Indonesia.go.id - Aroma Kopi di Tengah Pandemi

Aroma Kopi di Tengah Pandemi

  • Administrator
  • Minggu, 3 Mei 2020 | 19:00 WIB
EKSPOR NASIONAL
  Aktivitas pemilihan biji kopi di PTPN IX, Banaran, Semarang. Foto : Antara Foto/ Aditya Pradana Putra

Permintaan produk kopi asal Indonesia di Mesir masih tinggi. Ada peningkatan ekspor sebesar 21 persen di tengah pandemi Covid-19.

Tidak semua pintu tertutup rapat. Maka, di tengah pandemi Covid-19 ini, para eksportir tetap sibuk mengepak biji kopi pilihan untuk segera dikapalkan keluar negeri. Perdagangan internasional tidak sepenuhnya tutup, utamanya untuk bahan makanan dan minuman, termasuk kopi Indonesia. Salah satunya untuk tujuan Mesir.

Pengiriman kopi Indonesia ke Mesir sejauh ini tidak terkendala oleh wabah virus corona. Bahkan, volume ekspor produk kopi Indonesia ke negeri piramid itu meningkat sebesar 21 persen di kuartal pertama 2020 ini, dibandingkan periode yang sama pada 2019. Tren kenaikan diperkirakan masih akan terlanjut. Mitra dagang mereka di Mesir meminta agar pengiriman kopi terus dijalankan sesuai kontrak yang diteken di tengah arena Trade Expo Indonesia (TEI) pada Oktober 2019 di ICE BSD, Tangerang.

Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengatakan, peningkatan ekspor kopi ini bisa terjadi berkat kerja keras eksportir Indonesia dan jajaran Kedutaan Besar RI di Kairo. Semua kontrak bisa berjalan sesuai kesepakatan. “Kita masih akan lakukan pengiriman lagi, sesuai kontrak-kontrak ekspor yang telah disepakati untuk periode April–Mei 2020 ini,” kata Agus Suparmanto.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kasan mengatakan, sampai Maret 2020 sudah 18 kontainer yang dikapalkan ke Mesir. Untuk April 2020 ada tambahan sebanyak 12 kontainer. “Meningkatnya ekspor kopi Indonesia ke Mesir awal tahun 2020 ini adalah komitmen kesepakatan dagang yang telah ditandatangani pelaku usaha ekspor Indonesia dengan pelaku usaha kopi Mesir,” imbuhnya. Salah satu komitmen dagang itu dijalin antara Egyptian Coffee Importer Group dengan PT Asal Jaya dari Malang, Jawa Timur, yang membukukan kontrak ekspor senilai USD50 juta.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada Februari 2020, Indonesia merupakan negara pengekspor nomor satu biji kopi ke Mesir dengan nilai ekspor sebesar USD12,62 juta. Nilai ini bertambah 21,75 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD10,36 juta. Terdapat kenaikan dari sisi kuantitas sebesar 29,53 persen atau senilai 7.274 ton untuk bulan Februari 2020 dibandingkan bulan Februari 2019 yang sebesar 5.615 ton.

Menurut laporan Badan Statistik Mesir, pada 2019 Indonesia merupakan negara pengekspor nomor satu biji kopi ke Mesir. Kopi Indonesia digemari di Mesir dengan mengambil pangsa pasar 62 persen, dengan tren pertumbuhan dari tahun 2015–2019 sebesar 16,73 persen. Impor Mesir atas produk biji kopi Indonesia di tahun 2019 sebesar USD59,510 juta. Nilai ini naik 2,30 persen dibanding tahun 2018 yang sebesar USD58,171 juta.

Tahun 2018, konsumsi kopi di Mesir mencapai 45.000 ton. Dengan jumlah peminum kopi di Mesir telah mencapai 35 persen dari total populasinya yang  98 juta. Artinya, pasar ekspor kopi ke Mesir sangat besar. Oleh karena itu, eksportir terbuka luas untuk meningkatkan volume ekspor dan dapat mendiversifikasi produk  di Mesir.

Sementara Atase Perdagangan di Kedutaan Besar RI di Kairo Irman Adi Purwanto Moefthi menambahkan, harga pasaran kopi robusta lndonesia ke pasar Mesir pada April 2020 per ton untuk jenis kopi robusta grade I seharga antara USD2.215 - USD2.300, grade ll antara USD2.065-USD2.100, serta grade lll defect 45 antara USD1.730-USD1.800.

Hingga saat ini, lanjut Irman, ekspor kopi robusta masih berjalan walaupun restoran, hotel, dan kedai kopi harus tutup di tengah wabah Covid-19. Penutupan tempat umum ini membuat para pedagang dan distributor kopi harus beralih menjual produk kopi secara daring atau melalui sistem pesan antar ke rumah.

 “Kita tetap optimistis para eksportir kopi Indonesia masih tetap dapat mengekspor produknya ke Mesir. Pemerintah Mesir bahkan memberi kemudahan terhadap impor komoditas pangan selama masa Covid-19. Misalnya, memberikan kemudahan mengeluarkan barang di pelabuhan. Selain itu, para eksportir tidak perlu melakukan legalisasi dokumen ekspor dari Kedubes Mesir di Jakarta atau KADIN lndonesia dengan menandatangani perjanjian yang menjamin produk yang diekspor tersebut berasal dari Indonesia,” tutup Mendag.

 Sebelumnya Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pandemi Covid-19 tak berarti mematikan kreativitas dan aktivitas masyarakat. Pemerintah memastikan ekonomi bisa tetap berjalan salah satunya lewat dorongan dari industri kopi nasional. Industri kopi dinilai masih berpeluang memberikan nilai tambah kepada perekonomian.

Selama ini industri olahan kopi ini juga menjadi mata rantai atau pemasok munculnya kedai-kedai kopi di berbagai wilayah Indonesia. Perkembangan industri kopi, khususnya kopi olahan yang ada, masih sangat menjanjikan. “Masih banyak yang kami gali untuk kami dorong," ujarnya dalam talkshow virtual Tokopedia, (23/4/2020).

Menperin menyebut pada 2019, Indonesia memproduksi hampir 730.000 ton biji kopi. Lebih dari separuhnya diekspor dengan nilai sekitar 610 juta dolar AS. Industri kecil dan menengah di sektor kopi juga tercatat cukup banyak. Menperin mencatat terdapat 1.200 unit usaha yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun konsumsi kopi per kapita di Indonesia masih rendah hanya sebesar 1,4 kilogram per kapita. Hanya seperempat konsumsi per kapita orang Eropa atau Jepang.

Kementerian Perindustrian masih fokus memberikan perhatian terhadap IKM kopi karena potensi pengembangannya sangat besar. Juga penyerapan tenaga kerja melalui sektor kopi diharapkan  terus tumbuh. Karena itu Kementerian Perindustrian  terus memacu hilirisasi dari industri kopi lokal atau nasional yang mengolah biji kopi dalam negeri  untuk meningkatkan nilai tambah dan menciptakan industri berdaya saing tinggi.

 

 

 

Penulis: Eri Sutrisno
Editor: Putut Tri Husodo/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini