Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengucap syukur. Sebab menurutnya, inflasi pada September 2023 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1 persen.
Perekonomian dunia kini tengah mengalami fluktuatif dan pelemahan global. Di tengah kondisi itu, perekonomian Indonesia masih cukup solid dan terkendali, termasuk inflasi periode September 2023 yang tercatat di level 2,28 persen (year on year/yoy).
Inflasi sebesar 2,28 persen secara yoy itu, seperti disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS), melanjutkan tren penurunan yang secara konsisten telah berlangsung sejak Maret 2023. Inflasi itu mencatatkan yang terendahnya sepanjang tahun berjalan, bahkan dalam 19 bulan terakhir.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, tingkat inflasi bulanan pada September 2023 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, inflasi secara tahunan turun dari 3,27 persen menjadi 2,28 persen.
“Penyumbang inflasi bulanan terbesar pada September adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 0,35 persen dan andil 0,09 persen. Sementara itu, komoditas penyumbang inflasi secara bulanan terbesar adalah beras dan bensin," ujar Amalia dalam konferensi pers, Senin (2/10/2023).
Dia menjelaskan, beras memberikan andil inflasi 0,18 persen, sedangkan bensin 0,06 persen pada bulan lalu. Sumbangan inflasi dari bensin sejalan dengan penyesuaian harga BBM nonsubsidi.
Sebagai informasi, pemerintah bulan lalu telah melakukan penyesuaian harga BBM nonsubsidi, yaitu Pertamax, naik Rp900 menjadi Rp13.300 per liter. Sebelumnya, BBM dengan nilai oktan 92 (RON 92) ini dibanderol seharga Rp12.400 per liter per Juni 2023.
"Sementara beberapa komoditas memberikan andil inflasi 0,01 persen, yakni tarif pulsa ponsel, biaya kuliah akademi/perguruan tinggi, rokok kretek filter, dan daging sapi," ujarnya.
Di sisi lain, menurut dia, sejumlah komoditas pangan memberikan andil deflasi terhadap komponen IHK pada bulan lalu. Deflasi disumbangkan oleh harga bawang merah, telur ayam ras, cabai rawit, bawang putih, dan cabai merah.
Tarif angkutan udara, menurut dia, juga menyumbangkan deflasi seiring musim liburan yang sudah berakhir. BPS juga mencatat 73 kota mengalami inflasi dan 17 kota mengalami deflasi dari 90 kota yang disurvei BPS.
Dari hasil laporan BPS, lembaga itu juga menjelaskan inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan, Sumatra sebesar 1,14 persen. Sementara itu, deflasi terdalam terjadi di Manokwari 1,7 persen.
Hasil laporan inflasi dari BPS itu tidak jauh dari prediksi sejumlah ekonom. Mereka kompak memproyeksikan kinerja inflasi pada September 2023 akan semakin turun ke level 2 persen (yoy) di tengah kenaikan harga beras dan BBM Pertamax.
Pendapat itu, seperti disampaikan Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede. Dia memprediksi, inflasi secara bulanan atau month to month (mtm) akan berada di angka 0,08 persen, sedangkan secara yoy di level 2,16 persen. Turun dari capaian 3,27 persen yoy pada Agustus 2023.
Adapun, konsensus ekonom Bloomberg menyimpulkan secara rata-rata inflasi berada di level 2,21 persen secara tahunan dan 0,08 persen secara bulanan. Inflasi September 2023 secara tahunan, estimasi tertinggi ekonom adalah sebesar 2,45 persen yoy, sementara estimasi terendah adalah sebesar 2 persen.
Menanggapi hasil inflasi September 2023, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengucap syukur. Sebab menurutnya, inflasi pada September 2023 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1 persen.
Erwin menilai, inflasi yang terjaga merupakan hasil nyata dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan pemerintah (pusat dan daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
Tentu saja gambaran laporan inflasi dari BPS tetap menjadi pegangan bagi pemerintah untuk tetap bisa mengendalikan inflasi. Dalam konteks itu, baik pemerintah maupun Bank Indonesia telah menetapkan laju inflasi hingga akhir 2023 maksimal sebesar 3,3 persen,
Demikian pula dengan Bank Indonesia. Bank sentral itu meyakini inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1 persen pada 2023 dan 2,5 persen ±1 persen pada 2024.
Harapannya, laju inflasi hingga 2023 tetap di level yang telah ditargetkan. Nah, tugas pemerintah hingga akhir tahun adalah bagaimana tetap menjaga titik keseimbangan antara kebijakan fiskal dan moneter selain tetap waspada terhadap potensi kenaikan harga BBM dan pangan.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari