Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraan pada sidang Tahunan MPR 2019 tampak sedikit berbeda dan mencolok. Pasalnya, Presiden memilih memakai baju adat suku sasak yang mendiami bumi Nusa Tenggara Barat. Apa sebenarnya makna filosofis dan pesan yang ingin disampaikan Presiden Joko Widodo melalui baju adat tersebut?
Suku Sasak dan Keanekaragaman Indonesia
Suku Sasak merupakan salah satu suku, dari 1.340 suku yang ada di Indonesia, menurut sensus Badan Pusat Statistika (BPS) pada 2010. Banyaknya suku inilah yang membuat Bangsa Indonesia kaya akan keberagaman suku bangsa, bahasa, dan kebudayaan. Suku Sasak sendiri adalah suku asli dari Nusa Tenggara Barat. Suku itu mendiami daerah Lombok dan menggunakan bahasa Sasak dalam kesehariannya.
Secara etimologi sejarah, nama Sasak sendiri berasal dari kata sak-sak yang dapat diartikan sebagai sampan. Pengertian itu dihubungkan dengan kedatangan nenek moyang orang Sasak dengan menggunakan sampan dari arah barat, dapat diartikan dari Pulau Jawa. Adapun sumber lain, yakni di dalam kitab Negara Kertagama, menyebutkan bahwa kata Sasak disebut menjadi satu dangan Pulau Lombok. Yakni, Lombok Sasak Mirah Adhi.
Di dalam pengucapan lisan warga setempat, kata Sasak dipercaya berasal dari kata Sa’saq yang memiliki makna ‘satu’. Sedangkan kata Lombok berasal dari kata Lomboq yang mengandung makna ‘lurus’. Oleh karenanya jika kita gabungkan makna dari kedua kata Sa’Saq Lomboq berarti “sesuatu yang lurus”. Namun banyak juga yang mengartikan “sesuatu jalan yang lurus atau jalan yang lurus”.
Di dalam salah satu kutipan Kitab Negarakertagama (Desawarnana), kata Lombok Mirah Sasak Adhi jika diuraikan satu per satu kata berarti ‘Lombok’dalam bahasa kawi berarti ‘lurus’ atau ‘jujur’, ‘Mirah’ yang memiliki arti ‘permata’, ‘Sasak’ berarti ‘kenyataan’, dan kata ‘Adhi’ yang memiliki makna ‘yang baik’ atau bisa juga ‘yang utama’. Oleh karenanya makna dari keseluruhan kata Lombok Mirah Sasak Adhi adalah ‘Kejujuran adalah bagaikan permata kenyataan yang baik dan utama’.
Dusun Berpenghuni
Dusun Sasak Sade merupakan salah satu dusun dengan penduduk asli Pulau Lombok yaitu Suku Sasak. Dusun tersebut masih sangat menjaga adat istiadat dan kebudayaan suku asli Pulau Lombok.
Hal serupa itu menjadikan Dusun Sade memiliki keistimewaan dan membuat banyak wisatawan lokal bahkan mancanegara datang untuk melihat langsung kekayaan budaya dan kebiasaan unik Suku Sasak. Dalam melestarikan budaya Suku Sasak, pemerintah daerah bekerja sama bahu-membahu dengan masyarakat menjadikan Dusun Sade Lombok sebagai tempat belajar dan melestarikan tradisi Sasak.
Desa Sade Lombok terletak di Desa Rambita, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Letaknya tak jauh dari Bandara Internasional Lombok. Hanya perlu sekitar 30 menit untuk mencapai lokasi tersebut.
Di desa itu hanya ada sekitar 152 kepala keluarga. Dan sebagai suku asli Sasak yang tinggal di Lombok Tengah, mereka memegang teguh tradisi sejak zaman pemerintahan Kerajaan Pejanggik di Praya Kabupaten Lombok Tengah. Hal itulah yang membuat desa tersebut sohor dan menarik untuk dikunjungi.
Baju Adat Laki-laki
Pakaian adat pria suku sasak yang dikenakan Presiden Joko Widodo disebut pegon. Pegon yang berbentuk seperti jas merupakan wujud busana akulturasi, karena memiliki pengaruh dari tradisi Jawa dan juga Eropa. Percampuran ini dianggap sebagai lambang keagungan dan kesopanan. Biasanya pegon berwarna hitam polos. Bahan polos ini dimodifikasi di bagian belakangnya sebagai tempat menyelipkan keris.
Sebagai penghiasnya, kain songket berbenang emas digunakan di bagian pinggangnya. Penggunaannya bukan untuk tujuan ikat pinggang melainkan untuk penghias. Ikat pinggang ini dikenal juga dengan nama leang. Nama lainnya tampet atau dodot. Sedangkan untuk kepalanya, seperti halnya pria-pria Bali, pakaian adat Suku Sasak juga memiliki ikat kepala. Kalau Bali bernama udeng, suku sasak bernama sapuq atau sapuk.
Sapuk merupakan mahkota yang melambangkan kejantanan. Ikat kepala ini juga berfungsi untuk menjaga pikiran pemakainya dari berbagai hal kotor. Ikat kepala di pakaian adat yang dipakai Jokowi ini juga melambangkan penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk penggunaan sapuq ini, bisa dibuat dari bahan kain batik, pelung, ataupun songket. Sebagai bawahannya, pakaian adat ini biasanya memakai songket aneka warna cerah. Namun kali ini untuk busana warna emasnya, Jokowi memadukannya dengan songket berwarna dominan hitam dan emas. Ini senada dengan warna sapuq dalam baju adat yang dikenakan Presiden.
Dalam adatnya, selendang umbak juga disertakan. Namun ini hanya diperuntukkan untuk para pemangku adat atau pengayom masyarakat. Selendang ini melambangkan kebijakan bagi pemakainya dan juga lambang kasih sayang. Selendang ini harus dibuat dengan ritual tertentu dalam ritual keluarga sasak. Dalam pakaian adat yang dipakai Jokowi dia menyelipkan keris kecil di dada dan juga gantungan rantai di kantungnya. (K-KT)