Sekitar 8.000 personel polisi diterjunkan dalam pengamanan KTT G20 di Bali. Mereka ada di lingkungan hotel, di jalan raya, dan tempat wisata yang dikunjungi delegasi dan tamu asing.
Persiapan Operasi Puri Agung, nama gelar sandi untuk Operasi Pengamanan KTT G20, pada 15-16 November 2022, di Nusa Dua, Bali, terus dimatangkan. Operasi Puri Agung itu pun telah ditetapkan akan berlangsung sejak 7–17 November 2022.
Dalam langkah pematangan, Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono terjun memimpin tactical floor game (TFG) di Gedung Perkasa Raga Garwita, Polda Bali, Kamis (27/10/2022). TFG merupakan simulasi di layar komputer tentang potensi gangguan dan ancaman atas pelaksanaan G20. Termasuk di dalamnya, kejahatan sabotase serta terorisme, yang ditujukan kepada para delegasi dan pemangku kepentingan lainnya.
Dalam TFG ditekankan urusan taktik dan strategi guna melakukan respons cepat dan tepat, dengan mengandalkan elemen-elemen pengamanan di lapangan. Unsur koordinasi dan kerja sama menjadi soal penting.
“TFG juga dapat digunakan sebagai wahana koordinasi dalam perencanaan operasi supaya masing-masing satgas mengetahui peran dan fungsinya untuk menyukseskan dan mendukung berjalannya kegiatan G20,” kata Wakapolri Gatot Eddy, dalam keterangan tertulisnya.
Komjen Gatot Eddy juga mengatakan, kegiatan TFG penting guna memantapkan kesiapan para unsur yang terlibat pengamanan KTT G20. Tak heran bila kegiatan itu dihadiri pejabat senior Polri, mulai dari Irwasum Polri Komjen Agung Budi Maryoto, Kalemdiklat Komjen Rycko Amelza Dahniel, Asops Kapolri Irjen Agung Setya Imam Effendi, Kakorlantas Polri Irjen Firman Santyabudi, Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra, serta sejumlah perwira tinggi lainnya.
‘’TFG ini merupakan tahapan, prosedur dan mekanisme, yang harus dilakukan guna menjalankan latihan secara bertingkat dan berlanjut. Saya berharap, pada kegiatan ini kita bisa menemukan hal-hal yang selama ini belum diprediksi, sehingga kita bisa mengantisipasinya dan lebih matang dalam menghadapi kegiatan TFG tingkat selanjutnya,” ujar Wakapolri.
Kapolda Bali Irjen Putu Jayan Danu Putra menyebutkan, TFG kali itu adalah yang kedua dan masih akan berlanjut. “Tactical floor game yang kedua ini bertujuan mengetahui detail pelaksanaan pengamanan baik ring 1, 2, dan 3. Mungkin pelaksanaannya akan bergerak dinamis. Tapi, sekiranya disiapkan dengan matang, maka pelaksanaannya tidak akan banyak berubah, walaupun pada event KTT G20 situasinya akan dinamis,” kata Irjen Putu.
Dalam pelaksanaan Operasi Puri Agung itu, kendali ada di tangan Mabes Polri. Personel Polda Bali, sekitar 6.000 orang, akan berstatus sebagai bawah kendali operasi (BKO) Mabes Polri. Jumlah itu pun dipandang tidak cukup. Maka, diperlukan tambahan sekitar 2.000 personel lagi.
Yang sudah menyiapkan personel tambahan itu ialah Polda Jawa Barat, dengan kesiapan mengirim 350-an personel. Anggota yang diberangkatkan itu terdiri dari unsur Brimob Polda Jabar sebanyak 219 personel, Dit Lantas 97 personel, selebihnya dari satuan Samapta dan korps Pamovit (pengamanan objek vital).
Meski tidak langsung di-BKO-kan ke Mabes Polri, dengan perintah Polda Jawa Timur, maka Polresta Banyuwangi sudah bergerak lebih awal. Sekitar 350 personel polisi secara bergilir memantau 17 titik penyeberangan dari Banyuwangi ke Bali. Ketiga titik itu di antaranya ada di kompleks Pelabuhan Ketapang.
“Belasan titik itu merupakan pelabuhan rakyat yang sebelumnya menjadi prioritas. Namun, saat ini menjadi prioritas pengamanan sebagai upaya antisipasi,” katanya. Sasarannya ialah memeriksa pergerakan barang berbahaya (peledak atau senjata api) dan orang-orang tidak sesuai dengan profil pada umumnya pengunjung ke Pulau Bali.
Tiga Ring dan Lima Klaster
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo pola mengatakan, pengamanan akan G20 itu mengikuti kegiatan para delegasi, yang datang dari 42 negara ditambah sejumlah lembaga internasional. Ada pengamanan di bandara, perjalanan, lingkungan hotel, arena sidang, dan zona wisata. Maka, dilakukan pendekatan pengamanan yang berbeda.
Untuk pengamanan di bandara, dilakukan dengan cara pengamanan tiga lapis atau 3 ring. ‘’Untuk ring 1 yang bertugas adalah Paspampres,’’ ujar Irjen Dedi. Lazim pula, di ring satu itu ada satuan pengaman pribadi (walpri) yang dibawa oleh pejabat VVIP dari negaranya. Bahkan, bagi VVIP yang secara laten punya ancaman tinggi, mereka juga membawa pengawal sampai ring 2.
Untuk ring 2 pada standar KTT G20 di Bali pengamanan menjadi tanggung jawab Paspampres, atau satuan lain yang ditunjuk. Pengamanan ring 2 Bandara I Gusti Ngurah Rai, misalnya, dilakukan oleh satuan Pasukan Khas (Paskhas) TNI Angkatan Udara. Untuk ring 3 yang cakupan areanya lebih luas, pengamanan dilakukan pasukan gabungan TNI-Polri.
Format pengamanan tiga ring itu berlaku di hotel, di kompleks Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang menjadi tempat dinner delegasi G20, arena sidang KTT G20, dan sepanjang jalan yang dilewati oleh para tamu agung tersebut. Lebih dari 1.000 anggota Polri akan terlibat penjagaan di ring 3. Mereka di antaranya akan ditempatkan di sekitar Hotel Kempinski (Nusa Dua), Hutan Mangrove (Kuta), serta kawasan Taman Budaya GWK di Kuta Selatan.
Irjen Dedi Prasetyo juga menyebut ihwal prioritas penjagaan di lima lingkungan lokasi wisata. Masing-masing disebut klaster. Ada Klaster Seminyak, Jimbaran, Sanur, Nusa Dua Utara, dan Nusa Dua Selatan. Lebih dari 1.000 personel diterjunkan dalam tugas tersebut.
Dalam jumlah yang lebih besar personel Polri, secara terbuka (berseragam) maupun tertutup (tanpa seragam), akan diterjunkan di banyak titik rawan di Bali. Mereka juga akan melakukan pengamanan kepada tamu-tamu non-VVIP, non-VIP, bahkan yang tidak berhubungan dengan KTT G20. Pelayanan reguler akan terus dilakukan, berkait dengan perlindungan, penjagaan keamanan serta ketertiban, dan pencegahan kejahatan yang mengancam masyarakat luas.
Pendek kata, polisi akan berada di mana-mana selama keramaian KTT G20 berlangsung. Polisi bertekad tak mau kecolongan.
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari