Indonesia.go.id - Si Violet, Pengganti Matahari di Waktu Malam

Si Violet, Pengganti Matahari di Waktu Malam

  • Administrator
  • Kamis, 4 Februari 2021 | 01:20 WIB
TEKNOLOGI
  Pusat Pelatihan Pertanian & Pedesaan Swadaya (P4S) Buana Lestari di Wisata Edukasi Tani Terpadu (WETT) Betet, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur yang menjadi wisata edukasi pertanian Hidroponik. Foto: ESDM

Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero berinovasi dengan memanfaatkan sinar lampu ultraviolet (UV) untuk meningkatkan produktivitas tanaman hidroponik.

Jika berjalan di malam hari di kawasan Wisata Edukasi Tani Terpadu (WETT) Betet, yang berlokasi di Desa Betet, Kabupaten Nganjuk, Anda akan mendapati sejumlah greenhouse (rumah plastik) di tengah sawah yang memancarkan sinar merah keunguan. Itulah teknologi pertanian pemanfaatan sinar UV yang sedang dikembangkan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Buana Lestari dengan PLN Peduli, sejak akhir 2020.

Asrori, sang motor program hidroponik sinar lampu UV di WETT Betet, mengungkapkan bahwa teknik hidroponik dengan memanfaatkan sinar lampu UV sebagai pengganti cahaya matahari di malam hari membuat pertumbuhan tanaman lebih optimal. Sebab, tanaman akan tetap berfotosintesis dengan bantuan sinar lampu UV, meskipun di malam hari.

Menurut Asrori, tanaman sayur organik dengan metode hidroponik yang memanfaatkan aliran listrik untuk pengairan juga penerangan sinar lampu UV di malam hari, membuat nutrisi yang dibutuhkan tanaman terus terjaga serta mendapatkan cukup sinar selama 24 jam penuh.

Dengan sistem pengairan yang stabil dan penerangan dengan lampu UV, sayur organik ini dapat dipanen hanya dalam waktu 30-35 hari. Itu lebih cepat dari waktu normalnya, yakni 45 hari. Berat tanamannya pun bisa mencapai 200-250 gram untuk setiap batang tanamannya. Tentunya lebih berat dari hidroponik biasa yang hanya mencapai 150 gram per batang tanamannya.

Lampu yang digunakan merupakan lampu khusus yang biasa disebut grow led, yang memancarkan spektrum cahaya ultraviolet. Jarak antarlampu pun harus menyesuaikan, yakni idealnya satu lampu untuk dua meter persegi dengan tinggi 150 cm dari tanaman.

Asrori bercerita, dari segi kualitas, tanaman yang menggunakan sistem ini memiliki daun yang lebih cerah, akar yang putih cerah, di mana hal ini merupakan indikator bahwa tanaman tersebut sehat. “Dari segi rasa juga tidak perlu khawatir, karena tidak pahit, ini sekaligus aman untuk langsung dikonsumsi,” imbuhnya.

 

Inovasi yang Menjanjikan

Sistem hidroponik dengan sinar lampu UV memberikan prospek yang menjanjikan. Usaha skala kecil rumah tangga dengan 40 lubang, memerlukan modal untuk starter kit hidroponik dengan sinar lampu UV sekitar Rp1,8 juta dengan biaya operasional setiap kali tanam sebesar Rp100 ribu. Berat hasil panen untuk setiap lubang berkisar di angka 200-250 gram. Artinya, untuk 40 lubang, pelaku hidroponik model itu dapat memperoleh hasil kurang lebih 10 kg dalam satu kali masa panen dengan harga per kilogramnya di pasaran mencapai Rp25 ribu.

Dalam 1 tahun, dengan memanfaatkan sinar lampu UV, pelaku hidroponik dapat melakukan 9-12 kali masa tanam, berbanding lurus dengan frekuensi masa panen. Hal itu berbeda dengan sistem hidroponik biasa yang masa tanamnya berkisar antara 6-9 kali dengan sistem rotari.

Sementara itu, untuk skala hobi dan industri, sistem hidroponik dengan sinar lampu UV ini juga tidak kalah menjanjikan. Sebut saja untuk skala hobi 200 lubang, investasi yang dikeluarkan untuk starter kit Rp7,5 juta dengan biaya operasional setiap kali tanam Rp465 ribu.

Dari skala ini, pelaku hidroponik dapat menghasilkan 50 kg tanaman hidroponik dalam satu kali masa panen atau sekitar Rp1.250.000. Atau kalau skala industri, investasi yang diperlukan meliputi starter kit hidroponik NFT 2000 lubang dengan sinar lampu UV dan juga green house berukuran 8x20 m.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengapresiasi inovasi Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero dalam memanfaatkan sinar lampu ultraviolet (UV) untuk meningkatkan produktivitas tanaman hidroponik ini. "Langkah pemanfaatan lampu UV ini bisa digunakan sebagai cara meningkatkan penjualan kWh listrik. Ini salah satu bukti bahwa penjualan listrik yang dilakukan PLN tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif semata. Kami mengapresiasi terobosan ini," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, Senin (1/2/2021).

Pemanfaatan listrik dalam menggenjot produktivitas ekonomi, sambung Agung, sejalan dengan upaya pemerintah meningkatkan ketersediaan pasokan listrik bagi masyarakat dan wilayah yang perekonomiannya sedang tumbuh.

Senada itu, Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN Agung Murdifi bersyukur bahwa program PLN Peduli telah dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat maupun lingkungan. Selaras dengan transformasi yang sedang dijalankan, lanjut Agung, PLN siap berkolaborasi dengan masyarakat untuk menghadirkan inovasi. Khususnya, yang berkaitan dengan kelistrikan dalam rangka mendorong produktivitas masyarakat.

PLN berkomitmen untuk mendukung program-program pemberdayaan masyarakat yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Ini sejalan dengan motto PLN, listrik untuk kehidupan yang lebih baik. Listrik harus dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas yang membawa dampak baik bagi masyarakat, serta mendukung lingkungan yang lebih ramah," tutup Agung.

 

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/ Elvira Inda Sari