Indonesia.go.id - Minyak Alami Defisit, Potensi Panas Bumi Melimpah

Minyak Alami Defisit, Potensi Panas Bumi Melimpah

  • Administrator
  • Rabu, 26 Juni 2019 | 07:43 WIB
ENERGI
  Eksplorasi Migas. Foto: Dok. Pertamina

Potensi energi baru terbarukan di Indonesia sangat tinggi. Indonesia memiliki potensi panas bumi mencapai 11 giga watt (GW) dengan realisasi baru 1,9 GW atau 0,44 persen. Di energi dari air, Indonesia memiliki potensi 75 GW.

Beberapa puluh tahun terakhir Indonesia sudah mengalami defisit energi, khususnya minyak. Besarnya kebutuhan akan minyak, terutama BBM, tak sebanding dengan hasil produksi yang terus menurun.  Alhasil, Indonesia menggantungkan diri dari impor bahan bakar minyak. Impor BBM mencapai 41% dari total konsumsi. Konsumsi BBM terus meningkat mencapai sekitar 1,6 juta barel per hari.

Neraca perdagangan migas pada 2017 defisit USD8,57 miliar dan meningkat menjadi USD12,4 miliar setara Rp174 triliun dengan kurs Rp14.000/dolar Amerika Serikat.

Data BP menunjukkan, produksi minyak Indonesia pada 2003 sebesar 1,18 juta barel per hari. Sedangkan, konsumsi mencapai 1,23 juta barel. Terjadi, defisit 54 ribu barel per hari. 

Pada 2017, produksi minyak Indonesia tinggal 949 ribu barel per hari. Sedangkan konsumsi meningkat menjadi 1,65 juta barel. Dibutuhkan impor 702 barel per hari untuk memenuhi kebutuhan minyak domestik.

Faisal Basri, Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), memperkirakan bahwa cadangan minyak Indonesia akan habis pada tujuh tahun mendatang atau pada 2026. Prediksi ini berdasarkan tren cadangan minyak saat ini.

Usaha menyedot minyak jauh lebih cepat dari usaha memperoleh cadangan baru. Sehingga kalau sekarang tidak terjadi penemuan baru dan tingkat produksi kita sekarang rasionya 9,2, maka, kata Faisal, pada tahun 2026, minyak Indonesia habis.

Negara Venezuela mencatatkan diri sebagai negara dengan cadangan terbukti minyak terbesar mengalahkan Arab Saudi. Menurut publikasi tahunan organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC), Venezuela memiliki cadangan sebesar 302 miliar barel.

Urutan berikutnya adalah Arab Saudi dengan 266 miliar barel minyak. Data per akhir 2017 lalu, jumlah cadangan terbukti minyak negara-negara OPEC mencapai 1.214,21 miliar barel. Angka ini mencapai 81,89 persen dari total cadangan terbukti seluruh negara. Sedangkan untuk cadangan minyak bumi negara-negara non-OPEC jumlahnya sebesar 268,56 miliar barel (18,11 persen).

Pada 1980, cadangan minyak Indonesia sebanyak 11,6 miliar barel. Dan saat ini hanya sekitar 3,2 miliar barel. Jika Indonesia tidak segera menemukan cadangan baru, maka minyak dan gas Indonesia akan habis pada 2026. Begitu pula gas juga akan ikut habis, karena gas Indonesia saat ini hanya 1,4% dari cadangan dunia. Dan cadangan ini juga akan habis dalam 35 tahun mendatang.

Menurut SKK-MIGAS, produksi minyak mentah sepertinya terus menurun rata-rata sebesar 5,8% per tahun, sementara kebutuhan minyak  terus meningkat. Situasi ini  akan menyebabkan impor semakin meningkat.

Impor minyak diperkirakan akan meningkat lebih dari 8 kali lipat dari 113 juta barel pada tahun 2013 menjadi 953 juta barel pada 2050, apabila tidak menemukan cadangan baru yang cukup  besar. Pangsa impor minyak terhadap kebutuhan minyak meningkat dari 38% (2013) menjadi 97% (2050).

Tahun 2013-2050 kebutuhan minyak mentah diperkirakan akan meningkat lebih dari 3 kali lipat dengan pertumbuhan rata-rata 3,3% per tahun dari 297juta barel (2013) menjadi 980 juta barel (2050).

Dewan Energi Nasional, menyebutkan 90% pemakaian energy mix di Indonesia menggunakan energi berbasis fosil, yaitu minyak bumi 54,4%, gas 26,5% dan batubara 14,1%. Diprediksikan  penggunaan minyak dan gas bumi sampai tahun 2025 masih memegang proporsi tertinggi, yaitu 53 % dan selanjutnya batubara sebesar 22 %, sisanya sumber energi yang lain.

Kurun waktu 1975-1995 produksi minyak Indonesia masih di atas 1 juta barel, bahkan pada 1980-an dan 1991-an produksi minyak Indonesia hamper mendekati 2 juta barel. Sementara itu konsumsi BBM dalam negeri pada 1975-1985 di bawah 500.000 barel per hari.

Konsumsi BBM dalam negeri terus meningkat hingga pada 2004 produksi minyak tidak mencukupi untuk menutupi konsumsi dalam negeri. Mulai periode 2004 konsumsi BBM dalam negeri sudah berada di level 1 juta barel per hari, sementara produksinya terus turun.

Tahun 2015, konsumsi BBM dalam negeri sudah di atas 1,5 juta barel per hari, sementara produksinya di bawah 800.000 barel per hari. Sisanya mengimpor BBM (jenis premium) dari luar negeri dengan rata rata 9  juta barrel / bulan.

Lalu, apa solusi energi ke depan? Energi baru dan terbarukan. Potensi energi baru terbarukan di Indonesia sangat tinggi. Panas bumi misalnya, Indonesia memiliki potensi 11 giga watt (GW) dengan realisasi baru 1,9 GW atau 0,44 persen. Kemudian energi dari air, Indonesia memiliki potensi 75 GW. (E-2)