasuki Ramadan dan lebaran sepertinya akan dilanjutkan. Mengambil pelajaran Ramadan tahun-tahun lalu, pemerintah berhasil menekan angka inflasi hanya di kisaran 0,69% saja pada 2017. Sedangkan pada Ramadan dan Lebaran 2018, inflasi hanya mencapai 0,59%.

Pada Lebaran 2015, yang juga jatuh pada Juli, inflasi tercatat 0,93, kemudian Lebaran 2014 pada Juli, inflasi 0,93, lalu pada Lebaran 2013 pada Agustus inflasi tercatat 1,12. Sementara itu, Lebaran 2012 yang jatuh pada Agustus, inflasinya 0,95, dan Lebaran 2011 pada Agustus inflasi tercatat 0,93. 

Kenaikan angka inflasi Lebaran, biasanya bukan disumbang oleh bahan kebutuhan pokok. Pada 2017, misalnya, sumbangan inflasi juga ditentukan kenaikan harga transportasi, khususnya udara.

Tampaknya menjelang Ramadan sekarang angka itu sedikit melonjak disebabkan karena kenaikan harga bumbu dapur. Pada April 2019, inflasi bulanan tercatat 0,44% atau 0,80% secara tahun kalendar.

Sebagai catatan, inflasi bulanan pada Januari sebesar 0,32%, sedangkan Februari mengalami deflasi 0,08%, dan inflasi Maret sebesar 0,11%.

Secara rinci, inflasi April disebabkan oleh harga bawang merah yang rata-rata mengalami inflasi 22,93% dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,13%. Kemudian, bawang putih mengalami inflasi sebesar 35% dengan andil sebesar 0,09%.

Sementara itu, cabai merah memberikan andil sebesar 0,07% dan tomat sayur menyumbang inflasi sebesar 0,02%. Sejumlah bahan makanan lainnya justru mengalami deflasi, seperti beras yang memberikan andil sebesar 0,06%, serta daging ayam ras dan ikan segar yang masing-masing menyumbang deflasi 0,01%.

Di luar itu, subkelompok makanan mengalami inflasi 0,12%. Begitu juga dengan subkelompok minuman tidak beralkohol yang mengalami inflasi sebesar 0,24%. Sedangkan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami inflasi 0,37%.

Kelompok perumahan, air, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 0,12% dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,03%. Penyumbang utama inflasi ialah tarif kontrak rumah yang memberikan andil 0,03%, sementara tarif sewa rumah memberikan andil 0,01%.

Kenaikan inflasi kelompok perumahan disebabkan kenaikan harga beberapa barang untuk pemeliharaan rumah. Misal semen, asbes, dan sebagainya, sehingga meningkatkan tarif kontrak rumah dan sewa rumah.

Di sisi lain, tarif listrik memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,02%. Deflasi pada tarif listrik disebabkan adanya insentif berupa diskon tarif listrik kepada pelanggan 900 Volt Ampere (VA) pada 1 Maret lalu.

Untuk kelompok sandang dan kesehatan hanya memberikan andil kecil terhadap inflasi sebesar 0,01%. Tidak hanya itu, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga tidak memberikan andil terhadap inflasi.

Untuk kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, andil terhadap inflasi mencapai 0,05%. Penyebab utama tarif angkutan udara masih mengalami kenaikan.

Ada kenaikan tarif tiket pesawat di 39 kota. Salah satunya di Banjarmasin yang mengalami kenaikan tiket pesawat sebesar 23%. Secara rinci, andil tarif angkutan udara terhadap inflasi mencapai 0,03%. (E-1)