Indonesia.go.id - Pesona Meratus, Pegunungan Batu Tua Pulau Kalimantan

Pesona Meratus, Pegunungan Batu Tua Pulau Kalimantan

  • Administrator
  • Kamis, 21 April 2022 | 19:00 WIB
KEANEKARAGAMAN HAYATI
  Pegunungan Meratus. Geopark nasional yang membentang 600km luasnya. MERATUSGEOPARK
Di pegunungan ini terdapat pusat pertemuan lempeng-lempeng beraneka bentuk yang sudah berumur lebih dari 180 juta tahun. Itulah kelebihan tempat ini.

Meratus merupakan sebuah kawasan pegunungan di tenggara Pulau Kalimantan serta membelah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menjadi dua bagian. Kemasyuran Meratus selevel dengan Pegunungan Schwaner, Muller, dan Iban. Merekalah titik-titik tertinggi di Kalimantan.

Pegunungan ini membentang sepanjang sekitar 600 kilometer persegi dari arah barat daya-timur laut dan membelok ke utara hingga perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Titik tertinggi di rangkaian Pegunungan Meratus adalah Gunung Halau-Halau yang memiliki ketinggian 1.901 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Meratus membentang dengan melewati delapan dari 13 kabupaten di Kalimantan Selatan seperti Hulu Sungai Tengah, Balangan, Hulu Sungai Selatan, Tabalong, Tanah Bumbu, Tanah Laut, Banjar, dan Tapin. Di Kaltim, Meratus mencakup Kabupaten Paser, Penajam Paser Utara, dan Kutai Barat serta sebagian kecil Barito Utara dan Barito Timur di Kalimantan Tengah.

Pegunungan ini merupakan hamparan ofiolit tertua di Indonesia terdiri dari susunan batuan ultramafik, malihan, melange, dan terobosan. Atau telah terbentuk sejak era Paleogen yang diperkirakan berumur Yura, sekitar 150-200 juta tahun lampau.

Geolog dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Joko Susilo mengatakan bahwa Meratus merupakan sebuah situs taman bumi (geopark) nasional, tempat ini terbilang unik. Sebab, bentuknya sangat jarang terdapat di muka bumi dan membentuk Provinsi Kalsel seperti sekarang.

Menurutnya pegunungan ini menjadi pusat pertemuan lempeng-lempeng yang sudah berumur lebih dari 180 juta tahun. "Meratus dan Kalsel merupakan wilayah pertemuan lempeng-lempeng, ada yang mencuat ke atas dan ke bawah. Ada juga yang tergencet hingga menjadi pegunungan tinggi dan menjadi kelebihan tempat ini dibandingkan daerah lain," kata Joko.

Dengan kondisi seperti di atas menjadikan Meratus memiliki banyak objek wisata alam seperti Air Terjun Bajuan, Barajang, Belawaian, Hanai, Haratai, hingga Air Terjun Manding Tangkaramin. Ada pula mata air panas Batu Bini, Hantakan, dan Taruhi. Terdapat juga Goa Air Kukup, Baramban, Batu Hapu, Berangin, dan Liang Udud.

Keanekaragaman hayati Meratus tak kalah banyaknya dan menjadi rumah bagi flora jenis pohon batang besar seperti meranti, kanari, nyatoh, durian, agathis, dan medang. Di sini juga dapat ditemukan dua anggrek hutan yang dilindungi yaitu anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) dan anggrek sendok (Spathoglottis urea).

Untuk fauna ada satwa endemik Pulau Kalimantan yaitu bekantan, burung enggang, kera abu-abu, beruang madu, kijang pelaihari, rusa sambar, dan owa. Selain itu, belum lama ini ditemukan pula dua spesies burung di Meratus, sikatan kadayang (Cyornis kadayangensis) dan kacamata meratus (Zosterops meratusensis).

Penemuan tersebut dimulai dari penelitian yang dilakukan sejak 2016. Upaya pendeskripsian yang dilakukan oleh tim peneliti di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Lousiana State University, Amerika Serikat sebagai mitra internasional akhirnya berhasil dipublikasikan pada 2022.

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, BRIN, Tri Haryoko yang ikut dalam penelitian mendeskripsikan bahwa kacamata meratus berwarna hijau zaitun dengan corak zaitun kekuningan pada tubuh bagian bawah. Kerabat paling dekat yaitu kacamata laut (Z. chloris) yang memiliki warna kuning lebih terang.

Sedangkan sikatan kadayang memiliki warna lebih khas, yaitu tubuh bagian atas biru dan bagian bawah cokelat jingga terang sampai putih. “Sikatan kadayang berbeda dari sikatan dayak (C. montanus) yang memiliki warna biru lebih pekat dan tubuh bawah kecokelatan tanpa warna putih,” kata Tri.

Peneliti dari Museum Zoologicum Bogoriense, Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Mohammad Irham mengatakan Meratus yang teriolasi dari rantai pegunungan lain di Kalimantan telah membentuk komunitas fauna yang unik seperti terlihat pada kelompok burung.

Terkait status konservasi, kelestarian burung di Pegunungan Meratus mendapat potensi ancaman dari perubahan dan kerusakan habitat. Wilayah dataran rendah dari Pegunungan Meratus telah mengalami perubahan sehingga menyisakan habitat yang relatif utuh di zona pegunungan di atas 500 mdpl dengan luasan yang cukup terbatas.

Ancaman lainnya adalah perburuan burung untuk memenuhi pasar burung berkicau. Perburuan ini mendorong populasi burung di Meratus ke jurang kepunahan. Oleh karena itu konservasi habitat dan spesies di Pegunungan Meratus sangat penting untuk dilakukan.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari