Lebaran sebentar lagi datang. Lebaran juga bermakna kembali ke asal. Sesuai dengan terjemahan dari Idul Fitri, juga kembali ke asal. Ya kembali ke asal juga berarti melakukan ritual kembali ke asal atau kampung halaman.
Melakukan kunjungan ke kampung halaman sepertinya wajib dilakukan meskipun harus melewati berbagai rintangan di perjalanan, seperti kemacetan dan berdesak-desakan.
Tradisi mudik bisa dikatakan sudah menjadi bagian dari budaya bangsa ini. Tak dipungkiri, tingkat kekerabatan berbasis tautan mudik telah menjadi pengikat sosial. Artinya, sejauh apa pun perginya, pasti pulang juga yang menjadi tujuannya.
Dan, puncak mudik Lebaran 2019 diperkirakan akan terjadi pada Jumat, 31 Mei 2019 atau H-5 lebaran. Pemerintah pun sudah mengantisipasi ritual mudik tahunan ini jauh-jauh hari.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pun memperkirakan puncak arus mudik lebaran 2019 akan terjadi pada Jumat, 31 Mei 2019. Dalam rangka mengatur lalu lintas arus mudik tersebut, pemerintah pun harus menghitung dengan cermat sehingga arus mudik bisa berjalan lancar.
Dalam rangka itu, pemerintah sudah melakukan rapat koordinasi kesiapan Angkutan Lebaran 2019 yang melibatkan perwakilan dari Kemenhub, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Polri, dan asosiasi angkutan.
Balitbang Kemenhub memprediksikan jumlah pemudik para 2019 mencapai jumlah 32 juta orang. Sedangkan survei Kemenhub menyebutkan bahwa pemudik yang menggunakan moda angkutan umum berjumlah 22,83 juta.
Angka itu menunjukkan potensi peningkatan pemudik dibanding data pada musim mudik sebelumnya sejumlah 20,86 juta.
Berjalan Lancar terlepas dari semua itu, pemerintah telah mengidentifikasi arus mudik 2019. Artinya, pemerintah cukup serius agar ritual mudik ke kampung halaman bisa berjalan lancar.
Identifikasi bisa terlihat dari potensi pemudik dari wilayah Banten, Jabodetabek, dan Bandung Raya tersebut, menurut data Kemenhub, dengan tujuan terbanyak ke daerah-daerah di Jawa Tengah (Surakarta dan sekitarnya, Semarang, dan Tegal) dan Jawa Barat (Bandung, Garut, Tasikmalaya). Sebanyak 16,7% di antaranya akan mudik pada 31 Mei 2019.
"Masyarakat akan mudik paling banyak pada pukul 6 hingga 8 pagi," ujar Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi.
Khusus dari Jabodetabek, jumlah pemudik mencapai 14,9 juta orang. Sebagian besar pemudik menggunakan bus dengan porsi 30% atau 4,46 juta orang. Kemudian, mobil pribadi mengekor dengan porsi 28,9% atau 4,3 juta orang dengan menggunakan 1 juta unit mobil pribadi.
Sekitar 1,72 juta atau 40% di antaranya akan melalui Jalur Tol Trans Jawa. Sisanya akan tersebar di jalur pantai utara (27,3%), lintas selatan (8,5%), lintas selatan-selatan (3,4%), jalan alternatif (12%), dan trans Sumatra (8,8%).
Selain menggunakan moda transportasi kendaraan, pemudik juga akan menggunakan moda kereta api sebanyak 16,7% atau 2,49 juta orang, pesawat 9,5% atau1,41 juta orang, dan sepeda motor 6,3% atau 938.700 orang.
Bagaimana dengan pemudik yang menggunakan sepeda motor? Moda transportasi ini masih tetap akan digunakan oleh masyarakat. Namun, pemudik moda sepeda motor diperkirakan mayoritas akan melalui jalan alternatif dengan porsi 56,9% atau 561.370 orang.
Kemudian jalan pantai utara (Pantura) menjadi jalur terbanyak kedua sebanyak 314.680 orang (31,9%), lintas selatan 69.930 orang (7,1%), dan lintas selatan-selatan 40.790 orang atau dengan porsi 4,1%.
Khusus untuk puncak arus balik, Kemenhub memprediksi akan terjadi pada Minggu, 9 Juni 2019 atau H+3 lebaran. Pada puncak arus balik, sekitar 22,4% dari pemudik akan kembali ke kota tempat tinggalnya.
Ritual mudik sebenarnya bukan hanya milik Indonesia saja. Beberapa negara juga memiliki kesamaan dalam tradisi mudik tersebut. Misalnya, Malaysia yang disebut dengan ‘Pulang Kampoeng’. Sama dengan Indonesia, tradisi mudik itu diselenggarakan dalam rangka Idul Fitri atau Hari Raya Puasa.
Tradisi yang sama juga terjadi di Mesir. Berbeda dengan Indonesia dan Malaysia, negeri di jazirah Sungai Nil ini memperingati Hari Raya Qurban dengan tradisi mudik, bukan perayaan Idul Fitri. Selain Malaysia dan tradisi mudik juga dikenal di negara serumpun lainnya, seperti Brunei dan Singapura. Begitu juga dengan India, Bangladesh, atau Pakistan.
Cina terutama di kawasan muslimnya Xinjiang dan Yunnan juga memiliki tradisi yang sama. Tradisi yang sama juga terjadi ketika mereka merayakan Imlek. Bayangkan 1,3 miliar penduduknya melakukan ritual pulang kampung selama perayaan Imlek tersebut.
Terlepas dari semua itu, harapannya, ritual mudik 2019 di Indonesia akan berjalan lancar. Tentunya, manajemen angkutan moda yang baik menjadi harapan kita semua sehingga masyarakat tetap bisa terlayani dengan baik dan nyaman untuk pulang ke kampung halamannya.
Tak dipungkiri, kita tidak bisa menghilangkan budaya mudik yang sudah berjalan sekian lama. Apalagi dalam konteks sosiologis, kekerabatan di bangsa ini memang paling erat dan medium mudik telah menjadi alat pengikat antarkeluarga. (F-1)