Indonesia.go.id - Menjaga Koridor demi Menangkal Kasus Impor

Menjaga Koridor demi Menangkal Kasus Impor

  • Administrator
  • Minggu, 12 Desember 2021 | 06:15 WIB
COVID-19
  Warga Negara Asing (WNA) berjalan di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/ Fauzan
Sejauh ini belum ditemukan Omicron di Indonesia. Varian ini sangat menular. Di Afrika Selatan, positivity rate naik hampir 20 kali dalam sebulan. Indonesia pun mengontrol semua pintu masuk.

Baru dua minggu ditetapkan sebagai variant of concern (VoC), strain baru B.1.1.529 Omicron telah menyebar ke-57 negara, termasuk negeri jiran Australia, Malaysia, dan Singapura. Salah satu alasan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkannya sebagai VoC per 26 November lalu adalah mengacu pada kecepatan penularan di tempat asalnya, di Afrika Selatan.

‘’Sampai sekarang belum ditemukan kasus dengan varian Omicron di Indonesia,’’ kata Juru Bicara Satgas Penanggulangan  Covid-19 Profesor Wiku Adisasmito, dalam  jumpa pers secara virtual, Kamis (9/12/2021). Ia memastikan, pemerintah terus melakukan pemeriksaan kepada setiap orang yang masuk di pintu kedatangan internasional dan belum ditemukan varian Omicron.

Wiku Adisasmito menggarisbawahi pula bahwa kapasitas alat testing di Indonesia masih mampu mendeteksi semua varian Covid-19 yang berkembang. Dengan demikian, kemampuan deteksi itu berguna untuk menyaring dan membendung masuknya kasus virus baru dari luar negeri.

"Saat ini laboratorium di seluruh Indonesia mampu mendeteksi karakteristik genetik pada sekitar 500--600 sampel per hari, untuk mendukung upaya peningkatan sequencing," ungkapnya. Dengan kemampuan itu, kegiatan surveilans terkait genome sequencing bisa berjalan lebih cepat.

Dari kegiatan surveilans itu, Kementerian Kesehatan menemukan adanya 4.821 kasus infeksi oleh varian baru hasil mutasi di antara 8.578 sampel atas pasien positif Covid-19. Pemeriksaan genomik itu dilakukan antara Januari hingga 13 November. Rincian temuan itu adalah 76 kasus varian Alpha, 22 kasus varian Beta, dan 4.732 kasus varian Delta. Selebihnya adalah varian lama.

Yang sekarang terus diwaspadai pemerintah adalah kemungkinan penularan kasus impor dari luar negeri. Koridor masuk ke teritori Indonesia pun dijaga ketat. Pemerintah menerapkan aturan karantina ketat 10 hari  bagi pelaku perjalanan yang datang dari  luar negeri. Ketentuan ini berlaku bagi WNI maupun WNA.

Bahkan, Pemerintah Indonesia menutup pintu bagi WNA yang hendak masuk ke wlayah Indonesia, jika mereka memiliki riwayat perjalanan dalam 14  terakhir ke-11 negara yang terpapar, dan mengalami transmisi lokal varian Omicron. Ke-11 negara yang diblokade itu adalah  Afrika Selatan, Botswana, Lesotho, Eswatini, Mozambique, Malawi, Zambia, Zimbabwe, Angola, Namibia, dan Hongkong.

Peraturan ini dikecualikan bagi  pemegang visa diplomatik dan dinas, para pejabat asing setingkat menteri ke atas, beserta rombongann, yang akan melakukan kunjungan resmi kenegaraan seperti delegasi negara G20. Mereka bisa masuk dengan skema travel corridor. Sementara itu, WNI yang pulang dari luar negeri dan memiliki catatan berkunjung ke-11 negara itu dalam 14 hari terakhir, dikenai ketentuan karantina 14 hari.

Lebih jauh, Profesor Wiku Adisasmito mengatakan, terkait tingkat ancaman Omicron ini, masih perlu waktu untuk menyimpulkannya. Teknologi yang ada, katanya, tak sulit mengidentifikasi perubahan genetik (genomik) yang ada. Namun, perlu waktu untuk memahami dampaknya kepada perilaku virus.

Hanya saja, pemerintah tidak bisa menunggu lebih lama sampai semuanya serba jelas. Maka, menurut Wiku, strategi pemerintah adalah mencegah ledakan Omicron yang dilakukan dengan tiga jurus. Pertama, menjaga pintu gerbang internasional untuk mencegah kasus importasi. Kedua, mengendalikan mobilitas penduduk. ‘’Yang ketiga adalah kebijakan protokol kesehatan,’’ ujarnya.

Lonjakan Omicron

Omicron sendiri terus mengamuk di Afrika Selatan dan negara-negara tetangga serta menimbulkan lonjakan 79 persen pada kasus harian di kawasan Afrika pada minggu pertama Desember. Di Afrika Selatan sendiri, menurut  jurnal mingguan WHO, Covid-19 Weekly Epidemiological Update, edisi 7 Desember 2021, ada lonjakan kasus harian 110 persen. Positivity rate dalam tracing meningkat dari 1,2 persen pada minggu pertama November menjadi 22,4 persen di pekan pertama Desember 2021. Naik hampir 20 kali.

Lonjakan angka kasus harian juga terjadi di sejumlah negara tetangganya. Di Eswatini ada lonjakan 1.990 persen; Zimbabwe 1.361 persen; Mozambique 1.207 persen; Namibia 681 persen; Lesotho 219 persen. Namun, dari 4,1 juta kasus harian Covid-19 secara global, pada Minggu, 1 Desember 21, menurut WHO, varian Delta masih dominan. Sumbangannya 99,8 persen. Kontribusi Omicron 0,1 persen, sementara porsi varian Alpha, Beta, Gamma, dan lainnya ada di bawah itu.

Omicron menunjukkan daya penularannya yang tinggi, termasuk dalam melakukan reinfeksi. Kasus reinfeksinya 2,4 kali lebih kuat dibanding varian pendahulunya. Jurnal WHO membandingkan kasus reinfeksi di Afrika Selatan pada periode 1--27 November 2021 ternyata 2,4 lebih besar dibandingkan periode Juni--September 2020.

Sejauh ini data yang tersedia masih amat terbatas untuk menunjukkan keparahan yang diakibatkan varian Omicron. Per 6 Desember, dari 212 kasus pasien Omicron di 18 negara Eropa secara umum menunjukkan gejala ringan atau bahkan tidak bergejala.

Di Afrika Selatan sendiri, pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit meningkat 82 persen, dari 502 ke-912 orang, antara 28 November--4 Desember 2021. Namun belum diketahui, berapa banyak pasien Omicron dan pasien Delta di dalamnya. Kenaikan kasus hariannya pun meningkat 110 persen.

Lepas dari soal keparahannya, bila penyebarannya tak terkendali, fasilitas kesehatan yang ada akan kalang kabut dibuatnya. Sementara itu, angka kematian harian rata-rata sepanjang November hingga minggu pertama Desember bergerak antara 15–30 orang, lebih rendah dibanding Oktober.

Di tengah ketidakpastian ledakan Omicron itu, WHO mencatat bahwa apa pun variannya, kelompok yang telah menerima vaksin lengkap terbukti lebih aman. Mereka berpeluang lebih besar terhindar dari perawatan rumah sakit dan ancaman kematian.

Badan dunia itu juga mencatat, lonjakan kasus umumnya terjadi setelah dilakukan relaksasi pembatasan kegiatan sosial serta protokol kesehatan (prokes). Pembatasan kegiatan sosial, prokes, dan pengaturan ventilasi udara di ruang indoor amat disarankan.

Pandemi belum usai. Pemerintah Indonesia tetap mengedepankan protokol kesehatan itu sebagai strategi menghadapinya. Menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, tetap  diyakini sebagai cara sederhana yang efektif untuk menekan penularan Covid-19, apapun variannya.

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari