Di tengah hiruk-pikuk kenaikan harga BBM, nilai tukar rupiah menguat, dan menjadi salah satu yang terbaik di Asia. IHSG pun tampil perkasa, mencatat all time higt, berlabuh di level 7.318.
Pada sesi perdagangan Selasa (13/9/2022) pagi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di level 7.254. Sesudahnya, layar besar di Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta mencatat IHSG terus melesat ke level 7.327 menjelang penutupan perdagangan pagi. Penguatan terus terjadi pada sesi siang dan sempat mencapai all time high, titik tertinggi sepanjang sejarah, di angka 7.333. Pada akhir sesi perdagangan, sempat melemah tipis dan bertengger di level 7.318,016.
Hari itu IHSG mengalami penguatan 0,88 persen. Sehari sebelumnya, indeks di BEI juga terungkit tipis 0,16 persen. Investor asing bergairah dan mencatatkan net buy Rp830 miliar pada Senin dan Rp1,42 triliun pada Selasa. Suasana pun ceria.
Para analis pasar modal menyebut, penguatan IHSG disebabkan sentimen positif dari bursa global baik Eropa dan Amerika. Sebagian lainnya menyebut, meningkatnya harga komoditas, seperti minyak bumi, emas, CPO, nikel, dan timah, sebagai pemicu. Para analis menekankan, karakter pasar modal di Indonesia adalah commodity-driven. Maka, kenaikan serentak harga sejumlah komoditas memberikan momentum lonjakan.
Tren kenaikan masih bisa berlanjut. Meski akan ada hari-hari jeda ketika para investor melakukan aksi ambil untung, profit taking, ada peluang penguatan akan kembali terjadi. Lantas, bila IHSG bisa melewati titik all time high lagi pada level 7.355, maka kemungkinan IHSG akan terbang berselancar di ketinggian 7.600--7.700 hingga akhir tahun.
Isu kenaikan bahan bakar minyak (BBM), yang dikhawatirkan bakal memantik inflasi lalu berakibat kepada kinerja perusahaan-perusahaan emiten, tidak terlalu santer terdengar. Kenaikan harga BBM, kata para analis, tidak disukai oleh pasar modal. Namun, respons pasar modal atas kenaikan BBM tidak berlebihan, karena pemerintah sudah cukup intens mengkomunikasikannya.
Yang tak kalah pentingnya ialah respons masyarakat sendiri. Kenaikan harga BBM yang terjadi pada 3 September lalu itu tak menimbulkan gejolak yang dalam terhadap harga-harga barang kebutuhan. Optimisme pasar modal itu kemudian dikonfirmasi oleh pengumuman Bank Indonesia Jumat, 9 September bahwa inflasi pada pekan kedua September 2020 adalah 0,77 persen month to month (mtm). Gejolak harga diyakini bisa diredam dan daya beli masyarakat bisa terbantu oleh program-program perlindungan sosial.
Tanpa gangguan isu lonjakan harga-harga, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pun terus bergerak naik di jalur hijau pada sepanjang pekan kedua 5–9 September 2022. IHSG pun mencatat kenaikan 0,91 persen pada level 7.242 pada penutupan perdagangan Jumat, 9 September 2022. Kapitalisasi pasar bursa mengalami peningkatan 0,89 persen menjadi Rp9.463 triliun dari Rp9.379 triliun di minggu sebelumnya.
Pada periode 5--9 September 2022 itu pula terjadi peningkatan rata-rata volume transaksi di bursa sebesar 19 persen menjadi 35,125 miliar saham, dari 29,490 miliar saham pada penutupan di pekan sebelumnya. Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa turut mengalami peningkatan sebesar 15,64 persen menjadi 1.455.548 kali transaksi dari 1.258.658 kali transaksi pada pekan sebelumnya.
Rata-rata nilai transaksi harian bursa pun meningkat 5,4 persen menjadi Rp15,3 triliun dari Rp14,5 triliun pada penutupan pekan sebelumnya. Sepanjang 2022 ini, hingga 9 September, investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp72,469 triliun. Rally IHSG yang sudah terjadi dalam dua bulan terakhir telah memberikan penguatan lebih 10 persen atas IHSG. Kondisi ini membuat analis pasar modal tidak sabar untuk mendorong IHSG berayun di level 7.500–7.600.
Optimisme itu ditopang pula oleh perkembangan terbaru, bahwa mesin-mesin ekonomi Tiongkok telah berputar cepat, setelah ancaman Covid-19 berlalu, dan tak ada lagi pemberlakuan karantina wilayah. Ekonomi makro negara-negara Asia secara umum telah kembali kuat.
Namun, satu urusan yang bisa membuat IHSG tertekan adalah kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat. Otoritas bank sentral AS, The Fed, menjadwalkan akan kembali menaikkan suku bunganya akhir September 2022.
Namun, hantu kenaikan suku bunga The Fed itu belum menimbulkan gangguan di lingkungan pasar modal dan pasar uang di Indonesia. Bukan hanya IHSG, nilai tukar rupiah pun cukup moncer. Dalam pekan kedua September 2022, tukar rupiah menguat di tengah hiruk-pikuk perdebatan kenaikan harga BBM subsidi. Mata uang Garuda bahkan menjadi salah satu yang terbaik di Asia.
Pada perdagangan Jumat (9/9/2022) rupiah ditutup menguat 0,45% ke posisi Rp14.828/USD, di pasar spot. Posisi tersebut adalah yang terkuat sejak 26 Agustus silam atau dalam 14 hari terakhir. Begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat 0,23% ke Rp14.860/USD. Arus apresiasi itu terus bertambah hingga menyentuh Rp14.815/USD. Nyaris menembus Rp14.800/USD.
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari