Adalah Presiden Joko Widodo yang menjelaskan terkait pemilihan lokasi pemindahan ibu kota, di mana sejumlah aspek menjadi pertimbangan pemerintah.
"Semua aspek memang harus dilihat, sosiologi, masalah lingkungan, masalah kebencanaan, masalah yang berkaitan dengan sosial politik, kebutuhan air bisa tersedia atau tidak, gambut dalam atau tidak, masalah konstruksi seperti apa. Semuanya akan dicek, dilihat, dikalkulasi oleh tim. Saya hanya melihat lapangannya, kemudian biar ada feeling begitu. Nah nanti dalam memutuskan biar tidak salah," kata Presiden.
Jika seluruh data kajian telah lengkap, Presiden menambahkan, pemerintah akan berkonsultasi dengan DPR RI sebelum memutuskan lokasi. Presiden meninjau lokasi alternatif ibu kota baru Negara Republik Indonesia yakni Kabupaten Gunung Mas di Provinsi Kalimantan Tengah, pada 8 Mei lalu.
Sebelumnya, Presiden juga sempat berkunjung ke Tugu Soekarno sebelum tiba di bandara. Tugu itu merupakan tiang sebagai batu pertama pembangunan Kota Palangka Raya yang diletakkan oleh Presiden Pertama RI Soekarno pada 17 Juli 1957.
Menurut Presiden Joko Widodo, lahan untuk ibu kota baru pemerintahan Indonesia di Gunung Mas paling siap. "Kalau dari sisi keluasan, di sini mungkin paling siap. Mau minta 300 ribu hektare ya siap di sini. Kalau kurang masih tambah lagi juga siap," kata Presiden di lokasi calon ibu kota baru, di Kelurahan Tumbang Talaken, Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah
Presiden menyambangi "kawasan segitiga" yang menjadi calon wilayah ibu kota yakni Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Gunung Mas di Kalimantan Tengah. Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno pernah memiliki visi untuk menjadikan salah satu wilayah di provinsi itu, yakni di Kota Palangka Raya, sebagai ibu kota. “Beliau dulu memilih kemungkinan kan juga pasti ada alasan-alasan khusus dan alasan besar. Itu yang juga dilihat. Enggak mungkin sebuah keputusan disampaikan tanpa sebuah argumentasi data dan fakta lapangan yang matang,” ujar Jokowi.
Presiden menilai, Kawasan Segitiga atau Gunung Mas Kalimantan Tengah ini memiliki risiko bencana yang kecil. Namun dia menjelaskan, untuk pembangunan kesiapan infrastruktur harus dibangun dari awal.
Kabupaten Gunung Mas merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kapuas, pada 2002. Kabupaten yang ibu kotanya bernama Kuala Kurun itu memiliki luas sekitar 10.804 kilometer persegi dan saat ini dihuni 109.947 jiwa. Wilayah itu tergolong dataran tinggi yang berpotensi untuk dijadikan daerah perkebunan. Daerah ini berada di ketinggian sekitar 100 hingga 500 meter di atas permukaan air laut.
Kepada wartawan, Jokowi memastikan, pemerintah mengkaji seluruh aspek, yakni sosiologi, lingkungan, kebencanaan, sosial-politik, ketersediaan air bersih, topografi, dan lain sebagainya. "Saya ini ke lapangan hanya satu (tujuan), mencari 'feeling-nya'. Biar dapat 'feeling-nya'. Kalau sudah dapat 'feeling-nya' nanti kalkulasi dan hitung-hitungan dalam memutuskan akan lebih mudah. Kalau ke lokasi saja belum, dapat 'feeling' dari mana," ujar Presiden.
Presiden belum menjawab secara langsung perbandingan lokasi di Bukit Soeharto, Balikpapan, dengan di Kabupaten Gunung Mas itu. Presiden menjelaskan, nantinya tim besarnya akan pergi ke lokasi yang ditinjaunya lagi, berhitung, kemudian setelah matang terencana secara detail disampaikan kepada Presiden. Dari situlah, Pemerintah akan memutuskan.
Pasalnya, menurut Presiden, upaya ini merupakan sebuah visi besar jangka panjang. Ia menambahkan, hal ini mungkin akan berguna 50 tahun-100 tahun yang akan datang dalam rangka mempersiapkan negara ini untuk masuk sebagai sebuah negara maju.
Sebelumnya terbetik kabar, Bukit Soeharto di Kutai Kartanegara Kalimantan Timur juga disebut-sebut sebagai calon kuat ibu kota RI. Lokasi ini juga sempat dikunjungi presiden sebelum ke Gunung Mas.
Terkait kunjungannya di Bukit Soeharto, Presiden Jokowi mengakui di sana memang ada keuntungan karena diapit oleh dua kota yang sudah jadi, Balikpapan dan Samarinda. Juga ada airport-nya dan dihubungkan oleh tol. Namun Presiden menegaskan, aspeknya bukan hanya itu.
“Banyak aspek yang lain yang harus dihitung, yang harus dikalkulasi. Misalnya, mengenai keluasan lahannya, kemungkinan kedekatan dengan pantai, sumber air bakunya seperti apa, topografinya cocok atau tidak, banyak sekali,” katanya.
Dan salah satu minusnya di sebagian kawasan itu, konon airnya asin, dan juga masih banjir. Presiden sendiri belum menjawab secara langsung perbandingan lokasi di Bukit Soeharto, Balikpapan, dengan di Kabupaten Gunung Mas itu. Presiden hanya menjelaskan, nantinya tim besarnya akan pergi ke lokasi yang ditinjaunya lagi, berhitung, kemudian setelah matang terencana secara detail disampaikan kepada presiden. Dari situlah, pemerintah akan memutuskan.
Bukit Soeharto
Kawasan Bukit Soeharto di kawasan Taman Hutan Raya, yang masuk wilayah Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Daerah itu sudah 1,5 tahun terakhir ini dikaji sebagai pengganti DKI Jakarta sebagai ibu kota negara. Bukit Soeharto merupakan tempat transit untuk perjalanan dari Balikpapan menuju Samarinda atau Tenggarong. Daerah ini merupakan titik jenuh para sopir atau pengendara motor.
Ratu Beatrix dari Belanda pernah kagum terhadap hasil pengelolaan konservasi atau reboisasi di Taman Hutan Raya Bukit Soeharto pada pertengahan 1990-an. Kala itu, Bukit Soeharto yang memiliki luas sekira 61.000 Ha termasuk beranda atau contoh keberhasilan Indonesia dalam melestarikan lingkungan.
Di antara kawasan itu terdapat bumi perkemahan yang indah karena terdapat kolam dan pondok-pondok, serta terdapat zona kawasan hutan lindung serta hutan penelitian Universitas Mulawarman. Namun, bukit itu juga rawan terbakar karena di bawah lapisan tanahnya terdapat batubara.
Kerusakan di bukit itu terus meluas, yaitu ditandai dengan terus bertambahnya kawasan perladangan serta meningkatnya jumlah pemukiman, termasuk warung-warung liar di sisi kiri-kanan jalan Samarinda-Balikpapan yang membelah kawasan konservasi itu. Pada era Orde Baru, warga yang bermukim di kawasan itu hanya sekira 2.000 orang. Namun, jumlah warga yang mengkapling serta tinggal di kawasan itu kini diduga mencapai 6.000 orang.
Menurut catatan pemerhati lingkungan, kawasan itu cukup penting karena menjadi tempat sebaran beberapa jenis flora antara lain Meranti (Shorea spp.), Keruing (Dipterocarpus sp.), Mahang (Hypoleuca), Mengkungan (Gigantea), Hora (Ficus sp.), Medang (Lauraceae), Kapur (Dryobalanops spp.), Kayu tahan (Anisoptera costata), Nyatoh (Palaquium spp.), Keranji (Dialium spp.) dan Perupuk (Laphopetalum solenospermum). Taman Hutan Raya Bukit Soeharto juga menjadi habitat beberapa jenis satwa langka, antara lain, Orangutan (Pongo pygmaeus), Beruang madu (Helarctos malayanus), Macan Dahan (Neofelis nebulosa), Landak (Hystrix brachyura) dan Rusa sambar.
Kabupaten Gunung Mas
Kabupaten ini dibatasi oleh sebelah utaranya kabupaten Murung Raya, sebelah selatan Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangka Raya, sebelah barat Kabupaten Katingan dan Kalimantan Barat, dan bagian Timur Kabupaten Kapuas. Luas Kabupaten Gunung Mas adalah 10.804 km² dan merupakan kabupaten terluas keenam dari 14 kabupaten yang ada di Kalimantan Tengah (7,04% dari luas Provinsi Kalimantan Tengah). Luas wilayah tersebut terdiri atas kawasan hutan belantara, kawasan pemukiman, sungai, danau dan rawa, serta daerah pertanian (sawah, ladang dan kebun)
Wilayah Gunung Mas termasuk dataran tinggi yang memiliki potensi untuk dijadikan daerah perkebunan. Daerah utara merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100-500 meter dari permukaan air laut dan mempunyai tingkat kemiringan 8-15 derajat. Gunung Mas juga mempunyai daerah pegunungan dengan tingkat kemiringan 15-25 derajat. Pada daerah tersebut terdapat pegunungan Muller dan pegunungan Schwaner dengan puncak tertinggi (Bukit Raya) mencapai 2.278 meter dari permukaan laut.
Bagian selatan terdiri dari dataran rendah dan rawa-rawa yang sering mengalami banjir pada musim hujan. Kabupaten Gunung Mas juga memiliki wilayah perairan yang meliputi danau, rawa-rawa dan terdapat 4 jalur sungai yang melintasi wilayah ini, yaitu Sungai Manuhing, Sungai Rungan, Sungai Kahayan, dan Sungai Miri.
Jumlah penduduk Kabupaten Gunung Mas sekitar 96.838 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). (E-2)