Indonesia.go.id - Perekonomian Indonesia Dinilai Stabil

Perekonomian Indonesia Dinilai Stabil

  • Administrator
  • Selasa, 8 Agustus 2023 | 16:38 WIB
EKONOMI
  Kebijakan reformasi pajak, dan pengeluaran pemerintah yang tetap terkendali sesuai target dapat mengendalikan defisit fiskal negara. ANTARA FOTO
Perekonomian Indonesia dinilai tangguh dan bertumbuh di tengah ketidakpastian perekonomian global.

Lembaga Pemeringkat Rating and Investment Information Inc (R&I) kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB+ (Investment Grade) dengan outlook stabil. Keputusan itu merupakan cerminan dari ketangguhan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global, konsolidasi fiskal yang cepat, didukung oleh pertumbuhan pendapatan yang solid dan kebijakan yang terkalibrasi dengan baik, serta pertumbuhan ekonomi dan kondisi eksternal yang stabil.

Seperti dilaporkan Kementerian Keuangan beberapa waktu lalu, perubahan outlook R&I menjadi positif didasarkan pada beberapa faktor kunci yang menunjukkan stabilitas ekonomi negara dan prospek pertumbuhan yang baik. Terutama, Indonesia berhasil mencapai stabilitas harga, dengan tingkat inflasi yang berada dalam target bank sentral pada 2023.

Keberhasilan ini diperoleh berkat kerja sama pemerintah dan bank sentral untuk mengatasi volatilitas harga pangan. R&I percaya bahwa stabilitas harga akan terus terjaga di masa mendatang.

Volatilitas adalah ukuran statistik yang digunakan untuk menunjukkan penyebaran imbal hasil sekuritas atau indeks pasar tertentu. Biasanya, kian besar volatilitas menunjukkan kian besar risiko dari sebuah produk atau aset investasi.

Selain itu, Pemerintah Indonesia telah membuat kemajuan signifikan dalam mengatasi tantangan fiskal. Pada 2022, pendapatan pemerintah mengalami pertumbuhan yang signifikan, didorong oleh kenaikan harga komoditas dan efek positif dari reformasi pajak.

Pemerintah Indonesia telah berhasil mengendalikan defisit fiskal, yang saat ini berada di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Tercatat bahwa defisit fiskal pada 2022 telah menurun signifikan menjadi 2,4%, dan defisit diperkirakan akan tetap pada tingkat rendah dan tetap mendukung stabilitas eksternal Indonesia secara berkelanjutan. 

Penurunan defisit fiskal ini memberikan dampak positif dalam mengurangi beban utang pemerintah dan pembayaran bunga. Dalam laporan Kementerian Keuangan disebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan pencapaian yang mengesankan, dengan pertumbuhan PDB yang kuat mencapai 5,3% pada 2022.

Adapun faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan itu, antara lain, peningkatan ekspor berkat harga sumber daya alam yang lebih tinggi, serta pemulihan konsumsi swasta dan investasi. Meskipun diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat pada paruh kedua 2023 karena pelemahan permintaan eksternal dan sikap hati-hati dari para investor menjelang pemilihan presiden berikutnya, R&I memproyeksikan bahwa pertumbuhan PDB riil Indonesia akan tetap stabil sekitar 5% mulai 2024.

Lebih lanjut R&I menyatakan, peringkat kredit dapat ditingkatkan jika paket kebijakan ekonomi yang telah disiapkan, termasuk reformasi di sektor cipta kerja dan sektor keuangan, berhasil meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri dalam negeri. Selain itu, kelanjutan kebijakan tersebut di bawah pemerintahan baru dan kondisi perekonomian yang tetap stabil juga menjadi faktor penting dalam kemungkinan peningkatan peringkat kredit.

Sementara itu pemerintah Indonesia tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas perekonomian di tengah tantangan ketidakpastian ekonomi global. Dalam menghadapi situasi yang tidak pasti, pemerintah akan terus melaksanakan kebijakan fiskal yang responsif, berhati-hati, dan berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan menjaga kestabilan ekonomi negara.

 

Posisi peringkat utang terakhir Indonesia:

Lembaga Pemeringkat Utang

Peringkat Utang

Outlook

Moody’s

Baa2

Stable

Fitch

BBB

Stable

S&P

BBB

Stable

Rating & Investment

BBB+

Positive

Japan Credit Rating Agency

BBB+

Stable

 

Menanggapi keputusan R&I tersebut, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, peningkatan outlook Indonesia menunjukkan keyakinan kuat pemangku kepentingan internasional atas stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga, di tengah ketidakpastian ekonomi global dan pasar keuangan yang meningkat.

Menurut Perry Warjiyo, kepercayaan dunia internasional ini didukung oleh kredibilitas kebijakan yang tinggi dan sinergi bauran kebijakan yang kuat antara pemerintah dan Bank Indonesia. Oleh karena itu Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan global dan domestik, merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta terus memperkuat sinergi dengan pemerintah untuk mendukung percepatan transformasi ekonomi menuju ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

R&I menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap solid pada 2023, meski sedikit tertahan pada paruh kedua. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan PDB akan berada pada kisaran 5,0%--5,3% pada 2023. Kebijakan struktural yang ditempuh pemerintah terkait perbaikan lingkungan bisnis, pembangunan infrastruktur, dan penguatan sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam pencapaian target pertumbuhan jangka menengah.

R&I memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kisaran 5% untuk 2024 dan beberapa tahun selanjutnya. Stabilitas harga akan tetap terjaga didukung oleh disiplin kebijakan moneter dan penguatan sinergi dengan pemerintah, antara lain, melalui tim pengendalian inflasi nasional dan daerah.

Dari sisi eksternal, surplus transaksi berjalan pada 2021 dan 2022 mencerminkan perbaikan terms of trade sejalan dengan kenaikan harga komoditas. R&I memproyeksikan transaksi berjalan akan kembali defisit pada beberapa tahun ke depan namun dalam kisaran yang terkendali, sehingga tetap mendukung ketahanan eksternal Indonesia.

Dari sisi fiskal, komitmen pemerintah untuk mengendalikan defisit fiskal tecermin pada tercapainya target defisit fiskal di bawah 3% dari PDB satu tahun lebih awal. R&I meyakini bahwa pada 2023 penerimaan pemerintah akan tetap kuat. Antara lain, didukung oleh kebijakan reformasi pajak, dan pengeluaran pemerintah yang tetap terkendali sesuai target.

Pemerintah memperkirakan defisit fiskal pada 2023 akan mencapai 2,3% dari PDB, lebih rendah dari target awal sebesar 2,8% dari PDB, sehingga berdampak pada rasio utang pemerintah terhadap PDB yang menurun.

R&I sebelumnya mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB+ (dua level di atas tingkat terendah Investment Grade) dengan outlook stabil pada 4 Juli 2022.

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari