Indonesia.go.id - Menguatkan Ikatan Serumpun Hadapi Ketidakpastian Global

Menguatkan Ikatan Serumpun Hadapi Ketidakpastian Global

  • Administrator
  • Rabu, 21 Mei 2025 | 07:30 WIB
HUBUNGAN RI-BRUNEI DARUSSALAM 
  Presiden Prabowo Subianto (kiri) berbincang dengan Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah (kanan) usai menerima bintang kebesaran Kesultanan Brunei Darussalam di Istana Nurul Iman, Bandar Seri Begawan, Brunei Darrussalam, Rabu (14/5/2025). Kedua negara berkomitmen mendorong peningkatan volume perdagangan dan investasi, dan perlindungan tenaga kerja. ANTARA FOTO/ Muhammad Adimaja
Penganugerahan Bintang Kebesaran “Darjah Kerabat Laila Utama Yang Amat Dihormati” kepada Presiden Prabowo menjadikannya Presiden RI keempat yang menerima gelar bergengsi tersebut.

Suasana hangat dan penuh penghormatan menyelimuti Istana Nurul Iman, Bandar Seri Begawan, saat Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto melakukan kunjungan kenegaraan ke Brunei Darussalam, Rabu (14/5/2025). Meski kunjungan berlangsung singkat hanya beberapa jam, namun bermakna bagi kedua negeri jiran. Dalam lawatan tersebut itu, Presiden Prabowo menerima Bintang Kebesaran "Darjah Kerabat Laila Utama Yang Amat Dihormati" dari Sultan Brunei Darussalam Haji Hassanal Bolkiah, gelar kehormatan tertinggi dari Kesultanan Brunei yang mencerminkan kepercayaan mendalam serta eratnya hubungan dua negara serumpun.

Penghargaan itu bukan sekadar simbol diplomatik, melainkan representasi dari sejarah panjang dan kedekatan emosional yang telah terjalin selama lebih dari empat dekade. Indonesia dan Brunei merayakan 41 tahun hubungan bilateral yang terus tumbuh dalam semangat persaudaraan dan kerja sama yang setara.

Sejak menjalin hubungan diplomatik pada 1984, Indonesia dan Brunei Darussalam telah membangun fondasi kemitraan yang kuat, dari bidang ekonomi dan sosial hingga pertahanan dan pendidikan. Kunjungan Presiden Prabowo kali ini tidak hanya mempererat tali silaturahmi, tetapi juga menandai fase baru kerja sama strategis di tengah dinamika global yang semakin kompleks.

Presiden Prabowo menyampaikan apresiasi mendalam atas sambutan Sultan Hassanal Bolkiah dan menekankan pentingnya memperkuat kolaborasi bilateral dalam menghadapi tantangan global seperti ketegangan geopolitik, perang dagang, krisis pangan, serta perubahan iklim.

“Kami melihat potensi besar dalam pengembangan ekonomi syariah, energi terbarukan, dan penguatan ekonomi kreatif bersama Brunei,” ujar Presiden Prabowo.

Empat Pilar Strategis Kerja Sama

Adapun pertemuan bilateral kedua pemimpin menghasilkan sejumlah kesepakatan penting di berbagai sektor, setidak ada empat pilar strategis. 

Pertama mengenai sektor ekonomi. Kedua negeri jiran ini berkomitmen mendorong peningkatan volume perdagangan dan investasi, khususnya di sektor energi, industri halal, dan pariwisata. Menurut data dari KBRI Bandar Seri Begawan, nilai perdagangan Indonesia-Brunei sempat melonjak dari USD133,7 juta (Rp2,2 triliun pada 2019 menjadi USD897,3 juta (Rp14,8 triliun) pada 2022, mencerminkan tren positif meskipun menghadapi koreksi pada 2023.

Hal kedua menyangkut pelindungan warga negara Indonesia (WNI). Dengan lebih dari 45.000 WNI tinggal dan bekerja di Brunei, terutama di sektor konstruksi dan domestik, isu pelindungan pekerja migran menjadi perhatian utama. Presiden Prabowo menekankan pentingnya peningkatan akses pelatihan dan peningkatan kompetensi tenaga kerja Indonesia di Brunei.

Bidang pertahanan dan keamanan. Kedua negara sepakat memperkuat kerja sama militer melalui latihan bersama dan penanganan kejahatan lintas negara. Langkah itu dinilai penting untuk menjaga stabilitas kawasan ASEAN di tengah meningkatnya ketegangan global.

Pilar keempat adalah bidang pendidikan dan sosial budaya. Kerja sama pendidikan juga menjadi fokus RI dan Brunei, dengan rencana pertukaran pelajar, riset bersama dan pengembangan kurikulum berbasis nilai-nilai keislaman dan kebudayaan Melayu yang serumpun.

Ketika jamuan kenegaraan, Sultan Hassanal Bolkiah, menyampaikan keyakinannya terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo dalam membawa Indonesia ke arah kemajuan. Ia juga menegaskan komitmen Brunei untuk terus menjadi mitra strategis Indonesia dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.

“Stabilitas rantai pasok makanan dan ketahanan regional harus menjadi prioritas bersama. Brunei siap bekerja sama dengan Indonesia untuk mengembangkan solusi berkelanjutan,” ujar Sultan yang juga merupakan salah satu tokoh terkaya di dunia itu.

Simbol Persahabatan Abadi

Satu hal, penganugerahan Bintang Kebesaran “Darjah Kerabat Laila Utama Yang Amat Dihormati” kepada Presiden Prabowo menjadikannya Presiden RI keempat yang menerima gelar bergengsi tersebut, setelah Soeharto (1988), Susilo Bambang Yudhoyono (2006), dan Joko Widodo (2015). Gelar itu bukan sekadar penghargaan protokoler, tetapi sebuah lambang kedekatan yang hanya diberikan kepada sosok yang dianggap sebagai bagian dari keluarga kerajaan Brunei.

Dalam budaya Brunei, gelar "Dato Laila Utama" mencerminkan status sosial tertinggi dan simbol pengakuan atas kontribusi luar biasa terhadap hubungan persahabatan dan diplomatik. Bagi Presiden Prabowo, kehormatan ini menjadi penanda eratnya hubungan personal dan profesional dengan Sultan Hassanal Bolkiah, yang sudah terjalin sejak keduanya masih muda. Keduanya sama-sama berlatar belakang pendidikan militer dan intelijen dari Barat. 

Secara tradisional, Darjah Kerabat berarti ordo khusus untuk keluarga kerajaan. Sultan Brunei kerap menganugerahkan Darjah Kerabat Laila Utama kepada raja atau ratu negara sahabat sebagai lambang persahabatan istimewa.

Sebagai contoh, Lee Kuan Yew, tokoh pendiri Singapura, pernah dianugerahi Darjah Kerabat Laila Utama yang memberinya hak menyandang gelar Dato Laila Utama.

Secara lebih luas di kawasan Asia Tenggara, pemberian gelar kehormatan antar negara seperti ini adalah bagian dari diplomasi budaya yang umum dilakukan. Thailand, Brunei, Malaysia, dan negara-negara sultan/raja lainnya kerap saling menganugerahkan bintang jasa tertinggi kepada pemimpin negara sahabat.

Menghadapi Dunia yang Berubah

Di tengah ketegangan geopolitik antara kekuatan besar dunia seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, Indonesia dan Brunei menunjukkan bahwa kerja sama regional berbasis nilai kekeluargaan dan kesetaraan mampu menjadi kekuatan stabilisasi. Visi bersama menuju ASEAN 2045 pun turut ditekankan sebagai landasan untuk membangun masa depan kawasan yang damai, berdaulat dan sejahtera.

“ASEAN harus tetap menjadi poros perdamaian. Indonesia dan Brunei akan terus mendorong dialog yang inklusif dan mencegah eskalasi ketegangan,” tegas Presiden Prabowo.

Kunjungan kenegaraan ini menjadi momentum penting dalam memperkuat pilar-pilar kerja sama antara Indonesia dan Brunei Darussalam. Lebih dari sekadar hubungan diplomatik, kemitraan ini adalah refleksi dari ikatan sejarah, nilai, dan kepercayaan yang terus dirawat dari generasi ke generasi.

Dengan semangat baru yang dibawa dari Istana Nurul Iman, Indonesia dan Brunei kembali menapaki jalan kerja sama yang lebih erat, saling menguatkan di tengah ketidakpastian dunia, demi kesejahteraan rakyat dan stabilitas kawasan ASEAN.

Sultan Hassanal Bolkiah menggambarkan hubungan kedua negara dengan metafora yang dalam: “Bagai satu tubuh; bila satu bagian sakit, seluruhnya merasakan. Inilah persahabatan sejati antara dua bangsa serumpun.”

 

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto

Redaktur: Untung S

Tag: Kerja Sama Bilateral, Hubungan Diplomatik, Presiden Prabowo Subianto, Sultan Hassanal Bolkiah, Kerajaan Brunei Darussalam, ASEAN.