Pertamina menginisiasi pengembangan Desa Energi Berdikari Cilacap dengan memanfaatkan sumber energi surya dan angin di Desa Ujung Alang, Cilacap.
Kalau Anda jalan-jalan ke Cilacap, Jawa Tengah, coba tengok Dusun Bondan, Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut. Untuk mencapai dusun terpencil yang dikelilingi perairan laut selatan, atau dikenal sebagai Segara Anakan itu dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dengan perahu mesin dari Dermaga Sleko, Cilacap.
Kendati jauh dari kota, dusun itu telah memiliki aliran listrik yang diproduksi secara mandiri. Lampu gemerlap menerangi kampung dengan pemanfaatan energi baru terbarukan berbasis matahari dan angin yang disebut sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (PLTH).
Bermula dari bantuan Pertamina, berupa instalasi hybrid electric one pool (HEOP) di beberapa rumah, pembangunan PLTH itu merupakan inisiasi dari Pertamina Refinery Unit IV Cilacap sebagai Program Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin atau disingkat E-Mas Bayu.
Tapi kini pembangkit listrik tenaga hibrida berkapasitas listriknya sudah 16.200 Watt Peak (WP). Listriknya tak lagi hanya untuk penerangan, melainkan mampu mengoperasikan alat desalinasi air dari payau menjadi tawar dengan kapasitas 240 L/jam, dan bisa dimanfaatkan oleh 78 kepala keluarga serta satu rumah produksi UMKM pesisir. Juga untuk aerator tambak mesin penghasil gelembung udara untuk kelompok nelayan atau program Energi Mandiri Tambak Ikan (E-Mbak Mina).
Desa Energi Berdikari Cilacap merupakan bagian dari program pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dalam kerangka environmental, social, and governance (ESG). Program berbasis community involvement development (CID) yang dijalankan Pertamina RU IV Cilacap itu merupakan wujud komitmen Pertamina mengakselerasi transisi energi hijau (green energy) di Indonesia.
Desa Energi Berdikari Cilacap bertujuan meningkatkan akses masyarakat di desa terpencil dan terisolasi terhadap energi yang ramah lingkungan, terjangkau, dan berkelanjutan. Program ini juga sekaligus untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga lebih sejahtera.
Pengembangan Desa Energi Berdikari Cilacap memanfaatkan sumber energi surya dan angin yang tersedia sepanjang tahun di Desa Ujung Alang, Cilacap. Dengan teknologi hybrid energy one pole (HEOP), kedua sumber energi ini diolah menjadi listrik yang bisa menerangi rumah penduduk, sekolah, dan berbagai aktivitas ekonomi warga.
Di Desa Ujung Alang, Cilacap, 80 persen penduduknya bekerja sebagai nelayan musiman dan buruh tambak. Kini warga desa di sana bisa menikmati listrik bersih tanpa emisi yang bersumber dari 15 kincir angin dan 24 solar panel. Sumber penghasil energi itu ditampung di dalam storage penyimpanan daya.
Dari keseluruhan kincir dan solar panel dapat menghasilkan daya sebesar 16.200 WP (Watt Peak) yang disimpan di storage masing-masing dan dialirkan menggunakan kabel kepada 78 rumah tangga, 1 sekolah, 1 masjid, dan 2 rumah produksi. Tak hanya menghasilkan energi, teknologi ini mengurangi hingga 126,4 ton CO eq/tahun.
Pjs Vice President Corporate Communication Pertamina Heppy Wulansari menjelaskan, pengembangan EBT lewat program Desa Berdikari Cilacap merupakan upaya Pertamina mengurangi jejak emisi dalam kerangka ESG. “Pemanfaatan EBT merupakan komitmen Pertamina pada dunia untuk mengurangi emisi GRK sebesar 30% pada 2030. Pertamina menargetkan menargetkan peningkatan total kapasitas EBT menjadi 10,2 Gigawatt pada 2026,” ujarnya.
Menurut Heppy, pada 2021, Pertamina memiliki Program Desa Energi Berdikari sebanyak 19 program, meliputi energi surya 10 program, energi microhydro dua program, energi biodiesel dua program, dan energi biogas sebanyak lima program.
Pada 2022, Pertamina melanjutkan program itu dengan 40 program, terdiri energi surya 28 program, energi microhydro dua program, energi biogas enam program, dan energi dari pengolahan sampah empat program. “Pertamina akan terus meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan sebagai bagian dari transisi energi menuju energi bersih sejalan dengan tren global,” tandas Heppy.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari