Mendahulukan hadirnya teknologi TV digital di daerah perbatasan merupakan upaya pemerintah mengatasi blank spot siaran televisi.
Persiapan migrasi TV analog ke TV digital di kawasan perbatasan terus diperkuat karena memiliki nilai strategis bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menjadikan kawasan perbatasan dapat menerima informasi dan menangkap tayangan yang sama dengan daerah lainnya di Indonesia dapat meningkatkan rasa keutuhan dan semangat satu bangsa.
“Masyarakat di perbatasan kini sudah bisa melihat tayangan TV digital. Ada 23 titik kawasan perbatasan di Indonesia. Semuanya sudah siap Analog Switch Off (ASO) atau penghentian penyiaran TV analog,” kata Geryantika Kurnia, Direktur Penyiaran, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kominfo dalam Seminar Luring dengan tema Arti Penting Perbatasan bagi ASO Tahap 1, Rabu (23/6/2021).
Gery menambahkan bahwa mendahulukan perbatasan segera bermigrasi ke siaran TV digital sesuai arahan Presiden Joko Widodo. Karenanya, pada tahapan pertama pengakhiran siaran TV analog, dimulai dari daerah terluar.
Tahap pertama, migrasi ke TV digital paling lambat 17 Agustus 2021. Daerah layanan yang dihentikan siaran televisi analognya, Aceh-1 (Kab. Aceh Besar, Kota Banda Aceh), Kepulauan Riau-1 (Kab. Bintan, Kab. Karimun, Kota Batam, Kota Tanjung Pinang), Banten-1 (Kab.Serang, Kota Cilegon, Kota Serang), Kalimantan Timur-1 (Kab. Kutai Kartanegara, Kota Samarinda, Kota Bontang), Kalimantan Utara-1 (Kab. Bulungan, Kota Tarakan), dan Kalimantan Utara-3 (Kab. Nunukan).
“Nunukan (Kalimantan Timur) sudah siap dimatikan siaran TV analognya. Bahkan Batam sudah siap sejak 2019. Aceh juga sudah siap. TVRI menjadi tonggak utama program migrasi ini,” kata Gery. Dengan adanya migrasi digital ini, harapannya informasi yang selama ini diterima masyarakat di kota besar, bisa juga diterima masyarakat di perbatasan.
Usaha mendahulukan daerah perbatasan bentuk langkah pemerintah menutup kawasan blank spot. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau menjadi kesulitan tersendiri. Belum lagi ditambah terpencar-pencarnya penduduk. Paling tidak ada 32 persen kawasan yang masih belum terjangkau sinyal penyiaran televisi.
Pemerintah terus melakukan berbagai upaya hingga seluruh Indonesia 100 persen terjangkau sinyal siaran. “Sekarang kita memindahkan TV analog yang ada dulu. Ada 701 lembaga penyiaran swasta. Pemerintah sudah buat program, ada sekitar 226 daerah yang belum terlayani sinyal TV digital. Diagendakan tahun depan, TVRI akan bangun 226 blank spots itu,” katanya.
Migrasi ke siaran TV digital ini menguntungkan masyarakat. “Kalau ada angin dan hujan, gambar TV biasanya terganggu. Itu kalau TV analog. Kalau digital, selama ada sinyalnya, dan bisa ditangkap, gak ada pengaruh,” katanya.
Manfaat lebih besar juga akan didapatkan semua pihak. “Kita kerja sama dengan Boston Consulting Group (BCG) di 2017. Menghitung dampak migrasi ke digital. Hasilnya ada 181 ribu penambahan kegiatan usaha baru, 232 ribu penambahan lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan negara bukan pajak 77 triliun rupiah, dan peningkatan PDB nasional 433,8 triliun rupiah. Ini sangat besar sekali manfaatnya. Makanya ayo cepet migrasi,” katanya.
Gery juga mengajak pada LPS (stasiun TV swasta) untuk masuk ke multipleksing TVRI di daerah terluar. Dengan masuknya LPS harapannya konten di kawasan perbatasan bisa bervariasi dibandingkan yang selama ini diterima.
Lembaga Penyiaran lokal juga difasilitasi untuk tumbuh di kawasan perbatasan dan terpencil. Ada berbagai stimulus yang disiapkan pemerintah untuk mendorong hal tersebut.
Penulis: Tim Komunikasi Publik Migrasi TV Digital Kemenkominfo
Redaktur: Elvira Inda Sari