Indonesia.go.id - Padang Lawas, Situs Hindu-Budha Terbesar di Sumatera Utara

Padang Lawas, Situs Hindu-Budha Terbesar di Sumatera Utara

  • Administrator
  • Senin, 23 September 2019 | 21:09 WIB
BUDAYA
  Padang Lawas. Foto: Kemendikbud

TerletakĀ di Provinsi Sumatera Utara, hamparan situs purbakala Padang Lawas berjarak sekitar 400 km dari kota Medan. Peninggalan purbakala ini tepatnya berada di dua kabupaten yaitu; Kabupaten Padang Lawas, dan Kabupaten Padang Lawas Utara. Kedua kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2007.

Situs purbakala Padang Lawas  mencirikan bangunan candi Hindu-Budha. Kawasan ini merupakan kompleks percandian terbesar di Sumatera Bagian Utara. Kata “Candi” mengacu pada berbagai macam bentuk dan fungsi bangunan, antara lain tempat beribadah, pusat pengajaran agama, tempat menyimpan abu jenazah para raja, tempat pemujaan atau bersemayam Dewa, dan petirtarian (pemandian), serta gapura.

Daerah ini juga sering dikaitkan dengan data kesejarahan tentang sebuah kerajaan atau wilayah yang bernama Pannai atau Pane. Tetapi, sampai saat ini masih ada perdebatan mengenai kerajaan tersebut.

Setidaknya ada enam biara/candi Hindu-Budha yang dapat diidentifikasi dan dapat diketahui denah tata letak biaranya di Padang Lawas.  Keenam biara/candi tersebut adalah:

1. Biara Bahal I.

Terletak di Desa Bahal, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, sekitar 500 meter arah tenggara dari Biara Pulo. Pada halaman biara terdapat lima bangunan yang terdiri dari sebuah biara induk, sebuah bangunan tanpa atap yang diidentifkasi sebagai mandapa terletak di depan biara induk, sebuah biara perwara yang terletak di sebelah timur laut biara induk. Juga, terdapat dua buah bangunan lain yang terletak di sebelah barat daya mandapa (sebuah bangunan yang berfungsi sebagai aula dapat berupa bangunan berdinding atau tidak berdinding).

2. Biara Bahal II

Biara ini berlokasi di Desa Bahal, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, sekitar 500 meter arah tenggara dari Biara Bahal I. Adapun tata letak bangunan di dalam halaman biara adalah sebuah biara induk yang menghadap ke arah tenggara, dengan satu biara perwara di sebelah utara biara induk dan di depan biara induk terdapat sebuah mandapa.

3. Biara Bahal III

Situs ini terletak di Desa Bahal, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, sekitar 400 meter arah timur dari Candi Bahal II. Di dalam halaman, hanya terdapat dua komponen bangunan yaitu satu biara induk yang menghadap ke timur dan sebuah mandapa yang terdapat tepat di depan biara induk.

4. Biara Sangkilon

Situs ini terletak di Desa Sangkilon, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas. Jarak situs dari perkampungan penduduk sekitar kurang lebih 2,5 km ke arah barat. Kompleks biara ini walaupun hanya menyisakan gundukan dan runtuhan tetapi masih dapat diidentifikasi keletakannya. Kompleks ini berpagar keliling berbahan bata, dengan luasan 44 m x 39,5 m.  

Pada halaman biara terdapat empat buah gundukan tanah yang merupakan runtuhan bangunan. Sebuah biara induk yang menyisakan dua buah dinding tubuh biara. Sebuah gundukan tanah yang diduga perwara di sebelah utara, dan sebuah gundukan datar di sebelah timur biara induk yang diduga mandapa, serta sebuah gundukan tanah yang lebih kecil di sebelah utara mandapa.

5. Biara Situpoyan

Secara administratif masuk wilayah Desa Sitopoyan, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lwas Utara. Saat ini kompleks ini ditandai dengan enam buah gundukan terbesar berukuran 20 x 10 m, dengan tinggi 2 m. Gundukan mandapa yang terletak di sebelah timur gundukan terbesar berukuran 8 m x 6 m dengan tinggi 1,5 m.

6. Biara Sipamutung

Biara ini berlokasi di Dusun Siparau Lama, Desa Siparau, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padang Lawas. Kawasan situs berada di dekat pertemuan dua sungai, yaitu Sungai Pane di sebelah barat dan Sungai Barumun di sisi timur dan utara.

Area kompleks candi seluas 26,58 hektar ini dikelilingi oleh benteng tanah. Sebagian arkeolog mengasumsikan benteng tanteng tanaha ini berfungsi sebagai penahan atau pelindung dari segala bahaya, di antaranya dari luapan air sungai yang berada tidak jauh dari komplek percandian. (K-LH)