Ditemukan pada 1863 di bantaran Sungai Ciaruteun, anak Sungai Cisadane, arca Ganesha langsung terbang ke luar negeri. Per 27 September 2024, arca Ganesha kembali.
Perjalanan panjang, juga jauh, melintasi waktu dan benua, harus dilewati Sang Ganesha. Arca warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang lebih dari satu abad berpindah dari satu museum ke museum lain di Eropa itu, per tanggal 27 September 2024, kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
Sejak Jumat itu, arca yang ditemukan pada 1863 di tepian Cisadane menempati ruang khususnya di Museum Nasional Indonesia atau Museum Gajah di Jl Merdeka Barat nomor 12, Jakarta Pusat. Satu peristiwa yang penuh makna; berdiri kokoh di tanah air, membawa serta semangat, kebijaksanaan, dan ketenangan yang terkandung dalam sosoknya.
Kembalinya Sang Ganesha disambut hangat Hilmar Farid yang ketika itu menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI. Arca Ganesha merupakan salah satu ikon penting dalam sejarah Nusantara.
Bersama Deputy Head of Mission Embassy of the Kingdom of the Netherlands di Indonesia Adriaan Palm, Dirjen Hilmar menyempatkan diri untuk meninjau langsung kedatangan Ganesha beserta arca Brahma, dua arca Candi Singosari (arca Bhairawa dan Nandi), juga 284 benda dari koleksi Perang Puputan Badung dan Puputan Tabanan.
Program repatriasi
Sebagai informasi, koleksi arca Candi Singosari yang dipulangkan kali ini melengkapi repatriasi tahun 2023 yang mencakup arca Ganesha, Mahakala, Durga Mahisasuramardini dan Nandishwara.
Pelaksana Tugas Kepala Indonesian Heritage Agency (IHA) Ahmad Mahendra dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (1/10/2024) mengatakan, beberapa koleksi yang tiba pada Jumat (27/9/2024) melengkapi sajian Pameran Repatriasi yang hadir pada saat "MNI Buka Kembali" pada 15 Oktober 2024 hingga 31 Desember 2024.
Adapun penandatanganan kesepakatan repatriasi koleksi itu sendiri dilaksanakan pada 20 September 2024 di Wereldmuseum, Amsterdam oleh Dirjen Hilmar Farid serta Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Belanda Eppo Bruins.
Pengiriman koleksi benda cagar budaya dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, meliputi 84 koleksi (yang telah tiba pada 27/9/2024), terdiri dari empat
arca dan 80 benda koleksi lainnya. Sementara itu, pengiriman tahap kedua sedang dalam proses penjadwalan.
Repatriasi ini merupakan bagian dari kerja sama kebudayaan Indonesia dan Belanda yang diinisiasi melalui Nota Kesepahaman (MoU) pada 2017, dengan tujuan tidak hanya memulangkan artefak-artefak penting, melainkan juga memperdalam pemahaman mengenai sejarah peradaban Nusantara.
Dari Nusantara ke Negeri Seberang
Arca Ganesha ini bukan sekadar patung batu. Dalam wujudnya yang gagah, ia menyimpan kisah kejayaan nusantara yang membentang jauh ke masa lalu, ketika kerajaan-kerajaan besar Hindu-Budha berjaya di kepulauan Nusantara.
Ditemukan pada awal abad lalu, arca ini diperkirakan berasal dari abad ke-9, saat Sriwijaya dan Mataram Kuno memegang kendali atas jalur perdagangan dan budaya Asia Tenggara. Sebagai perwujudan dewa pengetahuan dan kebijaksanaan, arca ini menjadi pengingat akan keagungan intelektual masa lampau dan nilai-nilai spiritual yang tertanam dalam budaya leluhur.
Selama beberapa dekade, arca Ganesha ini terpisah dari tanah kelahirannya. Dia justru menjadi bagian dari koleksi museum asing dan disaksikan oleh mata-mata yang jauh dari asal-usulnya. Namun, di tengah ketidakpastian itu, pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tak pernah berhenti berupaya untuk membawa pulang sang Ganesha.
Setelah bertahun-tahun diplomasi dan perundingan, akhirnya, Sang Ganesha bisa kembali ke Tanah Ibu. Sampailah pada 27 September 2024, sebuah peristiwa yang dirayakan sebagai simbol kembalinya jejak sejarah ke pangkuan Nusantara. Arca Ganesha ini bukan sekadar artefak; ia adalah saksi bisu sejarah panjang peradaban di Nusantara.
Di masa lalu, Ganesha dikenal sebagai dewa pengetahuan dan kebijaksanaan dalam agama Hindu, dan perannya sebagai simbol pemecah rintangan seakan menyiratkan perjalanan bangsa Indonesia untuk melampaui berbagai tantangan dalam mendapatkan kembali kekayaan budaya yang hilang.
Keagungan Masa Lalu
Kini, arca Ganesha ini berdiri kokoh di Museum Nasional, siap menyambut setiap pengunjung dengan wajah teduhnya yang penuh arti. Dalam ruang yang didesain khusus untuk arca ini, suasana sakral dan tenang menyelimuti. Cahaya lembut menyinari patung, menyoroti setiap detail pahatan yang menandakan ketelitian dan keahlian para seniman masa lalu. Di hadapan Ganesha, pengunjung diajak merenung, mengenang, dan merasakan kebesaran yang pernah dimiliki bangsa ini–sebuah kebesaran yang terwujud tidak hanya dalam wujud fisik, tetapi juga dalam kebijaksanaan dan kedalaman spiritual.
Bagi generasi saat ini, kembalinya arca Ganesha bukan hanya kembalinya sebuah peninggalan sejarah, tetapi juga sebuah pengingat. Sosok Ganesha dikenal sebagai dewa pelindung, pembawa pengetahuan, dan penghancur rintangan. Nilai-nilai ini, yang terkandung dalam arca, menginspirasi masyarakat untuk menjaga, menghormati, dan menghargai kebudayaan mereka sendiri. Dalam sosok Ganesha, ada pesan yang abadi–pesan tentang kebijaksanaan, ketenangan, dan keteguhan menghadapi tantangan zaman.
Melalui kembalinya arca ini, Indonesia kembali menyusuri jejak warisan leluhur yang berharga. Ini bukan sekadar penambahan koleksi museum, melainkan upaya mengembalikan sebagian dari jiwa bangsa yang sempat hilang. Pengunjung dari berbagai usia datang ke Museum Nasional Indonesia, terpesona oleh kisah arca ini dan apa yang dilambangkannya. Generasi muda kini dapat belajar dan memahami bagaimana nenek moyang mereka merayakan kehidupan dan mencari makna di balik setiap karya seni, simbol, dan tradisi.
Merawat Warisan, Menjaga Identitas
Kembalinya arca Ganesha mengajarkan pentingnya menjaga warisan leluhur. Setiap artefak yang tersimpan bukan hanya benda mati, tetapi adalah bagian dari jati diri bangsa yang harus dipelihara. Lewat arca ini, kita diingatkan akan kewajiban merawat peninggalan masa lalu, yang membawa pesan-pesan moral dan pengetahuan untuk masa depan. Ganesha hadir sebagai perwujudan dari semangat yang tak pernah pudar–semangat untuk belajar, menghormati leluhur, dan terus bergerak maju sambil tetap berakar pada nilai-nilai asli yang berharga.
Di Museum Nasional, arca Ganesha ini kini menjadi lambang kebanggaan sekaligus penanda perjalanan panjang bangsa Indonesia dalam mempertahankan jati dirinya. Ganesha yang kembali ke tanah ibu pertiwi bukan hanya tentang kisah pulangnya arca dari luar negeri, tetapi juga tentang kembalinya warisan jiwa nusantara ke rumah sejatinya. Melalui wujud Ganesha, setiap orang diajak untuk melangkah di masa kini dengan penuh kebijaksanaan dan keyakinan, menapaki jalan yang telah digariskan oleh leluhur dengan hati yang teguh.
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf