Jumlah kasus Covid-19 secara harian terus naik. Pada Minggu (27/6/2021), angkanya mencapai yang tertinggi selama pandemi, yakni 21.342 kasus. Seiring upaya pemerintah melakukan vaksinasi dan terus mendatangkan vaksin, masyarakat pun diminta memakai masker dan taat Prokes.
Telah lebih dari sepekan, angka penambahan harian kasus infeksi Covid-19 di tanah air menunjukkan kenaikan signifikan. Bahkan dalam kurun waktu tujuh hari, lima kali angka penambahan harian yang mencatatkan rekor baru.
Pada 21 Juni 2021 kasus harian mencapai yang tertinggi sejak pandemi merudung anak bangsa pada 2 Maret 2020, 14.536 kasus. Kemudian pada 23 Juni 2021, bertambah lagi angka harian 15.308 kasus. Hanya berselang satu hari, penambahan kasus kemudian menyentuh angka 20.574 kasus.
Dua hari berikutnya, yakni pada 26 Juni 2021, penambahan harian kembali naik menjadi 21 ribu, atau tepatnya sebanyak 21.095 kasus. Dan pada 27 Juni 2021, angka penambahan harian masih terus naik hingga 21.342 kasus.
Teror kesehatan akibat virus SARS COV-2 yang menyeruak sejak penghujung 2019 di Wuhan, Hubei, Tiongkok, seolah tidak berhenti. Sejurus dengan aksi virus berbahaya yang terus mereduplikasi infeksi ke seluruh negara itu, dunia kesehatan di negeri ini pun berpacu mengatasi beberapa masalah, di antaranya tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit-rumah sakit.
Data yang diberikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyebutkan keterisian rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) isolasi pasien Corona di rumah sakit sudah menyentuh angka 93 persen. Sementara, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, data keterisian ruang ICU saat ini mencapai 87 persen. "Okupansi memang tempat tidur sudah mencapai 93%, ruang ICU 87%," kata Riza setelah meninjau posko terpadu PPKM mikro di Kelurahan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (28/6/2021).
Pada medio Juni, Satgas Penanganan Covid-19, dalam konferensi pers membeberkan BOR di sejumlah daerah di Jawa juga beranjak penuh seiring dengan bertambahnya kasus. Menurut Jubir Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito, ketika itu, ada sebanyak 15 kabupaten/kota yang mengalami lonjakan BOR.
Di luar Jakarta, ada kawasan Depok yang mencatatkan peningkatan kasus hingga 111%, BOR 66,16%, dan posko 32%. Kemudian di Bekasi, peningkatan kasus mencapai angka 192%, BOR 73,82%, dan posko 18%.
Di luar Jabodetabek, tercatat Demak dengan peningkatan kasus sebanyak 485%, BOR 82,7%, dan posko 43%. Kemudian di Bangkalan, kasus meningkat 715%, BOR 86,88%, dan posko hanya 26%.
Lalu di Semarang, Jawa Tengah, kendati kasus meningkat di persentase 64% namun BOR telah mencapai 93,38%, dan posko 47%. Sementara itu, di Bandung Barat kasus mengalami peningkatan 56%, BOR 88,33%, dan posko 48%. Selanjutnya peningkatan kasus secara signifikan juga terjadi di Jepara. Angka kasusnya naik 241%, BOR 73,33%, dan posko 87%.
Di Sleman, DIY, kasus juga meningkat 74%, BOR 67,37%, dengan posko mencapai 81%. Lalu di Kota Bandung, kasus meningkat 60%, BOR 86,86%, dan posko 61%. Peningkatan kasus juga terjadi di Grobogan, tingkat BOR mencapai 93,65%, kendati pembentukan posko mencapai 70%.
Upaya Strategis
Kondisi di atas, baik angka penambahan penularan harian dan tingkat ketersediaan tempat tidur di rumah sakit, yang termasuk juga di dalamnya ketersediaan tempat di ICU, ditambah lagi dengan berkurangnya tenaga nakes karena sakit dan ikut terpapar atau bahkan meninggal dunia, serta juga kapasitas pendukung perawatan seperti obat dan oksigen, tentu kian menjadi perhatian bagi pemerintah.
Di tengah itulah, pemerintah tidak pernah berhenti melakukan beragam langkah strategis demi dapat memberikan pelayanan terhadap warganya, khususnya terkait mitigasi pandemi Covid-19. Di antaranya, dengan menambah kapasitas ruang rawat, ruang gawat darurat, kelengkapan pendukung pengobatan, obat-obatan, dan tenaga medis. Selain itu, pemerintah juga terus berupaya melakukan diplomasi dengan negara-negara penghasil vaksin.
Vaksinasi merupakan langkah yang penting dalam menghadapi wabah yang tengah berkecamuk seperti halnya Covid-19. Dengan vaksinasi diharapkan tercipta kekebalan kelompok yang kemudian mampu memberikan perlindungan atas ancaman virus. Sebagaimana dikatakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, vaksinasi menjadi salah satu upaya penting dalam mengurangi laju penyebaran virus sehingga mengurangi lonjakan kasus dan membawa kita keluar dari pandemi. “Salah satu strategi pemerintah adalah mengupayakan ketersediaan vaksin dan mempercepat program vaksinasi sehingga semakin banyak masyarakat terlindungi,” ujar Budi.
Di dunia, hampir 3 miliar dosis vaksinasi diberikan pada warganya. Sedangkan di Indonesia, tercatat, menurut laman Johns Hopkins corona, lebih dari 39 juta dosis vaksin telah diberikan. Per Jumat (26/6/2021), data Satgas Covid-19 menyebutkan, vaksinasi dosis pertama telah dilakukan pada lebih dari 27 juta orang dan vaksinasi dosis kedua pada lebih dari 13 juta orang.
Pemerintah juga telah berhasil mencapai target 1.31 juta vaksinasi per hari pada Sabtu (26/6/2021), lebih awal dari target yang ditetapkan Presiden Jokowi, yaitu mulai Juli 2021, berkat usaha optimal dan gotong-royong dengan semua pihak terutama TNI/Polri, pemerintah daerah, BUMN, dan pihak swasta yang turut membantu. Herd immunity di Indonesia diharapkan terbentuk lewat program vaksinasi terhadap 70 persen warga negeri ini, atau sebanyak 181.554.465 orang, sebagaimana yang menjadi target total sasaran dari pemerintah.
Kepatuhan Menurun
Persoalannya, di tengah gencar dan berbagai upaya pemerintah tersebut, data hasil monitoring Satgas Covid-19 justru mengidentifikasi adanya penurunan tingkat kepatuhan terhadap Protokol Kesehatan (Prokes). Adalah Sonny Harry B Harmadi, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, yang pernah menyebutkan ihwal itu, pada Minggu (27/6/2021).
Sonny mengungkapkan sejumlah hal yang penyebab turunnya kepatuhan masyarakat terhadap prokes. Pertama, Sonny membeberkan adanya teori konformitas, di mana orang akan mengubah perilaku individualnya lantaran menyesuaikan dengan perilaku lingkungan.
“Dalam kondisi itu, jika yang patuh berada dalam lingkungan yang tidak patuh, maka akan menjadi tidak patuh. Sejatinya, dari dashboard monitoring tentang perubahan perilaku tampak bahwa kepatuhan individu masih cukup baik. Namun, kepatuhan institusi menurun secara drastis,” katanya.
Jika institusi tidak memfasilitasi orang di dalamnya untuk patuh prokes, misalnya tidak menyediakan tempat cuci tangan, tidak menyediakan tanda-tanda jarak, tidak menyediakan masker cadangan, tidak mengedukasi dan menyosialisasi prokes di institusinya, menurut Sonny, ternyata akan berdampak pada kepatuhan individu.
“Individu yang patuh masuk dalam institusi yang tidak patuh, maka dia cenderung tidak bisa melaksanakan prokes. Karena itulah, mohon untuk mendorong kepatuhan prokes di perkantoran, pasar, dan bandara, stasiun, terminal, mal, dan sebagainya,” tegasnya.
Selain itu, Sonny juga memaparkan adanya situasi pandemic fatique, kejenuhan akibat wabah yang berkepanjangan dan mengakibatkan pengabaian atas aturan. Penyebab lain adalah masyarakat kekurangan informasi terkait situasi terkini.
Sonny pun mencermati adanya penurunan kepatuhan terhadap prokes pascapelaksanaan vaksinisasi. Menurut dia, vaksinasi yang sebenarnya dilakukan untuk menekan laju penularan hingga akhirnya mampu menciptakan kekebalan kelompok, justru memicu munculnya euforia vaksin. “Jadi ada masyarakat yang seakan sudah kebal setelah vaksin, sehingga mengabaikan prokes,” katanya.
Kelengahan terhadap kepatuhan prokes, lebih jauh dijelaskan Sonny, juga dapat terjadi akibat peran pemerintah dalam penegakan aturan prokes dan peran media dalam mensosialisasikan aturan prokes. Selain itu, sambung dia, faktor kabar tidak benar (hoaks) juga bisa menurunkan motivasi masyarakat untuk patuh prokes.
“Karena itu, Dinas Kominfo diimbau bisa dengan cepat meng-counter berita hoaks yang muncul di daerah,” tuturnya.
Menyikapi kondisi terkini itulah, Presiden Joko Widodo pada Senin (28/6/2021) kembali memberikan perintah tegas kepada segenap warga negara. "Pemerintah berupaya mendatangkan vaksin," kata Jokowi, dikutip dari Twitter resminya, @Jokowi, Senin (28/6/2021). Tak hanya itu, Presiden mengatakan, pemerintah juga menyiapkan tenaga kesehatan di garda terdepan untuk menangani pasien.
Itulah sebabnya, kepada warga masyarakat, Presiden Jokowi pun meminta agar senantiasa memakai masker dan menjauhi kerumunan. "Lalu Anda? Kenakan masker, jaga jarak, dan jauhi kerumunan. Jika sudah ada kesempatan mendapatkan vaksin, segera ambil," tegas Jokowi.
Melalui pesan singkat di media sosial tersebut, Presiden Jokowi menegaskan kembali bahwa, "Setiap kita punya peran dalam menghentikan laju pandemi ini."
Penulis: Ratna Nuraini
Redaktur: Elvira Inda Sari