Lonjakan kasus di Indonesia diikuti pula oleh kenaikan kasus global 10 persen. Varian Delta juga menimbulkan kenaikan kasus di Amerika dan Inggris. Vaksin bisa mengurangi angka kematian.
Predikat “episentrum Covid-19” harus tersemat ke bahu Indonesia, pada hari-hari belakangan. Lonjakan kasus positif infeksi virus corona yang mencapai kisaran 54--56 ribu dalam sehari membuat negeri ini mencatat angka kenaikan tertinggi di dunia. Indikator pandemi di Indonesia melampaui negara-negara yang selama ini dikenal sebagai penyumbang terbesar dunia seperti India, Iran, Turki, Italia, Spanyol, Amerika Serikat, dan negara-negara Amerika Selatan, utamanya Brazil.
Ketika lonjakan kasus mulai terjadi di Indonesia awal Juni lalu, tren pandemi Covid-19 secara global dunia sedang menyusut selama 10 pekan berturut-turut. Kasus positif Covid-19 di sejumlah negara megalami penurunan secara tajam. India yang pernah mengalami tsunami dengan 414 ribu kasus dalam 1 hari, yakni 6 Mei 2021, susut menjadi 41,700 kasus pada 14 Juli 2021. Pada hari yang sama, Brazil membukukan 52.800 kasus baru, turun dari 113.000 pada puncaknya 23 Juni 2021.
Secara umum, pandemi selama 16 bulan ini membuat negara-negara besar dengan penduduk 100 juta ke atas mencatatkan kasus infeksi yang besar juga, ratusan ribu bahkan jutaan. Yang terbesar adalah Amerika Serikat (AS) dengan 33,9 juta kasus, India 30,9 juta, Brazil 19,3 juta, Russia 5,8 juta, dan seterusnya. Dengan 2,7 juta kasus per 15 Juli 2021, Indonesia ada di peringkat 15.
Pandemi ini juga menghantam negara-negara maju di Eropa Barat dan daerah sekelilingnya. Dengan populasi 68 juta, Kerajaan Inggris mencatat 5,3 juta kasus, Perancis 5,7 juta (dari 65 juta penduduk), Jerman 3,7 juta kasus (dari 84 juta penduduk), dan Turki 5,5 juta kasus dari 84 juta penduduk. Untuk kawasan Asia Timur, amukan Covid-19 paling sengit terjadi di Jepang, berpenduduk 124 juta, dengan 831 ribu kasus.
Untuk kawasan Asia Tenggara, dengan 2,73 juta kasus positif Covid-19 saat ini Indonesia mengalami bencana pandemi paling buruk di Asia Tenggara. Filipina yang masih mengalami hari-hari buruk oleh Covid-19, “hanya” mencatatkan kasus positif 1,49 juta (dari 109,5 juta penduduk), dan Malaysia 880 ribu kasus dari 32,5 juta penduduk. Negara ASEAN yang lain, jauh lebih ringan.
Pandemi Covid-19 ini membuat pelayanan kesehatan kalang kabut, kewalahan, terutama di negara yang mengalami lonjakan kasus. Indonesia saat ini harus menghadapi kenyataan pahit, ada 443 ribu pasien kasus aktif yang harus ditangani dan dirawat, dan seperempatnya ada di wilayah DKI Jakarta. Sebagian besar pasien itu menjalani isolasi mandiri, tapi banyak pula yang membutuhan perawatan di rumah sakit.
Sebagian mereka tak bisa tertampung meskipun negara mencoba menambah kapasitas pelayanan rumah sakit dengan membangun rumah sakit darurat dan rumah sakit lapangan. Banyak pasien tak tertolong. Angka kematian melonjak, hal yang juga terjadi di semua negara.
Lonjakan Covid-19 ini membuat risiko warga tertular semakin besar. Secara-rata, di Indonesia saat ini, menurut data yang dirilis portal CNN Health, edisi khusus Corona Maps and Cases, 16 Jui 2016, ada 1.008 kasus Covid-19 per 100.000 penduduk. Bila dibulatkan, satu dari 100 penduduk Indonesia pernah terpapar Covid-19. Korban jiwa (death rate) yang terjadi 26 orang per 100.000 penduduk.
Dilihat dari angka kematian itu, tingkat risiko terpapar Covid-19 pada warga Indonesia lebih kecil ketimbang penduduk Malaysia, yang rasionya 2,75 kasus per 100 penduduk, atau Filipina yang 1,35 orang per 100 penduduk. Namun, risiko kematian akibat Covid di Indonesia lebih tinggi, yakni 26 kematian per 100.000 penduduk. Di Malaysia 24/10.000 dan di Filipina 21/100.000.
Di India, risiko kematian itu mencapai 30 orang/100.000, di Turki 60/100.000. Beberapa negara di Amerika Selatan mencatatkan angka kematian yang tinggi. Di Brazil, misalnya, angka kematiannya 255 orang per 100.000 penduduk–10 kali lipat dari risiko di Indonesia. Bahkan, di Peru mencapai 599 orang per 100.000 penduduk.
Negara-negara barat juga tidak berhasil membendung angka kematian tersebut. Dengan basis per 100 ribu penduduk, selama pandemi Covid berlangsung di angka kematian di Inggris mencapai 192 orang, di Prancis 165 orang, Jerman 110 orang, Belanda 103 orang, dan Amerika Serikat 185 orang.
Pandemi masing berlangsung. Setelah mereda hampir tiga bulan, sejak Juli lonjakan terjadi lagi. Secara global ada kenaikan 10 persen pada sepekan terakhir, hingga angka harian global terkerek ke level 400.000 kasus per hari. Kawasan Eropa naik 20 persen, Timur Tengah naik, begitu halnya di Pasifik Barat.
Organisasi kesehatan Dunia (WHO) memberikan notifikasi atas lonjakan kasus Covid-19 ini, termasuk Indonesia. Sejumlah negara yang mengalami lonjakan, antara lain, Iran, Tunisia, Spanyol, Inggris, Rusia, Amerika Serikat, Jepang, dan Malaysia. Di Inggris kasus Covid-19 harian mencapai 47.9 ribu per 15 Juli lalu, berlipat 20 kali dari sebulan lalu. Inggris memasuki serangan gelombang ketiga.
Amerika Serikat pun mencatat 35,5 ribu kasus baru di hari yang sama. Varian Delta B-1617.2, strain virus yang kini mendominasi sebaran Covid-19 di Indonesia, diyakini jadi biang keladinya. Namun, risiko yang ditimbulkan sangat berbeda. Angka kematian di Inggris bisa terjaga di bawah 70 orang. Di Amerika angka kematian melonjak ke level 350-an lagi, dan di Indonesia menyentuh 1.200 hanya dalam satu hari.
Vaksinasi di Inggris bukan saja lebih tinggi--dengan lebih dari 55 persen populasi menerima vaksin genap dua suntikan--namun juga lebih merata. Di AS, 48 persen penduduk telah menjalani vaksinasi lengkap, kendati masih banyak daerah yang vaksinasinya kurang masif.
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari