ASEAN membutuhkan sebuah visi jangka panjang yang kokoh, sampai 20 tahun ke depan.
Rangkaian pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN yang berlangsung pada 9--11 Mei 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur sudah tinggal menghitung hari. Selaku tuan rumah KTT dan menjabat Keketuaan ASEAN 2023, Indonesia terus menggenjot persiapan penyelenggaraan KTT yang berpusat di Labuan Bajo, baik infrastruktur maupun persiapan lainnya yang bersifat nonteknis.
Nah, pelaksanaan KTT ke-42 ASEAN kali ini menjadi sangat strategis di tengah-tengah kondisi geopolitik dunia yang masih mendidih, yang disebabkan masih terus berlanjutnya perang Ukraina-Rusia di belahan Eropa. Dalam konteks geografis, Kawasan Asia Tenggara menjadi wilayah yang mendapatkan pengaruh dari dua kutub geopolitik besar.
Yakni, pengaruh Tiongkok melalui kebijakannya, yakni Belt and Road Initiatives (BRI). Sedangkan di sisi lainnya, ada kepentingan negara barat melalui Free-Open Indo Pacific.
Oleh karena itu, Indonesia memiliki tanggung jawab membawa organisasi regional Asia Tenggara ke arah yang tepat, agar tetap tercipta perdamaian dan stabilitas kawasan sesuai dengan salah satu poin isu utama dari penyelenggaraan KTT ke-42 ASEAN tersebut. Poin itu yang merupakan bagian dari salah satu dari tujuh isu utama, bersama empat yang menyangkut aspek administratif dan penyelenggaraan.
Apa saja yang menjadi isu utama dan strategis berkaitan dengan Keketuaan ASEAN Indonesia 2023? Pertama, permasalahan ASEAN yang mencakup, antara lain, menyiapkan visi besar ASEAN 2045, masalah perdamaian dan stabilitas kawasan, pemberantasan tindak pidana perdagangan orang, percepatan negosiasi teks Code of Conduct (COC), penguatan institusional ASEAN Human Right, peta jalan keanggotaan penuh Timor Leste di ASEAN, dan protokol antisenjata nuklir.
Kedua, epicentrum of growth yang meliputi penguatan arsitektur kesehatan (one health initiative dan pendanaan darurat kesehatan), ketahanan pangan dan energi di kawasan, ekosistem kendaraan listrik, stabilitas keuangan kawasan, pembentukan pemanfaatan peta jalan mata uang lokal ASEAN bagi transaksi antarnegara ASEAN, digitalisasi ekonomi dan digitalisasi sektor pariwisata, proteksi bagi pekerja migran di ASEAN, dan pembangunan pedesaan.
Ketiga, ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) yang mencakup isu mengaktifkan proyek-proyek konkret, penguatan kerja sama ekonomi, dan ekonomi pembangunan di kawasan. Keempat, isu geopolitik kawasan yang meliputi isu Myanmar dan isu Laut Tiongkok Selatan.
Dari sejumlah isu strategis yang menjadi pokok pembahasan pertemuan pemimpin negara-negara ASEAN tersebut, semua itu bermuara pada tema sentral Keketuaan Indonesia: “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.” Pada isu Asean Matters, KTT ASEAN ke-42 kali ini juga akan membahas yang tak kalah penting bagaimana potret ASEAN di 2045, sebagai bagian dari Visi ASEAN Pasca-2025 menuju ASEAN 2045.
Sebelumnya, tema itu sudah di tingkat High Level Task Force on ASEAN Community Post-2025 to ASEAN 2045 (HLTF-ACV), yang melibatkan pejabat atau diplomat dari negara-negara yang tergabung di organisasi ASEAN tersebut. Berkaitan dengan isu itu, Dian Triansyah Djani selaku Duta Besar dan Wakil Tetap Indonesia untuk PBB di New York, sekaligus pejabat yang bertanggung jawab mengawal isu itu, mengemukakan bahwa ASEAN membutuhkan sebuah visi jangka panjang yang robust, sampai 20 tahun ke depan.
Lebih lanjut, Djani menyampaikan bahwa ASEAN tahun 2045 harus menjadi ASEAN yang agile, resilient, adapt, and connected. “Di tengah-tengah situasi dunia yang terus berubah, ASEAN dituntut untuk mampu tetap relevan menghadapi berbagai tantangan global dan regional saat ini dan masa depan,” ujarnya seperti dikutip dari Portal Kemlu.go.id belum lama ini.
Yang jelas, ketika pertemuan para pemimpin ASEAN atau interface dengan HLTF-ACV pada 10 Mei 2023, para pemimpin itu diharapkan dapat memberikan arahan (guidance) agar visi ASEAN yang tengah disusun akan visioner, inspiratif, komprehensif, kokoh, dan inklusif.
Setelah mendapat arahan para pemimpin ASEAN, rancangan visi ASEAN tersebut akan dimintakan persetujuan prinsip (in-principle endorsement) ASEAN Coordinating Council (ACC) di saat pertemuan mereka pada September 2023. Selanjutnya, diharapkan dokumen ini dapat disahkan pada 2025.
Sebagai bagian dari proses penyusunan Visi ASEAN Pasca-2025, pada KTT ASEAN ke-42 ini para Pemimpin ASEAN juga diharapkan dapat mengesahkan ASEAN Leaders’ Statement on the Development of the ASEAN Community’s Post-2025 Vision. Melalui pengesahan itu diharapkan proses penyusunan ASEAN Post-2025 diperkuat dan juga dapat dipastikan bahwa visi ASEAN Pasca-2025 nantinya benar-benar visioner, ambisius, adaptif, dan strategis.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari