Hingga akhir Juli, APBN dari sisi pendapatan negara mencapai Rp1.614,8 triliun, setara 65,6 % dari target APBN 2023.
Pemerintah kembali melaporkan kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dari laporan kinerja Juli 2023, anggaran itu tergambar bahwa kinerja APBN tetap positif di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Tak dipungkiri, pelbagai tantangan seperti fluktuasi ekonomi dan perubahan kondisi pasar global telah mendorong pemerintah ekstra hati-hati dalam mengambil langkah-langkah strategis guna melindungi masyarakat dari dampak negatif.
Sebagai gambaran, pelambatan ekonomi dunia ketika memasuki paruh kedua 2023 masih berlanjut. Penyebabnya antara lain, pengaruh isu geopolitik, kontraksi manufaktur, volatilitas sektor keuangan, dan pelemahan harga komoditas.
Di sisi lain, PMI Manufaktur masih terkontraksi di banyak negara, seperti AS, Kanada, Brazil, Eropa, Jerman, Prancis, Inggris, Jepang, Korsel, Tiongkok, Malaysia, Vietnam, Afrika Selatan, dan Turki. Sedangkan, PMI Manufaktur Indonesia terus melanjutkan akselerasi di zona ekspansi.
“APBN akan terus bekerja keras menjadi shock absorber untuk menjaga kesejahteraan rakyat,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers, “APBN Kita Edisi Agustus 2023”, Jumat (11/8/2023).
Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani Indrawati melaporkan bahwa kinerja keuangan negara atau APBN hingga Juli 2023 membukukan kinerja positif dengan surplus sebesar Rp153,5 triliun. Surplus ini setara dengan 0,72 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Apa saja yang menjadi pemicu terjadinya surplus? Menteri Keuangan menyampaikan, surplus ini didorong oleh penerimaan negara yang lebih kuat dibandingkan dengan belanjanya.
Sampai dengan akhir Juli penerimaan negara tembus Rp1.614,8 triliun. Sedangkan, belanja hanya Rp1.461,2 triliun. "Posisi APBN secara keseluruhan masih dalam surplus. Besarnya surplus Rp153,5 triliun," ujar Sri Mulyani, didampingi sejumlah dirjen di Kemenkeu.
Sampai akhir Juli, APBN dari sisi pendapatan negara yang mencapai Rp1.614,8 triliun itu setara dengan 65,6 persen dari target APBN tahun ini. "Ini pertumbuhan 4,1 persen dibandingkan penerimaan akhir Juli tahun lalu," ujarnya.
Sementara itu, dari sisi belanja negara sebesar Rp1.461,2 triliun baru sekitar 47,7 persen dari target APBN 2023. Realisasi pertumbuhan belanja negara ini juga meningkat 1,2 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Meski tercatat surplus, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, kenaikan hanya sedikit. APBN pada semester I-2023 sebelumnya sudah mencapai surplus Rp152,3 triliun. Capaian tersebut menjadi catatan positif keuangan negara.
“APBN 2023 semester I surplus Rp152,3 triliun, keseimbangan primer surplus Rp368,2 triliun. Ini hasil positif yang sangat baik,” kata Sri Mulyani.
Penerimaan Pajak Tumbuh Positif
Berkaitan dengan posisi penerimaan, Menkeu Sri Mulyani menjelaskan, penerimaan pajak tumbuh positif mencapai Rp1.109,10 T (64,56 persen dari target), penerimaan kepabeanan dan cukai sebesar Rp149,83 T (49,4 persen dari target), dan PNBP mencapai Rp355,5 T (80,6 persen dari target yang ditetapkan).
Sri Mulyani mengakui bahwa dalam konteks perekonomian domestik, sejumlah indikator menunjukkan aktivitas perekonomian yang masih kuat. Tren penurunan inflasi juga terus berlanjut, didukung melandainya inflasi seluruh komponen.
“Hal ini tak lepas dari kerja keras APBN dalam menjaga momentum pemulihan dan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Meski demikian, pemerintah akan terus melakukan antisipasi dan mitigasi atas dampak dinamika global terhadap perekonomian domestik,” tambahnya.
Dalam konteks perekonomian domestik misalnya, sepanjang triwulan II-2023 tumbuh tinggi meneruskan tren di atas 5 persen selama tujuh triwulan berturut-turut. Efektivitas kebijakan fiskal berperan penting dalam mempercepat pemulihan ekonomi dan memperbaiki pemerataan, sehingga seluruh kawasan mencatatkan laju pertumbuhan yang kuat.
Bahkan, pertumbuhan ekonomi di Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku-Papua, misalnya, tercatat mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional. “Banyak negara yang masih struggle atau berjuang untuk menjaga pemulihan ekonomi. Sebaliknya Indonesia, alhamdulillah, dalam posisi yang relatif baik. APBN terus bekerja untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi,” tambah Menkeu.
Dari konsumsi dalam negeri yang semakin kuat turut menopang sektor pertanian, perdagangan, dan pengolahan makan minum. Selain itu, sumber-sumber potensial perekonomian daerah terdongkrak dengan berbagai stimulasi.
Stimulasi berbentuk, antara lain, dukungan pemerintah terhadap kebijakan hilirisasi SDA, serta penguatan sektor pariwisata melalui penyelenggaraan kegiatan internasional dan nasional (termasuk kebijakan penambahan libur Idulfitri dan Iduladha di tahun 2023).
Dari sisi sektor moneter dan keuangan, kinerja pasar keuangan domestik terjaga meskipun tren penurunan yield SBN domestik tertahan sejak akhir Juli 2023, seiring dinamika global. Nilai tukar Rupiah melanjutkan tren apresiasi (menguat 3,2 persen, ytd), sedangkan indeks Dolar AS masih melemah.
Hingga 9 Agustus 2023, arus modal asing secara kumulatif masih mencatatkan inflow, baik di pasar SBN maupun pasar saham, masing-masing sebesar Rp91,19 triliun dan Rp25,24 triliun. Dari gambaran itu, kinerja APBN yang positif dan perekonomian yang tetap tumbuh diharapkan dapat menopang Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
Harapannya, APBN akan terus bekerja keras menjadi shock absorber untuk menjaga kesejahteraan rakyat.
Penulis: Firman Hidranto
Redaksi: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari