Indonesia.go.id - Festival Mandi Sapar Masyarakat Tanjung Jabung Timur

Festival Mandi Sapar Masyarakat Tanjung Jabung Timur

  • Administrator
  • Senin, 23 September 2019 | 05:00 WIB
BUDAYA
  Festival Mandi Sapar. Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Setiawan

Setiap tahun, ribuan warga di pesisir timur Jambi,  mengikuti festival mandi sapar. Tradisi ini  tepatnya dilakukan di Desa Air Hitam Laut, Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Provinsi Jambi.

Mandi Sapar dilakukan sebagai upaya masyarakat untuk mengenang dan mempertingati peristiwa mati syahid Imam Husen bin Ali bin Abi Thalib yang memimpin tentaranya berangkat dari Makkah ke Kota Kuffah. Biasanya, festival ini akan diadakan pada pekan terakhir bulan Sapar tahun hijriah. Hari itu, kita dapat menyaksikan suatu budaya yang sudah dijaga dari tahun ke tahun, oleh masyarakat Jambi khususnya Tanjabtim.

Bagi sejumlah warga, Mandi Sapar merupakan ritual untuk meminta kepada Sang Kuasa agar terhindar dari bahaya, penyakit dan menyucikan diri dari dosa dengan menceburkan diri ke laut. Mengutip perkataan K. H. Arsyad dalam Jurnal Mandi Sapar yang ditulis Ariyandi Batubara, M.Ud dan Dr. H. Hilmi, M.Pd bahwa tradisi Mandi Sapar di Air Hitam Laut diselenggarakan secara berjamaah dan terbuka oleh masyarakat sejak tahun 1965 sampai tahun 2002. Tradisi tersebut pada saat itu hanya dijalani oleh masyarakat Air Hitam Laut saja dan belum tersebar secara luas ke wilayah-wilayah lainnya.

Kemudian pada tahun 2003 sampai sekarang, Mandi Sapar menjadi even daerah dan destinasi wisata tahunan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Adanya menara, pondasi menara (rakit), payung dan lain sebagainya untuk tujuan memberikan ciri khas kepada tradisi keagamaan Mandi Sapar ala Air Hitam Laut.

Sebagaimana diungkapkan oleh Bahtiar L, Ayub Mursalim, Masburiyah, dalam bukunya “Ritual Mandi Sapar: Akulturasi Islam dan Tradisi Lokal: Studi Kasus di Desa Air Hitam Laut Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung Timur.” (Kontekstualita Vol. 24, No. 2, Desember 2008), Ada beberapa alasan yang menjadikan Mandi Sapar ini sebagai festival atau destinasi wisata. Pertama, sebagai sarana mempererat ukhuwah islamiyah (persaudaraan karena hubungan agama). Kedua, membuka akses ekonomi dengan menjadikan obyek parawisata. Dan ketiga, untuk mempercepat pembangunan daerah.

Proses Mandi Sapar

Sebelum masyarakat atau wisatawan berangkat ke lokasi pantai mandi sapar, para warga sekitaran Air Hitam Laut akan melakukan proses terlebih dahulu di rumah masing-masing. Setelah melaksanakan di rumah, barulah masyarakat melakukan tradisi ini di pantai. Yang mana proses pertama yang harus dilakukan adalah menuliskan lafadz ayat al-quran yang diawali kata salamun sebanyak tujuh ayat pada selembar daun. Proses penulisannya dilakukan malam hari.

Kemudian pada pagi hari berikutnya sebuah menara diletakkan di dekat pantai. Kemudian, diisi dengan sambutan beberapa pejabat daerah atau tokoh masyarakat. Lalu, semua peserta akan bersama-sama memasuki pantai Air Hitam Laut untuk ritual Mandi Sapar yang diawali dengan membaca niat “Aku mandi sapar karena Allah SWT.”

Ariyandi Batubara dalam bukunya, “Makna Simbol dan Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Tradisi Keagamaan Mandi Sapar di Desa Air Hitam Laut Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi”menuliskan; ritual diawali oleh para pemimpin dan tokoh adat yang menaiki menara yang telah disiapkan dan diarak hingga ke bagian tengah pantai sembari membagi-bagikan telur ayam matang yang telah dipersiapkan sebelumnya. Biasanya, masyarakat akan memercikkan air kepada pemimpin mereka dengan rasa gembira dan bersyukur atas tradisi penolakan bala yang telah dilakukan setiap tahunnya. (K-LH)