Indonesia.go.id - Tekstil dan Automotif Jadi Andalan

Tekstil dan Automotif Jadi Andalan

  • Administrator
  • Kamis, 27 Juni 2019 | 05:22 WIB
EKSPOR NONMIGAS
  Industri automotif Indonesia. Foto: Dok. Mitsubishi

Defisit neraca berjalan Indonesia cukup besar. Pemerintah Jokowi akan menggenjot ekspor dengan memberikan stimulasi pengurangan pajak bagi industri yang melakukan kegiatan pendidikan vokasi serta litbang.

Beberapa tahun terakhir neraca perdagangan RI mengalami defisit. Hal tersebut disebabkan oleh nilai ekspor yang tidak naik signifikan. Sedangkan, barang impor cukup besar. Bank Indonesia (BI) merilis laporan bahwa defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal I-2019 sebesar USD7 miliar atau 2,6% dari produk domestik bruto (PDB). Walaupun angka ini lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai USD9,2 miliar atau 3,6% dari PDB, tetap saja menjadi  perhatian Presiden Joko Widodo.

Beberapa kali Presiden minta memprioritaskan dunia usaha mendorong ekspor dan investasi lima tahun mendatang. Pernyataan terakhir disampaikan Jokowi saat menerima jajaran pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) di Istana Merdeka, Jakarta, pertengahan Juni lalu.

Jokowi menilai, peningkatan ekspor dan investasi dapat mengatasi defisit neraca perdagangan saat ini. Indonesia harus bisa memanfaatkan krisis perang dagang Cina dengan Amerika. Produk industri ekspor diperbanyak dan pasar diperluas. Riset serta promosi harus digalakkan.

Sektor yang berperan besar dalam memberikan devisa negara yang cukup signifikan dari capaian nilai ekspornya adalah industri tekstil dan produk turunan serta industri automotif.

Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) pada triwulan I 2019 naik 4,45% secara tahunan. Pertumbuhan IBS ditopang oleh produksi sektor industri pakaian jadi yang meroket hingga 29,19% karena peningkatan pesanan, terutama dari pasar ekspor.

Sepanjang kuartal I 2019, industri tekstil dan pakaian mengalami lonjakan yang signifikan, tumbuh 18,98%. Pencapaian pada kuartal I 2019 ini jauh lebih baik ketimbang pencapaian kuartal I 2018 yang sebesar 7,46%, bahkan melebihi pencapaian sepanjang 2018 yang sebesar 8,73%.

Industri TPT, selain memberikan kontribusi besar terhadap nilai ekspor, juga  tergolong padat karya. Pertumbuhan tinggi yang terjadi pada industri TPT ditopang oleh investasi yang cukup besar di sektor hulu, khususnya produsen rayon. Ini terlihat dari beroperasinya PT Asia Pacific Rayon (APR) di Riau pada akhir 2018 dengan investasi Rp11 triliun.  APR menambah kapasitas produksi sebesar 240 ribu ton per tahun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 120 ribu ton digunakan untuk ekspor, inilah yang menyebabkan peningkatan ekspor.

Pertumbuhan industri hulu dan hilir industri tekstil menjadi faktor yang mendorong ekspor TPT naik 1,1% pada triwulan I 2019. Dan juga pengendalian impor tekstil oleh pemerintah juga berdampak positif. Impor TPT tercatat mencapai 2,1% sepanjang kuartal I 2019.

Tahun lalu, pertumbuhan industri TPT sebesar 8,73% atau melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17%. Seiring dengan hal tersebut, industri TPT menjadi penghasil devisa yang cukup signifikan dengan nilai ekspor mencapai USD13,22 miliar atau naik 5,55% dibandingkan 2017. Selain itu, industri TPT telah menyerap tenaga kerja sebanyak 3,6 juta orang.

Saat ini pasar ekspor tekstil cenderung membaik dan ada peluang untuk memperbesar pasar yang sudah ada seperti ke Korea, Timur Tengah, Eropa, Brasil dan Amerika Latin. Beberapa emiten tekstil terus berupaya untuk melakukan ekspansi pasar khususnya untuk pasar ekspor yang belum banyak terjamah. Salah satu pasar ekspor yang dirasa sangat prospektif adalah pasar Amerika Serikat (AS). Dampak perang dagang yang terjadi antara AS dan Cina sedikit banyak akan memberikan peluang untuk eksportir masuk ke negeri Paman Sam.

Salah satu emiten tekstil yang serius menggarap pasar AS adalah PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) dan PT Asia Pacific FIbers (POLY). Kendati masih di bawah 10% kontribusi pasar AS, namun ke depan ekspansi akan terus dilakukan. Memasuki kuartal II 2019 ini pasar AS sudah mulai terasa kontribusi terhadap total ekspor SRIL. Menurutnya, kontribusi pasar AS sendiri sekitar 6% sampai 8% dari total ekspor SRIL. Tahun 2018 lalu SRIL berhasil mencatat penjualan sebesar USD1,03 miliar atau tumbuh 36,13% year on year (yoy) dari tahun sebelumnya.

POLY pun akan fokus pada pasar ekspor tahun 2019 ini.  POLY juga mencoba untuk memperluas pasar di Amerika dan negara lain di Eropa yang belum terpenetrasi penuh.

Dorongan untuk menggelembungkan nilai ekspor Industri tekstil dan produk tekstil (TPT), pemerintah  siap memberikan kemudahan dan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan tersebut.Antara lain, kemudahan untuk mendapatkan mesin dan barang modal yang lebih cepat, kemudian jaminan akses terhadap ketersediaan bahan baku.

Juga, pemerinah melakukan penerapan skema insentif fiskal berupa super deductible tax atau pengurangan pajak di atas 100 persen. Fasilitas itu diberikan kepada industri yang terlibat dalam program pendidikan vokasi serta melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) untuk menghasilkan inovasi.

Skema yang diusulkan pemerintah adalah pengurangan pajak 200 persen bagi industri yang terlibat dalam pelatihan dan pendidikan vokasi. Lalu, 300 persen bagi industri yang melakukan kegiatan litbang atau inovasi.

Pertumbuhan Ekspor Automotif

Kendati penjualan mobil penumpang dan komersial turun 13 persen pada kuartal 1 2019. Namun pasar ekspor, selama Januari-Maret 2019 ekspor kendaraan dari Indonesia justru meningkat 20 persen.

Ekspor tiga bulan pertama tumbuh 20 persen dari tahun lalu. Raihan ini sesuai harapan pemerintah yang menginginkan Indonesia jadi basis produksi dan basis ekspor. Terlebih capaian ini diraih saat kondisi ekonomi global kurang baik dipicu perang dagang antara AS dan Cina.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik yakni sebesar 5,07 persen, walaupun masih belum sesuai target pemerintah sebesar 5,2 persen. Setelah aman dari krisis global, seharusnya Indonesia bisa tumbuh juga. Target Gaikindo tahun ini 1,1 juta kendaraan domestik dan pertumbuhan ekspor 20-25 persen

Mengutip data penjualan ekspor Gaikindo selama kuartal 1 2019, Daihatsu berada di peringkat pertama dengan total pengiriman ekspor sebanyak 26.116 unit. Di posisi kedua ditempati Toyota dengan angka 23.283 unit. Di posisi ketiga, ada Mitsubishi Motor dengan jumlah ekspor mencapai 14.775 unit. Di posisi kelima ada Suzuki yang mengekspor 8.439 unit. (E-2)