Indonesia.go.id - Memahami Antonio Blanco dari Model Lukisannya

Memahami Antonio Blanco dari Model Lukisannya

  • Administrator
  • Selasa, 9 April 2019 | 13:03 WIB
LUKISAN SENI
  Antonio Blanco Rennaisance Museum. Sumber foto: Fabulousubud

Model lukisan Antonio Blanco, Ketut Rani Astuti, menggambarkan Antonio Blanco sebagai pelukis nyentrik.

KESAN nyentrik tidak hanya tercermin dari penampilannya. Topi baret merah, baju warna senada memang membuat Antonio Blanco terlihat eksentrik. Namun, gaya busananya bukan lah satu-satunya ciri khas nyentik ala pelukis kelahiran Manila itu.

Gaya melukisnya pun nyentrik. Salah seorang model lukisannya, Ketut Rani Astuti (71), mengungkapkan kalau Blanco memiliki bahasa tubuh yang khas. “Gerakan tangannya cepat. Matanya juga turut bergerak setiap kali ia melukis,” ujar penari yang juga adik ipar sang pelukis.

Bukan cuma itu. Ada aturan tidak tertulis juga bagi model lukisannya. “Objek lukisan harus diam terus,” tambah Ketut. Kemudian perempuan penari yang sedang ia lukis tidak boleh melihat ke arahnya karena akan membuyarkan konsentrasinya.

Soal kecepatan juga menjadi keistimewaan Blanco. Ia mampu menyelesaikan lukisannya kurang dari 10 menit. Matanya sangat awas dan jari-jemarinya amat luwes. Di tangannya, garis-garis abstrak akan terlihat indah dan nyeni.

Blanco juga memiliki daya imajinasi tinggi. Ia lihai memadupadankan objek berbeda dalam beberapa lukisan. Ketut menceritakan pengalamannya ketika dia menjadi model sang kakak ipar. Dia pikir, Blanco melukis seluruh tubuhnya.

Ternyata, hasil lukisannya sungguh tidak terduga. “Hasilnya, wajah saya yang muncul, tapi bodinya orang lain.”

Antonio Blanco adalah pelukis keturunan Spanyol dan Amerika yang menetap di Ubud, Bali. Di kota tersebut, ia tinggal bersama istrinya, Ni Rondji, seorang perempuan asli Bali. Blanco merupakan penganut gaya lukisan romantik-ekspresif dengan ketertarikan tinggi pada perempuan sebagai objek lukisan.

Sebelum menetap di Bali, pria yang mengidolakan pelukis Paul Gauguin dan Jose Miguel Covarrubias itu telah mengeksplorasi sederet pulau di Samudra Pasifik untuk mencari inspirasi. Ia pernah mengunjungi Tahiti, Hawaii, Jepang dan Kamboja.

Dari semua negara yang pernah ia kunjungi, Bali berhasil membuatnya jatuh cinta hingga memutuskan menetap di sana. Pemandangan indah dan aliran seni sungguh kental di Ubud. Terlebih lagi, ada seorang penari Bali bernama Ni Rondji yang telah menarik perhatiannya.

Menurut Ketut, Blanco mempunyai indra keenam. Indra keenamnya itulah yang membuatnya mampu melukis wajah anak kedua putrinya, Maha Dewi, jauh sebelum sang cucu lahir.

Pelukis nyentrik itu juga sering meminta Ketut dan anggota keluarga lain menjadi model lukisannya. Mitos bahwa perempuan Bali akan kehilangan wajahnya apabila dilukis bukan oleh keluarganya membuat banyak perempuan penari enggan dilukis orang yang bukan anggota keluarga.

Itulah sebabnya Blanco lebih sering melukis keluarganya sendiri. Selain memiliki ketertarikan tinggi pada objek perempuan, ia juga sering melukis tokoh ternama. Mick Jagger, Michael Jackson dan mantan presiden Republik Indonesia, Sukarno, pernah menjadi objek lukisan.

Sebagai pelukis, Blanco amat idealis. Tidak semua karyanya bisa dibeli para pencinta seni. Bahkan, rayuan maut tokoh paling berpengaruh di Indonesia saat itu, Bung Karno, pun mental.

Di mata Ketut, Blanco juga merupakan pribadi yang sangat percaya kepada Tuhan serta menghargai perbedaan keyakinan. Kepribadiannya itu tampak pada bangunan museum miliknya. Ada gambaran telinga di depan museum The Blanco Renaissance miliknya.

Telinga ini merupakan gambaran umat muslim yang tengah azan. Dengan segala keunikannya, pelukis yang meninggal dunia pada 1999 itu memberi warna tersendiri di dunia seni lukis Tanah Air. (K-RG)