Indonesia.go.id - Bandara Baru Yogya, Fasilitas Dunia Bernuansa Jawa

Bandara Baru Yogya, Fasilitas Dunia Bernuansa Jawa

  • Administrator
  • Kamis, 3 September 2020 | 02:12 WIB
INFRASTRUKTUR
  Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menteri BUMN, Erick Thohir (kiri) dan Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan HB X (kanan) memberikan sambutan saat meresmikan Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulonprogo, DI Yogyakarta, Jumat (28/8/2020). Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Begitu mendarat di Bandara Internasional Yogyakarta (Yogyakarta International Airport/YIA), para pelaju akan merasakan nuansa Jawa yang kental. Seperti makna filosofi ornamen kepala kolom di lantai tiga yang menggambarkan ronce melati.

Yogyakarta memang istimewa. Bukan cuma status daerahnya yang istimewa dan memiliki daya tarik kultural sebagai pusat budaya Jawa, Yogya juga memiliki lapangan udara anyar, Bandara Internasional Yogyakarta (Yogyakarta International Airport/YIA).

YIA dirancang dengan arsitektur bergaya modern, namun secara eksterior dan interior tetap menggambarkan budaya Yogyakarta. Itu mewujud dalam instalasi karya seni (artwork) di Terminal Penumpang, serta beragam area yang telah didesain secara khusus untuk menjadi etalase Yogyakarta, Kulon Progo, dan sekitarnya.

Begitu mendarat di YIA, para pelaju akan merasakan nuansa Jawa yang kental. Seperti makna filosofi ornamen kepala kolom di lantai 3 menggambarkan ronce melati. Adapun ornamen dinding melukiskan bunga wijayakusuma sebagai salah satu kearifan budaya Jawa.

Di kalangan Keraton Kasunanan Surakarta dan Yogyakarta, bunga wijayakusuma dipercaya memiliki hubungan erat dengan kisah raja-raja Mataram di masa silam. Rancangan interior tersebut melibatkan 46 seniman lokal Yogyakarta.

Saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Bandara Internasional Yogyakarta pada Jumat (28/8/2020), Kepala Negara sempat memuji keindahan arsitektur bandara YIA yang yang sarat akan nuansa seni dan budaya Jawa tersebut.

Bandara yang memiliki kapasitas hingga 20 juta penumpang per tahun atau 11 kali lebih besar dari Bandara Adisutjipto yang hanya 1,6 juta penumpang per tahun dibangun dengan investasi dana sebesar Rp11,3 triliun.

Yang lebih mengagumkan, proyek infrastruktur udara ini dikerjakan hanya dalam kurun waktu 20 bulan. Ketika menyampaikan sambutannya, Presiden Jokowi pun menuturkan peran Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X. Presiden memberi tugas Sinuhun untuk urusan pembebasan lahan, pengawasan, hingga desain arsitektur bangunan. Bandara YIA sebelumnya telah beroperasi penuh sejak 29 Maret 2020.

Adanya YIA membuat seluruh penerbangan domestik dan internasional di Bandara Adisutjipto (JOG) dialihkan ke bandara tersebut. Namun untuk penerbangan pesawat baling-baling tetap di Adisutjipto.

 

Area UKM

Angkasa Pura I selaku operator bandara juga menyediakan area gerai di Bandara YIA untuk usaha kecil menengah seluas 1.500 meter persegi (m2) di dalam terminal yang dapat menampung 300 UKM. Sedangkan pada area seluas 880 m2 di gedung penghubung dapat diakomodasi 170 UKM. Area gerai tersebut diberi nama Pasar Kotagede.

Bandara ini memiliki Terminal Penumpang dengan luas sebesar 219.000 m2. Untuk fasilitas sisi udara, runway bandara ini dapat didarati pesawat berbadan besar seperti Boeing B-777 dan Airbus A380.

Bandar Udara Internasional Yogyakarta saat ini melayani 20 rute domestik dan dua rute internasional yakni ke Singapura dan Kuala Lumpur. Selain itu juga memiliki potensi yang besar untuk menambah rute domestik (Manado, Kupang, Labuan Bajo) dan rute internasional seperti Jeddah, Madinah, Sydney, Melbourne, Hong Kong, dan Bangkok.

Pembangunan YIA ini juga mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai bandar udara dengan pengoperasian tercepat. Meskipun dibangun dan dioperasikan dalam waktu yang cepat, pembangunan bandara ini mencatat 16 juta jam kerja tanpa kecelakaan kerja sehingga mendapat Penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accident Award) atas prestasi dalam melaksanakan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Guna mendukung operasional Bandara Kulon Progo dari sisi layanan navigasi penerbangan, AirNav Indonesia membangun gedung ATC tower, gedung administrasi, dan gedung operasional. Untuk gedung menara air traffic control (ATC) dilengkapi fasilitas seperti tower set, radar monitoring, radio VHF, telepon direct speech dan automatic terminal information service (ATIS).

Dalam aspek keselamatan, desain struktur bandara didesain untuk mitigasi terhadap gempa, tsunami, likuifaksi, dan erupsi abu vulkanik. Bandara ini juga dilengkapi bangunan crisis centre.

Bandara YIA terletak di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, yang berjarak sekitar 42 km dari pusat kota Yogyakarta. Dengan jarak sejauh itu, pertanyaaan selanjutnya, bagaimana cara penumpang menuju YIA?

Jangan khawatir, bandara YIA didukung oleh transportasi publik atau multimoda yang memadai seperti bus ulak alik DAMRI dan SatelQu dengan beragam titik penjemputan di Bandara Adisutjipto dan Yogyakarta dengan keberangkatan setiap 30 menit.

Selain DAMRI, Bandara YIA sudah dapat dijangkau lewat kereta api Bandara YIA, KA Prameks, dan KA Joglosemarkerto dari Stasiun Tugu (YK) melalui Stasiun Wojo (sekitar 10 menit dari bandara). Ke depannya, jalur kereta akan langsung masuk ke dalam area bandara.

Pemerintah berharap kehadiran Bandara YIA ini mampu menarik wisatawan lokal dan mancanegara lebih banyak lagi ke Yogyakarta maupun kawasan wisata sekitar Jawa Tengah.

Bandara YIA masuk dalam kawasan wisata Candi Borobudur yang merupakan salah satu dari lima destinasi wisata superprioritas yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Diresmikannya bandara ini juga sebagai upaya pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi Coronavirus disease 2019 (Covid-19).

Wisata merupakan salah satu andalan untuk mengangkat perekonomian dari situasi pandemi Covid-19. Keberadaan Bandara Kulon Progo ini diharapkan memberikan efek berganda bagi pegiat wisata, bisnis kuliner, seniman, UMKM, transportasi sekitar Yogya dan Jateng.

 

 

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Firman Hidranto/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini