Wabah DBD biasanya akan mulai meningkat saat pertengahan musim hujan karena kian bertambahnya titik perkembangbiakan nyamuk.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan laju kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia meningkat dua kali lipat lebih pada Maret 2024 bila dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya. Saat ini jumlah kasus DBD sudah mencapai 35 ribu, meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya.
DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti pembawa virus dengue. Gejala DBD yang terlambat dikenali dan diobati dapat mengakibatkan perdarahan yang mengakibatkan penderita berada dalam keadaan bahaya. Bahkan jika terlambat ditangani, bisa berakibat kematian.
Mengutip data Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) Kemenkes, tren laju kasus dimulai sejak akhir Februari 2024 yang semula berkisar 15.977 kasus, kini menjadi 35 ribu. Tercatat lima kabupaten/kota dengan laju kasus tertinggi, yakni Tangerang, Bandung Barat, Kota Kendari, Subang, dan Lebak.
Angka kematian kasus dengue di Indonesia tergolong tinggi selama empat tahun terakhir. Pada 2021, terdapat 705 kasus kematian, meningkat menjadi 1.236 kasus pada 2022, kemudian menurun menjadi 894 kasus pada 2023. Per tanggal 18 Maret 2024, tercatat sebanyak 316 kasus kematian.
Wabah DBD biasanya akan mulai meningkat saat pertengahan musim hujan. Hal ini disebabkan oleh penambahan titik perkembangbiakan nyamuk yang meningkatnya seiring tingginya curah hujan. Tidak heran jika hampir setiap tahun, wabah DBD digolongkan dalam kejadian luar biasa (KLB) di beberapa daerah.
Kasus DBD juga terjadi karena perilaku hidup masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. DBD merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai karena kerap terjadi di lingkungan yang kurang bersih. Untuk itu, Kemenkes bersama-sama seluruh pihak dan masyarakat mendorong berbagai upaya untuk mencegah merebaknya wabah DBD. Prioritas utamanya adalah dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan menguras, menutup, dan memanfaatkan daur ulang (PSN 3M Plus).
Berikut ini kiat mencegah DBD di lingkungan sekitar:
1. Menguras merupakan kegiatan membersihkan/menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya. Dinding bak maupun penampungan air juga harus digosok untuk membersihkan dan membuang telur nyamuk yang menempel erat pada dinding tersebut. Saat musim hujan maupun pancaroba, kegiatan ini harus dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama enam bulan.
2. Menutup merupakan kegiatan menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi menjadi sarang nyamuk.
3. Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang) agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
Adapun kegiatan plus adalah pencegahan tambahan seperti sebagai berikut:
- Menggunakan obat anti nyamuk;
- Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi;
- Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk;
- Menanam tanaman pengusir nyamuk.
- Gotong royong membersihkan lingkungan;
- Memeriksa tempat-tempat penampungan air;
- Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup;
- Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras;
- Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar.
Tips Pertolongan Awal
Menurut Kemenkes RI jika terdapat anggota keluarga atau orang terdekat yang mengalami gejala DBD, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama:
- Diistirahatkan sambil berbaring (bedrest);
- Perbanyak minum air minimal dua liter per hari;
- Dikompres air hangat;
- Berikan obat pereda demam, jika demam tinggi;
- Jika dalam 2--3 hari gejala semakin memburuk seperti tampak lemas, muntah-muntah, mimisan, pendarahan gusi, dan sebagainya segeralah dibawa ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk ditangani lebih lanjut.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari